26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ratusan Gempa Susulan Guncang Italia, 247 Orang Tewas

Foto: AFP Pencarian korban gempa di Italia.
Foto: AFP
Pencarian korban gempa di Italia.

AMATRICE, SUMUTPOS.CO – Pencarian korban gempa di beberapa wilayah di Italia masih terus berlangsung. Sejauh ini, korban tewas dilaporkan mencapai 247 jiwa dan angka tersebut diperkirakan masih terus naik.

Gempa bumi susulan juga masih melanda. Hingga kemarin (25/8), jumlahnya bahkan ratusan meski tak mencapai 6,2 SR, angka gempa pertama. Menjelang subuh, dua guncangan berkekuatan 5,1 dan 5,4 skala Richter (SR) menambah parah kerusakan di lokasi bencana.

“Kami tidur di dalam mobil dan gempa susulan terus melanda semalaman,’’ kata Monica, penduduk Kota Amatrice yang berhasil menyelamatkan diri saat bencana meruntuhkan kotanya.

Selain Kota Accumoli, Kota Arquata del Tronto, dan Kota Pescara del Tronto, kota turis yang terletak di kaki pegunungan Apennine itu menanggung dampak kerusakan terparah. Sebab, sebagian besar wilayahnya rata dengan tanah.

Seperti Monica, ratusan penduduk di sekitar episentrum (Amatrice) memilih bertahan di luar rumah. Mereka tidur di mobil atau tenda-tenda sederhana yang disediakan pemerintah setempat. Sebagian yang lain memilih tinggal di rumah dan kerabat di kota lain. ’’Kami sudah kehilangan rumah. Teman dan kerabat kami juga banyak yang mati. Kami sudah kehilangan segalanya. Bahkan, rasa takut kami juga,’’ ujar Monica.

Wali Kota Arquata del Tronto Aleandro Petrucci mengatakan bahwa gempa telah merenggut 75 persen kotanya. Kini, Arquata hanya tersisa 25 persen. ’’Jika kami tidak segera mendapat pertolongan, Arquata akan lenyap,’’ ungkapnya.

Petrucci mengaku kesulitan mendata warganya. Itu disebabkan populasi kota resor yang terbagi menjadi 13 hamlet (setingkat dusun) tersebut selalu berubah. ’’Pada musim dingin, kota ini seperti kota mati. Nyaris tidak ada warga yang tinggal di sini. Tapi, jumlahnya meningkat menjadi dua atau tiga kali lipat pada musim panas,’’ terangnya.

Pada musim panas yang identik dengan liburan, para pemilik vila di kota wisata itu selalu mudik. Mereka mengurus vila atau resor yang selalu kebanjiran tamu pada musim panas. Itulah yang membuat pemerintah setempat kesulitan mendata warganya di situasi darurat seperti sekarang. ’’Saat gempa melanda, sepertinya ada sekitar 300 orang di kota ini,’’ ujarnya.

Foto: AFP Pencarian korban gempa di Italia.
Foto: AFP
Pencarian korban gempa di Italia.

AMATRICE, SUMUTPOS.CO – Pencarian korban gempa di beberapa wilayah di Italia masih terus berlangsung. Sejauh ini, korban tewas dilaporkan mencapai 247 jiwa dan angka tersebut diperkirakan masih terus naik.

Gempa bumi susulan juga masih melanda. Hingga kemarin (25/8), jumlahnya bahkan ratusan meski tak mencapai 6,2 SR, angka gempa pertama. Menjelang subuh, dua guncangan berkekuatan 5,1 dan 5,4 skala Richter (SR) menambah parah kerusakan di lokasi bencana.

“Kami tidur di dalam mobil dan gempa susulan terus melanda semalaman,’’ kata Monica, penduduk Kota Amatrice yang berhasil menyelamatkan diri saat bencana meruntuhkan kotanya.

Selain Kota Accumoli, Kota Arquata del Tronto, dan Kota Pescara del Tronto, kota turis yang terletak di kaki pegunungan Apennine itu menanggung dampak kerusakan terparah. Sebab, sebagian besar wilayahnya rata dengan tanah.

Seperti Monica, ratusan penduduk di sekitar episentrum (Amatrice) memilih bertahan di luar rumah. Mereka tidur di mobil atau tenda-tenda sederhana yang disediakan pemerintah setempat. Sebagian yang lain memilih tinggal di rumah dan kerabat di kota lain. ’’Kami sudah kehilangan rumah. Teman dan kerabat kami juga banyak yang mati. Kami sudah kehilangan segalanya. Bahkan, rasa takut kami juga,’’ ujar Monica.

Wali Kota Arquata del Tronto Aleandro Petrucci mengatakan bahwa gempa telah merenggut 75 persen kotanya. Kini, Arquata hanya tersisa 25 persen. ’’Jika kami tidak segera mendapat pertolongan, Arquata akan lenyap,’’ ungkapnya.

Petrucci mengaku kesulitan mendata warganya. Itu disebabkan populasi kota resor yang terbagi menjadi 13 hamlet (setingkat dusun) tersebut selalu berubah. ’’Pada musim dingin, kota ini seperti kota mati. Nyaris tidak ada warga yang tinggal di sini. Tapi, jumlahnya meningkat menjadi dua atau tiga kali lipat pada musim panas,’’ terangnya.

Pada musim panas yang identik dengan liburan, para pemilik vila di kota wisata itu selalu mudik. Mereka mengurus vila atau resor yang selalu kebanjiran tamu pada musim panas. Itulah yang membuat pemerintah setempat kesulitan mendata warganya di situasi darurat seperti sekarang. ’’Saat gempa melanda, sepertinya ada sekitar 300 orang di kota ini,’’ ujarnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/