28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Wafat, Kim Jong-il Digantikan Anak Korsel-Jepang Siaga Penuh

PYONGYANG – Seorang mantan dokter pribadi Kim Jong-il, sebagaimana dikutip The Guardian, pernah menyatakan  pemimpin Korea Utara (Korut) itu memiliki tim medis yang terdiri atas 200 dokter. Tugasnya, mengontrol makanan, minuman, dan kesehatan pria yang bertakhta sejak 1994 tersebut agar bisa berumur panjang.

Tapi, Kim tak bisa mencapai usia 70 tahun. Sabtu pagi lalu (17/12) pukul 08.30 (06.30 WIB), dalam sebuah perjalanan dengan kereta api (KA). Pemimpin yang takut bepergian lewat udara tersebut meninggal karena serangan jantung dalam usia 69 tahun. Jadilah 24 juta warga Korut menangisi kepergian pria yang diyakini memiliki tiga putra dan seorang putri dari satu istri dan tiga “selir” tersebut. Masa berkabung ditetapkan sampai (29/12) nanti dan pemakaman Kim dilangsungkan (28/12) mendatang.

Setelah Kim meninggal, putranya berusia 29 tahun, Jong-un  ditetapkan sebagai pengganti Kim. Bahkan, pada 2010 lalu Kim sudah mengkadernya dan menyematkan jenderal bintang empat dan diangkat menjadi wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja (satu-satunya partai di Korut).

Mengambil momentum itu, Korsel dan Jepang langsung menyiagakan penuh militernya, persis seperti kejadian 1994 lalu. Bahkan, Presiden AS Barack Obama,  Presiden Korsel Lee Myung-bak, dan Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda juga sepakat bekerja sama lebih erat dalam mengantisipasi perkembangan  Korut sebagai negara negara nuklir.

Meski rakyatnya kerap dihantam kelaparan, rezim Kim tercatat dua kali menjajal meledakkan bahan-bahan mentah nuklir, yakni pada 2006 dan 2009. Saat ini mereka diyakini memiliki bahan-bahan yang cukup untuk membuat delapan senjata nuklir. Mungkin itulah capaian “terbesar” Kim yang dulu begitu diimpikan sang ayah, Kim Il-sung.
Upaya mengajak Korut ke meja perundingan untuk denuklirisasi lewat pembicaraan enam negara tersendat-sendat. Korut pun tetap mengarahkan sedikitnya 70 misil berhulu ledak nuklir ke wilayah Korsel, negeri yang secara teknis memang masih bermusuhan dengan mereka.

Sampai kini, belum diketahui sikap Jong-un terkait dengan nuklir di negaranya. Yang pasti, dia terpilih sebagai pemimpin baru Korut karena sang ayah kecewa atas dua abangnya, Kim Jong-nam dan Kim Jong-chul.
Jong-nam pernah berusaha masuk ke Jepang pada 2001 dengan menggunakan paspor palsu. Sementara itu, Jong-chul disebut-sebut berkarakter “kemayu”.

Tiga putra Kim Jong-il itu terlahir dari dua ibu. Ibunda Jong-un adalah seorang penari profesional Jepang keturunan Korea, Ko Yong-houi, yang telah meninggal. Ko itulah istri “resmi” Kim. Dia juga memiliki seorang putri lagi dari salah seorang selirnya.

Selama ini, Jong-un-lah yang selalu diajak sang bapak setiap bepergian ke luar negeri. Tapi, pria yang menguasai bahasa Inggris dan Jerman tersebut tak pernah menghelat pertemuan empat mata dengan para pemimpin dunia. Jadi, masih harus ditunggu apakah dia bisa dibujuk untuk kembali ke meja perundingan.

