28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Ajdabiya Direbut Anti-Khadafi

AJDABIYA- Setelah tujuh hari melakukan gempuran, akhirnya serbuan udara pasukan koalisi mulai membuahkan hasil. Ajdabiya, kota yang menjadi penghubung Libya Barat dan Timur, jatuh ke tangan pemberontak, kubu yang dibantu koalisi, kemarin (26/3).

Pintu gerbang sebelah timur Ajdabiya, yang dekat dengan ibu kota kubu pemberontak, Benghazi, berhasil direbut  pada Jumat tengah malam waktu setempat (Sabtu pagi WIB). Sedangkan pintu gerbang barat diambil alih pada Sabtu subuh waktu Ajdabiya (Sabtu siang WIB). Semuanya berkat bantuan serangan udara koalisi.
“Semua bagian Ajdabiya sudah bebas (dari pasukan pemerintah),” kata Saif Sadawi (20), seorang pejuang di kubu pemberontak, kepada Reuters.

Seperti dilansir The Guardian, di pintu gerbang timur Ajdabiya, setidaknya enam bangkai truk pasukan pemerintah terserak. Adapun di pintu gerbang barat juga kentara sekali bekas terjadinya pertempuran berat. Seorang juru bicara kubu koalisi dari Washington menyatakan, koalisi mengaku menghajar Ajdabiya dari udara dan air. Sebanyak 16 rudal Tomahawk ditembakkan dan total 153 serangan mendadak lewat udara dilancarkan ke arah basis artileri, pasukan, dan infrastruktur pasukan pro-Kadhafi.

Sementara Inggris mengaku pesawat-pesawat Tornado mereka berhasil melumpuhkan setidaknya empat tank T-72 buatan Rusia milik pro-Kadhafi di Ajdabiya. Juga sekitar 12 kendaraan militer lainnya.
Terlepasnya Ajdabiya dari tangan pasukan pro-Kadhafi itu disambut gegap gempita kubu pemberontak. Mereka membunyikan klakson, mengibarkan bendera Kerajaan Libya, bendera yang digunakan sebelum era Kadhafi yang dimulai pada 1969, dan menari-nari di sekitar bangkai tank pasukan pemerintah.

Maklum, tak gampang untuk bisa merebut Ajdabiya. Sudah  sekitar sepekan pemberontak berusaha masuk, tapi selalu  bisa dihalau loyalis Kadhafi yang secara persenjataan memang lebih unggul. Selain karena letaknya yang strategis, Ajdabiya juga memiliki nilai penting karena di wilayahnya terdapat pelabuhan ekpor minyak Ras Lanuf. Karena itu, keberhasilan merebut kota itu menjadi kemenangan moral penting bagi pemberontak.
Di Tripoli yang dikontrol loyalis Kadhafi, serbuan dari koalisi juga terus berlangsung. Ledakan akibat gempuran rudal atau bom yang dilepaskan koalisi terdengar di berbagai penjuru kota itu. Begitu pula di Misrata, medan pertempuran tersengit antara pro dan anti-Kadhafi.

Lalu, dimana Kadhafi sekarang? Sulit dipastikan. Yang jelas, sejak berpidato dari Bab al-Azizia, kompleks kediaman Kadhafi, Rabu (23/3) lalu, Kadhafi dan anak-anaknya tak pernah lagi menampakkan diri. Televisi milik pemerintah berkali-kali hanya menampilkan demonstrasi pro-Kadhafi, sebagian diambil dari dokumentasi lama.  “Terima kasih saudara-saudara atas pengorbanan heroik kalian,” begitu narasi yang kerap terdengar mengiringi pemutaran demonstrasi pro-Kadhafi di televisi pemerintah. Sementara itu, dari Addis Ababa, Chairman Uni Afrika (UA) Jean Ping mengatakan, pihaknya berencana memfasilitasi negosiasi damai antara kubu pro dan anti-Kadhafi. Ujung dari proses itu adalah pemilu yang demokratis.

Itu adalah pernyataan pertama UA sejak Dewan Keamanan PBB menetapkan zona larangan terbang yang disusul serbuan udara pasukan koalisi Sabtu pekan lalu. UA secara tegas sejak awal menolak segala bentuk intervensi asing ke Libya.

