BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Krisis politik di Thailand semakin runyam. Kepala pemerintahan kini justru tidak bisa menjalankan tugas dari pusat pemerintahan di ibu kota. Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, yang menjadi sasaran pengunjuk rasa anti pemerintah selama berminggu-minggu, telah meninggalkan ibu kota negara itu dan tinggal 150 kilometer dari Bangkok
“Perdana menteri sudah tidak berada di Bangkok demi alasan keamanan,” kata juru bicara pemerintah Senin malam (24/2). Demi keamanan, pejabat pemerintah tersebut tidak mau memberikan keterangan spesifik di mana Yingluck berada.
Dilansir dari Reuters Rabu (26/2), belum bisa dipastikan kapan Yingluck akan kembali ke Bangkok. Adik Perdana Menteri terguling Thaksin Shinawatra itu kali terakhir terlihat di tengah publik seminggu lalu, yakni pada Selasa, 18 Februari 2014. Namun, Yingluck dijadwalkan menghadiri sidang korupsi di ibu kota negara tersebut hari ini, Kamis (27/2).
Keputusan pemerintah mengamankan Yingluck memang masuk akal. Aksi protes yang berlangsung di Thailand sekarang sesekali diselingi ledakan bom dan tembakan. Aksi itu bertujuan segera menggulingkan Yingluck dari pemerintahan serta menghapus pengaruh kakaknya, Thaksin, yang dianggap banyak orang sebagai kekuatan sesungguhnya di balik pemerintahan Yingluck.
Sudah hampir tiga bulan Thailand berada dalam krisis. Sejumlah cara, termasuk pemilu, sudah dilakukan untuk meredakan ketegangan. Tetapi, cara tersebut nyatanya tak cukup ampuh untuk mengembalikan kondisi kondusif Negeri Gajah Putih.
Sementara itu, krisis mulai memengaruhi ekonomi Thailand. Impor turun ke tingkat terbesar dalam empat tahun terakhir. Impor turun 15,5 persen Januari lalu dibanding periode sama tahun lalu dan ini adalah kejatuhan terbesar sejak Oktober 2009.
Impor komputer dan suku cadang turun 19 persen dibanding tahun lalu. Suku cadang otomotif turun 31,8 persen dan barang konsumsi 5,3 persen. Ekspor juga turun 2 persen. (ade/c9/kim)