25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Thailand Tolak Utusan Indonesia

BANGKOK- Upaya Indonesia sebagai penengah dalam konflik antara Kamboja dan Thailand mendapat penolakan dari Menteri Pertahanan Thailand, Prawit Wongsuwan. Indonesia ditolak karena mengirimkan pemantau di perbatasan kedua negara.

Demikian dilansir Bangkok Post, Rabu (23/4), pernyataan Wongsuwan ini disampaikan panglima tinggi militer, Prayuth Chan-ocha. Menhan dan semua petinggi angkatan bersenjata Thailand menolak campur tangan pihak ketiga, apalagi sampai mengirimkan pemantaunya di perbatasan.

Prayuth menegaskan, militer Thailand ingin agar konflik kedua negara diselesaikan melalui dialog bilateral, tanpa perlu adanya penengah dari pihak luar. “Thailand dan Kamboja dapat mencapai kesepakatan melalui negosiasi, terutama di antara para tentara,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan 30 orang dibagi dua, ditempatkan di masing-masing perbatasan. Natalegawa menjelaskan proposal teknis mengenai jalannya pemantauan telah dikirimkan kepada Kamboja dan Thailand. Kamboja dilaporkan telah menyetujui proposal tersebut, namun Thailand belum menyetujui beberapa bagian dari proposal.

Badan pengawas ini, ujar Prayuth, haruslah terdiri dari tentara Kamboja dan Thailand saja. Tidak perlu adanya pemantau dari Indonesia. Jika Kamboja bersikeras perlunya campur tangan pemantau Indonesia, maka pemantau ini harus melakukan tugasnya di luar wilayah konflik.

“Kenapa mereka mau memasuki wilayah konflik? tempat itu tidak aman. Pertanyaannya adalah, jika pemantau Indonesia datang, apakah mereka dapat memerintahkan tentara Kamboja untuk tidak melanggar Nota Kesepahaman yang telah dibuat?,”ujarnya.

Pernyata Prayuth tersebut sangat bertentangan dengan kesepakatan yang diambil menteri luar negeri kedua negara di Jakarta pada 22 Februari lalu. Pada pertemuan yang juga dihadiri perwakilan negara-negara ASEAN tersebut, kedua negara sepakat meminta Indonesia mengirimkan tim pemantaunya ke perbatasan, untuk mengawasi gencatan senjata berjalan dengan baik.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan 30 orang yang dibagi dua, ditempatkan di masing-masing perbatasan. Natalegawa menjelaskan bahwa proposal teknis mengenai jalannya pemantauan telah dikirimkan kepada Kamboja dan Thailand. Kamboja dilaporkan telah menyetujui proposal tersebut, namun Thailand belum menyetujui beberapa bagian dari proposal.
Sampai saat ini, pemantau tidak bisa dikirim karena masalah tersebut. (bbs/jpnn)

BANGKOK- Upaya Indonesia sebagai penengah dalam konflik antara Kamboja dan Thailand mendapat penolakan dari Menteri Pertahanan Thailand, Prawit Wongsuwan. Indonesia ditolak karena mengirimkan pemantau di perbatasan kedua negara.

Demikian dilansir Bangkok Post, Rabu (23/4), pernyataan Wongsuwan ini disampaikan panglima tinggi militer, Prayuth Chan-ocha. Menhan dan semua petinggi angkatan bersenjata Thailand menolak campur tangan pihak ketiga, apalagi sampai mengirimkan pemantaunya di perbatasan.

Prayuth menegaskan, militer Thailand ingin agar konflik kedua negara diselesaikan melalui dialog bilateral, tanpa perlu adanya penengah dari pihak luar. “Thailand dan Kamboja dapat mencapai kesepakatan melalui negosiasi, terutama di antara para tentara,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan 30 orang dibagi dua, ditempatkan di masing-masing perbatasan. Natalegawa menjelaskan proposal teknis mengenai jalannya pemantauan telah dikirimkan kepada Kamboja dan Thailand. Kamboja dilaporkan telah menyetujui proposal tersebut, namun Thailand belum menyetujui beberapa bagian dari proposal.

Badan pengawas ini, ujar Prayuth, haruslah terdiri dari tentara Kamboja dan Thailand saja. Tidak perlu adanya pemantau dari Indonesia. Jika Kamboja bersikeras perlunya campur tangan pemantau Indonesia, maka pemantau ini harus melakukan tugasnya di luar wilayah konflik.

“Kenapa mereka mau memasuki wilayah konflik? tempat itu tidak aman. Pertanyaannya adalah, jika pemantau Indonesia datang, apakah mereka dapat memerintahkan tentara Kamboja untuk tidak melanggar Nota Kesepahaman yang telah dibuat?,”ujarnya.

Pernyata Prayuth tersebut sangat bertentangan dengan kesepakatan yang diambil menteri luar negeri kedua negara di Jakarta pada 22 Februari lalu. Pada pertemuan yang juga dihadiri perwakilan negara-negara ASEAN tersebut, kedua negara sepakat meminta Indonesia mengirimkan tim pemantaunya ke perbatasan, untuk mengawasi gencatan senjata berjalan dengan baik.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan 30 orang yang dibagi dua, ditempatkan di masing-masing perbatasan. Natalegawa menjelaskan bahwa proposal teknis mengenai jalannya pemantauan telah dikirimkan kepada Kamboja dan Thailand. Kamboja dilaporkan telah menyetujui proposal tersebut, namun Thailand belum menyetujui beberapa bagian dari proposal.
Sampai saat ini, pemantau tidak bisa dikirim karena masalah tersebut. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/