NAIROBI, SUMUTPOS.CO – Ketika menyampah plastik, orang tidak akan berpikir tentang dampak luar biasa yang menyertai. Padahal, kerusakan karena sampah plastik tersebut per tahun mencapai USD 13 miliar atau setara Rp 155,7 triliun. Itu belum termasuk ancaman membahayakan kehidupan laut, sektor pariwisata, dan industri perikanan.
Hal tersebut diungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam konferensi lingkungan global di Nairobi, Kenya, kemarin (23/6).
“Plastik telah berperan penting dalam kehidupan modern, tetapi dampaknya pada lingkungan tidak bisa diabaikan begitu saja,” ujar Kepala Program Lingkungan PBB (UNEP) Achim Steiner.
Karena itu, UNEP menyarankan kampanye program 3R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) benar-benar diaplikasikan. Dalam laporan UNEP yang dibacakan Steiner, para peneliti telah menemukan plastik-plastik kecil yang terperangkap di es wilayah kutub. Plastik-plastik tersebut termakan lumba-lumba, kura-kura, paus, dan berbagai hewan lain yang akhirnya mengakibatkan kematian.
Yang lebih parah, banyak plastik mikro berukuran kurang dari 5 milimeter yang termakan binatang laut. Baik ikan, zooplankton, cacing, maupun burung laut. Plastik mikro itu biasanya berasal dari pasta gigi, gel, dan pembersih wajah yang mengandung butiran kecil-kecil untuk membersihkan pori-pori.
“Partikel yang terkontaminasi ini kemudian menjadi sumber bahan kimia berbahaya dalam makanan yang kita makan (ikan, Red),” ujarnya. (AFP/sha/c19/tia)