Dia berpendapat hanya dengan menculik anak konglomerat akan bisa mendapatkan uang banyak. Dia tahu konglomerat pasti takut mati. Kehilangan banyak uang pun tidak akan jatuh miskin.
Itulah jalan pikiran boss gangster Hongkong ini: Zhang Ziqiang. Sebenarnya Zhang baru satu tahun keluar penjara. Akibat tertangkap dua kali merampok bandara internasional Hongkong.
Dia dijatuhi hukuman 18 tahun. Teman operasinya, Yip, dihukum 41 tahun.
Tapi sistem hukum Hongkong terlalu tegak. Zhang hanya menjalani hukuman kurang dari 4 tahun. Dia bebas karena kurang bukti.
Waktu itu, tahun 1996, Hongkong masih di bawah kekuasaan Inggris. Baru akan diserahkan ke Tiongkok tahun berikutnya.
Keluar dari penjara, Zhang ingin membebaskan temannya. Dengan cara yang spektakuler: membeli bom yang akan bisa meledakkan Hongkong. Saat itulah temannya akan bisa keluar penjara.
Tapi membeli bom perlu dana besar. Bukan saja harus membelinya dari pasar gelap. Tapi juga harus menyuap begitu banyak aparat untuk pengamanannya.
Maka Zhang pun membuat keputusan: menculik Victor Li, putra mahkota Li Ka-shing. Akan minta tebusan Rp 4 triliun.
Penculikan sukses. Victor dimasukkan peti mati. Peti itu dilubangi agar ada udara untuk pernafasan. Li Ka-shing setuju membayar separo dari tuntutan. Tapi tidak mungkin menyediakan uang kontan sebanyak itu saat itu juga. Perlu satu hari.
Hebatnya Zhang, dia bilang begini: dia sendiri yang akan mengambil uang Rp 2 triliun itu di rumah Li Ka-shing! Jangan coba-coba hubungi polisi. Sudah ada peledak di rumahnya.
Li Ka-shing pilih kehilangan uang segitu banyak daripada putra mahkotanya.
Hebatnya lagi: sambil menunggu uang kontan itu Zhang tinggal di rumah Li Ka-shing. Satu hari penuh.
Yang juga hebat: hasil penculikannya itu dia obral. Siapa saja dia beri uang. Zhang memang punya pegangan prinsip sendiri: menjadi gangster berhati emas.
Yang lebih hebat: tahun berikutnya, saat Hongkong sibuk serah terima dari Inggris ke Tiongkok, Zhang melakukan aksi besar lagi. Kali ini bukan seorang putra mahkota yang diculik. Tapi menculik konglomerat nomor dua terkuat di Hongkong: Walter Kwok.