JAKARTA- Dunia penerbangan kembali berduka. Belum tuntas evakuasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, kini dua pesawat lain juga mengalami insiden. Pesawat nahas milik maskapai penerbangan Taiwan, TransAsia Airways dengan nomor penerbangan GE222 berisi 58 penumpang terjatuh Rabu (23/7) malam. Sedangkan pesawat milik maskapai penerbangan Air Algerie membawa 110 penumpang kehilangan kontak hampir satu jam setelah lepas landas dari Burkina Faso menuju Aljazair, Kamis (24/7).
Dalam kecelakaan TransAsia Airways, seorang warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengkonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Saat ini, yang bersangkutan tengah di rawat di Rumah Sakit Pulau Penghu, Taiwan.
Pernyataan tersebut sekaligus mengklarifikasi informasi sebelumnya, yang mengatakan bahwa tidak ada WNI yang menjadi korban dalam kecelakaan yang menewaskan 50 orang itu. Juru Bicara Kemenlu Michael Tene mengatakan, WNI itu diketahui berjenis kelamin perempuan. Ia bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Taiwan.
Tene menjelaskan, WNI tersebut bukan penumpang dalam pesawat. Melainkan, korban luka ‘ditabrak’ pesawat saat gedung apartemen tempat ia berada dihantam pesawat jenis ATR 72-500 itu. “Telah diperoleh update terbaru, ada satu WNI yang terluka dan dalam perawatan di RS Penghu, Taiwan. WNI tersebut bukan penumpang pesawat tapi bekerja di apartemen yang ditabrak pesawat,” ujar Tene saat dihubungi kemarin.
Saat ditanya mengenai identitas korban, Tene mengaku belum bisa merilisnya. Sebab, pihak Kemenlu akan melakukan konfirmasi kepada pihak keluarga terlebih dahulu. “Sudah diketahui (identitasnya), namun harus info ke keluarga dulu,” pungkasnya.
Untuk diketahui, pesawat dengan nomor penerbangan GE222 itu menabrak dua bangungan saat melakukan pendaratan darurat. Pendaratan darurat dilakukan lantaran cuaca ekstrim yang tengah melanda Taiwan. Menurut data yang dihimpun, sebanyak 50 orang tewas dan 10 orang luka-luka.
Kecelakaan pesawat terakhir di Taiwan terjadi pada tahun 2002 lalu. Saat itu, maskapai China Airlines yang tengah menuju ke Hong Kong jatuh di tepi Pulau Penghu. Akibat kecelakaan tersebut, sebanyak 225 penumpang dan kru dinyatakan tewas.
Pesawat berjenis ATR-72 milik maskapai penerbangan TransAsia jatuh di Pulau Penghu, Taiwan, Rabu (23/7). Pesawat nahas itu jatuh setelah gagal mendarat di Bandara Magong, Taiwan.
Pesawat tersebut membawa 58 penumpang termasuk kru. BBC melaporkan, korban tewas kini sudah mencapai 48 orang, sedangkan 10 lainnya dalam keadaan luka.
Kantor Berita Taiwan, CNA menyatakan, Menteri Transportasi Taiwan, Yeh Kuang-shih dibantu pejabat penerbangan sudah melakukan perjalanan ke Pulau Penghu untuk melakukan penyelidikan.
Kecelakaan tersebut terjadi saat Taiwan dilanda Badai Matmo. Saat itu pesawat ATR-72 TransAsia menjali rute penerbangan dari Kota Kaohsiung di Taiwan selatan menuju Penghu.
BBC mencatat, kecelakaan pesawat ini merupakan yang terparah dalam satu dekade dunia penerbangan Taiwan.
Pesawat Air Algerie Hilang Kontak
Maskapai penerbangan Air Algerie mengaku kehilangan kontak dengan salah satu pesawatnya hampir satu jam setelah lepas landas dari Burkina Faso menuju Aljazair, Kamis, 24 Juli 2014. Pesawat D-C9 tersebut membawa 110 penumpang dengan berbagai kewarganegaraan.
Sumber yang tidak mau disebut namanya mengatakan kontak dengan penerbangan hilang saat masih berada di wilayah udara Mali mendekati perbatasan Aljazair. “Pesawat tidak jauh dari perbatasan Aljazair ketika awak diminta untuk memutar karena berkurangnya jarak pandang, dan mencegah risiko tabrakan dengan pesawat lain dengan rute Aljazair-Bamako,” ujar sumber itu. “Kontak hilang setelah pesawat memutar.”
Maskapai penerbangan mengumumkan pesawat hilang dalam pernyataan singkat yang dilansir kantor berita nasional APS. “Layanan navigasi udara kehilangan kontak dengan pesawat Air Algerie yang terbang dari Ouagadougou ke Aljazair, 50 menit setelah lepas landas, Kamis,” tulis APS.
Disebutkan pula perusahaan pada awalnya menggelar rencana darurat pencarian pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 yang terbang empat kali satu pekan di rute sepanjang empat jam itu. Salah satu bencana udara terburuk di Aljazair terjadi Februari lalu, ketika pesawat militer C-130 yang membawa 78 orang jatuh saat cuaca buruk di timur laut pegunungan dan menewaskan lebih dari 70 orang.
Tamanrasset yang terletak di pedalaman selatan merupakan tempat bencana penerbangan sipil terburuk Maret 2003. Dari 103 penumpang Air Algerie yang terbakar ketika lepas landas, hanya satu yang selamat. Satu-satunya korban selamat adalah seorang tentara muda Aljazair yang menderita luka kritis.
Hilang di Sahara
Sementara itu, pejabat penerbangan di Aljazair mengatakan mereka kehilangan kontak dengan pesawat Air Algerie, maskapai penerbangan nasional negara tersebut, 50 menit setelah pesawat ini lepas landas dari Burkina Faso.
Kantor berita Associated Press memberitakan pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 ini menghilang dari radar pada pukul 01.55 GMT.
Pesawat hilang ketika berada di atas gurun Sahara. Diperkirakan pesawat tersebut mengangkut 110 penumpang dan enam awak. Kantor berita Aljazair mengatakan pesawat ini dalam penerbangan dari Ougadougou, Burkina Faso, menuju ibu kota Aljazair, Aljir, dan dijadwalkan mendarat pukul 05.10 GMT.
“Sesuai prosedur penerbangan, Air Algerie sudah menerapkan rencana daurat,” kata pejabat Air Algerie kepada kantor berita APS.
Pesawat yang hilang tersebut dari jenis MD83, yang sebenarnya dimiliki oleh Swiftair namun disewa oleh Air Algerie. Belum diketahui lintasan yang dipakai oleh pilot AH5017.
Secara geografis lintasan penerbangan akan melewati wilayah bergolak di Mali.
Tapi para pejabat menyatakan para pejuang di Mali diyakini tidak memiliki persenjataan yang bisa menembak jatuh pesawat.
Sementara itu sumber di Air Algerie kepada kantor berita AFP mengatakan karena jarak pandang yang buruk awak pesawat diminta mengalihkan rute guna menghindari kemungkinan tabrakan dengan penawat lain.
“Setelah rute dialihkan, kami kehilangan kontak,” katanya. (bbs/jpnn/tom)