Namun, rencana UA itu sepertinya bakal tak gampang terealisasi. Sebab, dari Brussels, NATO menyatakan operasi militer di Libya bakal terus berlangsung sampai 90 hari, meski mungkin juga diperpendek atau bahkan diperpanjang. Prancis, salah satu anggota koalisi, sudah  menegaskan Operasi Perjalanan Fajar bakal butuh waktu berminggu-minggu.  Ide lain dikemukakan Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, Nick Harvey. Yakni, pemecahan Libya menjadi dua negara, Libya Barat yang berpusat di Tripoli dan Libya Timur yang beribu kota di Benghazi. Ide itu didasarkan jejak sejarah. Libya Barat dulunya adalah wilayah Imperium Carthagian. Sedangkan Libya Timur masuk kekuasaan Imperium Yunani Kuno. Keduanya baru disatukan menjadi Libya pada 1934 oleh Benito Mussolini, penguasa Italia yang mengakuisisi kedua wilayah tersebut. Revans ala Lockerbie. Dampak serbuan ke Libya bisa berdampak fatal bagi Inggris, salah satu motor pasukan koalisi. Yaitu, berupa serangan balasan ala Lockerbie yang juga diotaki rezim Kadhafi.

“Warga Inggris Raya mesti mengingat kutukan Kadhafi. Kalau dia sampai masih bisa bertahan, tak menutup kemungkinan dia akan membalas dendam,” kata Kenneth Clarke, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Inggris, kepada The Guardian.

Tragedi Lockerbie terjadi pada 1988 saat pesawat Pan Am 103 diledakkan di atas udara Lockerbie, sebuah kota kecil di Skotlandia. Ledakan itu menewaskan 259 orang yang ada di pesawat dan 11 lainnya yang kejatuhan reruntuhan pesawat.  Menurut Clarke, kemungkinan Kadhafi bertahan itu tetap ada karena Dewan Keamanan PBB yang “mengotaki” serbuan ke Libya tak memiliki skema jelas bagaimana cara melengserkan Kadhafi. “Begitu juga pemerintah Inggris. Mereka tak tahu berapa lama konflik ini akan berlangsung atau bagaimana cara menyelesaikannya,” katanya. (ttg/jpnn)

AJDABIYA- Setelah tujuh hari melakukan gempuran, akhirnya serbuan udara pasukan koalisi mulai membuahkan hasil. Ajdabiya, kota yang menjadi penghubung Libya Barat dan Timur, jatuh ke tangan pemberontak, kubu yang dibantu koalisi, kemarin (26/3).

Pintu gerbang sebelah timur Ajdabiya, yang dekat dengan ibu kota kubu pemberontak, Benghazi, berhasil direbut  pada Jumat tengah malam waktu setempat (Sabtu pagi WIB). Sedangkan pintu gerbang barat diambil alih pada Sabtu subuh waktu Ajdabiya (Sabtu siang WIB). Semuanya berkat bantuan serangan udara koalisi.
“Semua bagian Ajdabiya sudah bebas (dari pasukan pemerintah),” kata Saif Sadawi (20), seorang pejuang di kubu pemberontak, kepada Reuters.

Seperti dilansir The Guardian, di pintu gerbang timur Ajdabiya, setidaknya enam bangkai truk pasukan pemerintah terserak. Adapun di pintu gerbang barat juga kentara sekali bekas terjadinya pertempuran berat. Seorang juru bicara kubu koalisi dari Washington menyatakan, koalisi mengaku menghajar Ajdabiya dari udara dan air. Sebanyak 16 rudal Tomahawk ditembakkan dan total 153 serangan mendadak lewat udara dilancarkan ke arah basis artileri, pasukan, dan infrastruktur pasukan pro-Kadhafi.

Sementara Inggris mengaku pesawat-pesawat Tornado mereka berhasil melumpuhkan setidaknya empat tank T-72 buatan Rusia milik pro-Kadhafi di Ajdabiya. Juga sekitar 12 kendaraan militer lainnya.
Terlepasnya Ajdabiya dari tangan pasukan pro-Kadhafi itu disambut gegap gempita kubu pemberontak. Mereka membunyikan klakson, mengibarkan bendera Kerajaan Libya, bendera yang digunakan sebelum era Kadhafi yang dimulai pada 1969, dan menari-nari di sekitar bangkai tank pasukan pemerintah.