“Kita memang harus sangat khawatir. Sebab, setiap mengalami ketidakstabilan domestik, Korea Utara selalu berusaha mencari situasi eksternal untuk mengalihkan perhatian,” ujar Profesor Lee Jung-hoon, pakar hubungan internasional di Yonsei University, Korsel, kepada BBC. (c5/ttg/jpnn)

PYONGYANG – Seorang mantan dokter pribadi Kim Jong-il, sebagaimana dikutip The Guardian, pernah menyatakan  pemimpin Korea Utara (Korut) itu memiliki tim medis yang terdiri atas 200 dokter. Tugasnya, mengontrol makanan, minuman, dan kesehatan pria yang bertakhta sejak 1994 tersebut agar bisa berumur panjang.

Tapi, Kim tak bisa mencapai usia 70 tahun. Sabtu pagi lalu (17/12) pukul 08.30 (06.30 WIB), dalam sebuah perjalanan dengan kereta api (KA). Pemimpin yang takut bepergian lewat udara tersebut meninggal karena serangan jantung dalam usia 69 tahun. Jadilah 24 juta warga Korut menangisi kepergian pria yang diyakini memiliki tiga putra dan seorang putri dari satu istri dan tiga “selir” tersebut. Masa berkabung ditetapkan sampai (29/12) nanti dan pemakaman Kim dilangsungkan (28/12) mendatang.

Setelah Kim meninggal, putranya berusia 29 tahun, Jong-un  ditetapkan sebagai pengganti Kim. Bahkan, pada 2010 lalu Kim sudah mengkadernya dan menyematkan jenderal bintang empat dan diangkat menjadi wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja (satu-satunya partai di Korut).

Mengambil momentum itu, Korsel dan Jepang langsung menyiagakan penuh militernya, persis seperti kejadian 1994 lalu. Bahkan, Presiden AS Barack Obama,  Presiden Korsel Lee Myung-bak, dan Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda juga sepakat bekerja sama lebih erat dalam mengantisipasi perkembangan  Korut sebagai negara negara nuklir.

Meski rakyatnya kerap dihantam kelaparan, rezim Kim tercatat dua kali menjajal meledakkan bahan-bahan mentah nuklir, yakni pada 2006 dan 2009. Saat ini mereka diyakini memiliki bahan-bahan yang cukup untuk membuat delapan senjata nuklir. Mungkin itulah capaian “terbesar” Kim yang dulu begitu diimpikan sang ayah, Kim Il-sung.
Upaya mengajak Korut ke meja perundingan untuk denuklirisasi lewat pembicaraan enam negara tersendat-sendat. Korut pun tetap mengarahkan sedikitnya 70 misil berhulu ledak nuklir ke wilayah Korsel, negeri yang secara teknis memang masih bermusuhan dengan mereka.

Sampai kini, belum diketahui sikap Jong-un terkait dengan nuklir di negaranya. Yang pasti, dia terpilih sebagai pemimpin baru Korut karena sang ayah kecewa atas dua abangnya, Kim Jong-nam dan Kim Jong-chul.
Jong-nam pernah berusaha masuk ke Jepang pada 2001 dengan menggunakan paspor palsu. Sementara itu, Jong-chul disebut-sebut berkarakter “kemayu”.

Tiga putra Kim Jong-il itu terlahir dari dua ibu. Ibunda Jong-un adalah seorang penari profesional Jepang keturunan Korea, Ko Yong-houi, yang telah meninggal. Ko itulah istri “resmi” Kim. Dia juga memiliki seorang putri lagi dari salah seorang selirnya.

Selama ini, Jong-un-lah yang selalu diajak sang bapak setiap bepergian ke luar negeri. Tapi, pria yang menguasai bahasa Inggris dan Jerman tersebut tak pernah menghelat pertemuan empat mata dengan para pemimpin dunia. Jadi, masih harus ditunggu apakah dia bisa dibujuk untuk kembali ke meja perundingan.

“Kita memang harus sangat khawatir. Sebab, setiap mengalami ketidakstabilan domestik, Korea Utara selalu berusaha mencari situasi eksternal untuk mengalihkan perhatian,” ujar Profesor Lee Jung-hoon, pakar hubungan internasional di Yonsei University, Korsel, kepada BBC. (c5/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/