Al Qaeda Mengamuk di Irak
KIRKUK- Tiga ledakan beruntun yang ditargetkan kepada aparat keamanan Irak menggoyang Kirkuk, Kamis (19/5) pagi waktu setempat. Akibat ledakan tersebut 27 orang tewas dan 89 orang luka-luka.
Ledakan bom diawali sebuah bom kecil menghantam mobil pejabat kepolisian di dekat markas besar kepolisian, disusul dua ledakan besar berasal dari mobil saat pasukan keamanan dan tim penyelamat membantu korban ledakan pertama. Pejabat setempat menyebut ledakan diduga dilakukan oleh kelompok Al-Qaidah. Mobil sedan itu meledak dan menewaskan 17 orang serta delapan orang warga.
“Saya tidak merasakan apa apa,” kata seorang aparat yang terluka, Kaweh Hama Rashid, seperti dikutip New York Times, Kamis (19/5).
Dia menyebutkan, sempat terjatuh dan darah pun mengucur. Bahkan, ketika dilihatnya beberapa kawan-kawannya juga kritis dan terluka di depan matanya.
Namun, ledakan tak cukup di situ saja, sekitar 30 menit dari ledakan kedua, mobil ketiga meledak di dekat kantor pemerintah provinsi, melukai 13 orang termasuk kepala reserse kriminal Kirkuk.
Kota Kirkuk merupakan wilayah yang diduduki warga campuran antara warga Arab, Kurdi, Turki, dan lainnya merupakan kawasan dengan cadangan minyak paling besar di dunia. Kota ini juga menjadi titik penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak tahun ini setelah lebih delapan tahun menginvasi Irak untuk menggulingkan Saddam Hussein.
Kini, Kirkuk sedang rentan, di saat tiga etnis mayoritas mendapatkan kendali daerah yang kaya akan cadangan minyak. Perkelahian yang terjadi di Kirkuk umumnya antara suku Arab, Kurdi dan Turki.
Diduga, kerusuhan ini memiliki keterkaitan dengan penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dalam waktu enam bulan ini. Kirkuk menjadi saksi keburukan atas situasi keamanan.
Fakta lainnya, Mayor Jenderal Jamal Tahir, Kepala Kepolisian Provinsi Kirkuk, menuduh bahwa ledakan tersebut dilakukan oleh Al-Qaida di Irak. “Ini sebuah operasi gabungan antara Al-Qaida dan kelompok-kelompok bersenjata bersekutu dengan mereka. Ini teknik yang biasa dilakukan oleh Al-Qaida,” katanya. “Pasti, Al-Qaida di balik ledakan ini,” tambahnya.
Sedangkan seorang Turki dan Ketua Dewan Provinsi, Hassan menyampaikan, serangan ini akan meningkat bila AS meninggalkan Irak. Bahkan, pada Februari lalu, AS mengirim pasukannya untuk meredakan konflik antar kelompok yang diduga menimbulkan ketidakstabilan di kota Kirkuk.
Akibat kondisi itu, Irak harus membenahi kekuatan pasukan keamanannya. Di bawah perjanjian keamanan Irak dan AS, 46.000 pasukan Negeri Paman Sam di Irak akan ditarik akhir tahun ini. (bbs/jpnn)