25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Gempa dan Tsunami Jepang, Kerugian Mencapai Rp2.693 Triliun

Gempa bumi dan tsunami yang melumpuhkan kawasan timur laut Jepang pada 11 Maret lalu tercatat sebagai bencana paling merugikan.

Musibah yang merenggut sedikitnya 9.408 nyawa itu dua kali lipat lebih merugikan dibanding Gempa Kobe pada 1995 lalu. Bahkan, lebih merugikan ketimbang Badai Katrina yang meluluhlantakkan New Orleans pada 2005 lalu.
Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang, Naoto Kan merilis estimasi kerugian Jepang akibat gempa dan tsunami. Diperkirakan, nilai nominal kerugian Negeri Sakura itu diperkirakan mencapai 25 triliun yen atau sekitar Rp2.693 triliun. Jumlahnya pun akan bertambah, jika krisis nuklir yang merusakan sistem pendingin pada reaktor Fukushima Daiichi tak segera berakhir.

“Kerugian pemerintah Jepang akibat gempa dan tsunami akan menjadi yang paling besar di dunia. Tak ada bencana lain yang lebih merugikan daripada kejadian ini,” ujar Susumu Kato dari Credit Agricole.
Dia yakin, bencana alam yang memaksa sejumlah pabrik otomotif menghentikan produksinya itu bakal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jepang.

Dalam pernyataan resminya, Bank Dunia menuliskan bahwa Jepang akan membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk bangkit kembali.

Tapi, pemerintahan Kan berusaha keras segera mengembalikan kepercayaan investor ke negerinya. Beberapa waktu lalu, Bank Sentral Jepang menggelontorkan dana sebesar 40 triliun yen atau sekitar Rp4.313 triliun ke sektor finansial untuk mengembalikan gairah pasar. (afp/rtr/hep/jpnn)

Gempa bumi dan tsunami yang melumpuhkan kawasan timur laut Jepang pada 11 Maret lalu tercatat sebagai bencana paling merugikan.

Musibah yang merenggut sedikitnya 9.408 nyawa itu dua kali lipat lebih merugikan dibanding Gempa Kobe pada 1995 lalu. Bahkan, lebih merugikan ketimbang Badai Katrina yang meluluhlantakkan New Orleans pada 2005 lalu.
Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang, Naoto Kan merilis estimasi kerugian Jepang akibat gempa dan tsunami. Diperkirakan, nilai nominal kerugian Negeri Sakura itu diperkirakan mencapai 25 triliun yen atau sekitar Rp2.693 triliun. Jumlahnya pun akan bertambah, jika krisis nuklir yang merusakan sistem pendingin pada reaktor Fukushima Daiichi tak segera berakhir.

“Kerugian pemerintah Jepang akibat gempa dan tsunami akan menjadi yang paling besar di dunia. Tak ada bencana lain yang lebih merugikan daripada kejadian ini,” ujar Susumu Kato dari Credit Agricole.
Dia yakin, bencana alam yang memaksa sejumlah pabrik otomotif menghentikan produksinya itu bakal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jepang.

Dalam pernyataan resminya, Bank Dunia menuliskan bahwa Jepang akan membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk bangkit kembali.

Tapi, pemerintahan Kan berusaha keras segera mengembalikan kepercayaan investor ke negerinya. Beberapa waktu lalu, Bank Sentral Jepang menggelontorkan dana sebesar 40 triliun yen atau sekitar Rp4.313 triliun ke sektor finansial untuk mengembalikan gairah pasar. (afp/rtr/hep/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/