Maklum, tak gampang untuk bisa merebut Ajdabiya. Sudah  sekitar sepekan pemberontak berusaha masuk, tapi selalu  bisa dihalau loyalis Kadhafi yang secara persenjataan memang lebih unggul. Selain karena letaknya yang strategis, Ajdabiya juga memiliki nilai penting karena di wilayahnya terdapat pelabuhan ekpor minyak Ras Lanuf. Karena itu, keberhasilan merebut kota itu menjadi kemenangan moral penting bagi pemberontak.
Di Tripoli yang dikontrol loyalis Kadhafi, serbuan dari koalisi juga terus berlangsung. Ledakan akibat gempuran rudal atau bom yang dilepaskan koalisi terdengar di berbagai penjuru kota itu. Begitu pula di Misrata, medan pertempuran tersengit antara pro dan anti-Kadhafi.

Lalu, dimana Kadhafi sekarang? Sulit dipastikan. Yang jelas, sejak berpidato dari Bab al-Azizia, kompleks kediaman Kadhafi, Rabu (23/3) lalu, Kadhafi dan anak-anaknya tak pernah lagi menampakkan diri. Televisi milik pemerintah berkali-kali hanya menampilkan demonstrasi pro-Kadhafi, sebagian diambil dari dokumentasi lama.  “Terima kasih saudara-saudara atas pengorbanan heroik kalian,” begitu narasi yang kerap terdengar mengiringi pemutaran demonstrasi pro-Kadhafi di televisi pemerintah. Sementara itu, dari Addis Ababa, Chairman Uni Afrika (UA) Jean Ping mengatakan, pihaknya berencana memfasilitasi negosiasi damai antara kubu pro dan anti-Kadhafi. Ujung dari proses itu adalah pemilu yang demokratis.

Itu adalah pernyataan pertama UA sejak Dewan Keamanan PBB menetapkan zona larangan terbang yang disusul serbuan udara pasukan koalisi Sabtu pekan lalu. UA secara tegas sejak awal menolak segala bentuk intervensi asing ke Libya.

Namun, rencana UA itu sepertinya bakal tak gampang terealisasi. Sebab, dari Brussels, NATO menyatakan operasi militer di Libya bakal terus berlangsung sampai 90 hari, meski mungkin juga diperpendek atau bahkan diperpanjang. Prancis, salah satu anggota koalisi, sudah  menegaskan Operasi Perjalanan Fajar bakal butuh waktu berminggu-minggu.  Ide lain dikemukakan Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, Nick Harvey. Yakni, pemecahan Libya menjadi dua negara, Libya Barat yang berpusat di Tripoli dan Libya Timur yang beribu kota di Benghazi. Ide itu didasarkan jejak sejarah. Libya Barat dulunya adalah wilayah Imperium Carthagian. Sedangkan Libya Timur masuk kekuasaan Imperium Yunani Kuno. Keduanya baru disatukan menjadi Libya pada 1934 oleh Benito Mussolini, penguasa Italia yang mengakuisisi kedua wilayah tersebut. Revans ala Lockerbie. Dampak serbuan ke Libya bisa berdampak fatal bagi Inggris, salah satu motor pasukan koalisi. Yaitu, berupa serangan balasan ala Lockerbie yang juga diotaki rezim Kadhafi.

“Warga Inggris Raya mesti mengingat kutukan Kadhafi. Kalau dia sampai masih bisa bertahan, tak menutup kemungkinan dia akan membalas dendam,” kata Kenneth Clarke, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Inggris, kepada The Guardian.

Tragedi Lockerbie terjadi pada 1988 saat pesawat Pan Am 103 diledakkan di atas udara Lockerbie, sebuah kota kecil di Skotlandia. Ledakan itu menewaskan 259 orang yang ada di pesawat dan 11 lainnya yang kejatuhan reruntuhan pesawat.  Menurut Clarke, kemungkinan Kadhafi bertahan itu tetap ada karena Dewan Keamanan PBB yang “mengotaki” serbuan ke Libya tak memiliki skema jelas bagaimana cara melengserkan Kadhafi. “Begitu juga pemerintah Inggris. Mereka tak tahu berapa lama konflik ini akan berlangsung atau bagaimana cara menyelesaikannya,” katanya. (ttg/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/