30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Presiden Yaman Bersedia Mundur

SANAA- Desakan demonstran agar Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mundur dari jabatannya akhirnya disambut oleh pemimpin 33 tahun itu. Dia bersedia mundur dan akan menyerahkan Negara kepada militer jika diminta oleh oposisi.

Utusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Jamal Benomar, Selasa (22/11) mengatakan Presiden Saleh setuju untuk menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya dan menerima pembentukan pemerintah persatuan.

“Saleh sudah setuju menyerahkan kekuasannya, demi pemerintahan yang lebih baik pada masa akan datang,” ucapnya.
Sebenarnya, paparnya Saleh berulangkali berencana menandatangani perjanjian serupa di masa lalu. Tapi, mengurungkan niat di menit-menit terakhir. Presiden Saleh yang berkuasa sejak 1978 di luar dugaan kembali dari Saudi dua bulan lalu setelah selamat dari serangan di kompleks kediamannya Juni lalu.

Demonstrasi antipemerintah awalnya berjalan damai namun kemudian berubah menjadi konflik bersenjata yang melibatkan suku dan kelompok militan. Setidaknya lima provinsi di Yaman saat ini berada di luar kontrol pemerintah.
Sedangkan kantor berita resmi Saba, Sabtu (19/11) mengutip pernyataan Ali Abdullah Saleh mengatakan siap mundur dengan catatan militernya tetap berada di kawasan tersebut.  “Kami siap membuat pengorbanan bagi negara ini. Tapi anda akan selalu berada di sana, meskipun kami mundur,” kata Saleh kepada tentara yang setia padanya.

Kantor berita itu mengatakan, Saleh menyampaikan pernyataan tersebut pada saat inspeksi terhadap Garda Republik, korps elite militer yang dipimpin oleh anak laki-lakinya, Ahmad.

Presiden yang berkuasa sejak 1978 itu telah mendapat tekanan domestik dan internasioal yang meningkat untuk mundur sesuai dengan cetak biru perdamaian yang diperantarai Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Saleh menyambut baik rencana Teluk  itu belum secara resmi mendukungnya.

Dewan Keamanan dengan suara bulat telah mengesahkan Resolusi  2014 pada  21 Oktober lalu, yang mengutuk serangan terhadap demonstran oleh pasukan Saleh dan sangat mendukung rencana GCC. Beberapa ratus demonstran telah tewas di Yaman sejak demonstrasi anti-pemerintah meletus pada akhir Januari lalu. (net/jpnn)

SANAA- Desakan demonstran agar Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mundur dari jabatannya akhirnya disambut oleh pemimpin 33 tahun itu. Dia bersedia mundur dan akan menyerahkan Negara kepada militer jika diminta oleh oposisi.

Utusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Jamal Benomar, Selasa (22/11) mengatakan Presiden Saleh setuju untuk menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya dan menerima pembentukan pemerintah persatuan.

“Saleh sudah setuju menyerahkan kekuasannya, demi pemerintahan yang lebih baik pada masa akan datang,” ucapnya.
Sebenarnya, paparnya Saleh berulangkali berencana menandatangani perjanjian serupa di masa lalu. Tapi, mengurungkan niat di menit-menit terakhir. Presiden Saleh yang berkuasa sejak 1978 di luar dugaan kembali dari Saudi dua bulan lalu setelah selamat dari serangan di kompleks kediamannya Juni lalu.

Demonstrasi antipemerintah awalnya berjalan damai namun kemudian berubah menjadi konflik bersenjata yang melibatkan suku dan kelompok militan. Setidaknya lima provinsi di Yaman saat ini berada di luar kontrol pemerintah.
Sedangkan kantor berita resmi Saba, Sabtu (19/11) mengutip pernyataan Ali Abdullah Saleh mengatakan siap mundur dengan catatan militernya tetap berada di kawasan tersebut.  “Kami siap membuat pengorbanan bagi negara ini. Tapi anda akan selalu berada di sana, meskipun kami mundur,” kata Saleh kepada tentara yang setia padanya.

Kantor berita itu mengatakan, Saleh menyampaikan pernyataan tersebut pada saat inspeksi terhadap Garda Republik, korps elite militer yang dipimpin oleh anak laki-lakinya, Ahmad.

Presiden yang berkuasa sejak 1978 itu telah mendapat tekanan domestik dan internasioal yang meningkat untuk mundur sesuai dengan cetak biru perdamaian yang diperantarai Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Saleh menyambut baik rencana Teluk  itu belum secara resmi mendukungnya.

Dewan Keamanan dengan suara bulat telah mengesahkan Resolusi  2014 pada  21 Oktober lalu, yang mengutuk serangan terhadap demonstran oleh pasukan Saleh dan sangat mendukung rencana GCC. Beberapa ratus demonstran telah tewas di Yaman sejak demonstrasi anti-pemerintah meletus pada akhir Januari lalu. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/