25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tragedi Munchen Bikin Merinding, Ruang Ganti Jadi Favorit

Mengunjungi Markas Manchester United

Menjelang laga, Megastore Manchester United bisa lebih sesak daripada pasar malam di Indonesia. Bahkan, tragedi Munchen yang nyaris menghancurkan klub pun bisa mereka kemas dengan baik hingga menarik minat orang untuk datang.

Nurwahid, Manchester

YA, dari Old Trafford, Manchester United (MU) mampu membikin para penggemar bola tergila-gila kepada mereka. Tidak hanya untuk menyaksikan pertandingan di Theater of Dreams “julukan Old Trafford” berkapasitas lebih dari 75 ribu penonton tersebut. Hal-hal di luar lapangan yang berbau tim juara Liga Inggris 19 kali tersebut juga mampu dikemas dengan baik sehingga laris dijual.

Di kompleks Stadion Old Trafford, penggemar MU punya banyak pilihan. Yakni, bisa mengunjungi museum, tempat koleksi segala kebesaran dan liku-liku perjalanan tim dipajang. Atau, Red Cafe, tempat ratusan fans berat tiap hari berdatangan untuk sekadar nongkrong atau mencari informasi terbaru tentang tim kesayangan mereka.

Ada pula Megastore, tempat penjualan atribut dan pernak-pernik MU yang saat menjelang pertandingan sesaknyan
bisa mengalahkan pasar malam di Indonesia. Juga, tak tertinggal, stadion itu sendiri dengan segala fasilitasnya. Mulai kamar ganti pemain hingga ruang santai pemain.

Di antara semua itu, yang paling menarik pengunjung dari luar Manchester adalah museum yang tertata dan kebersihannya yang terjaga dengan sangat baik. Di museum tersebut, dipajang perjalanan panjang MU yang dulu merupakan klub para pekerja kereta api setempat itu.
Mulai masa awal didirikan, jatuh bangun klub, tragedi Munchen pada 1958 yang menewaskan sebagian besar pemain dan ofisial tim, hingga kejayaan mereka memenangi 19 kali liga domestik, mengungguli tim besar lain, Liverpool (18 kali), yang mereka lakukan tahun lalu.

Menyaksikan segala koleksi museum, mulai foto para superstar tim, kostum, dan deretan piala yang mereka capai, pengunjung mungkin akan sering tersenyum dan berdecak kagum. Tapi, menyaksikan tempat yang menyimpan memori tragedi Munchen, pengunjung akan langsung tercekat dengan membayangkan kengerian peristiwa yang sudah berlalu lebih dari 40 tahun tersebut. Mulai koran-koran yang memuat berita tragedi itu hingga profil para pemain yang menjadi korban.

Tragedi Munchen terjadi pada 26 Februari 1958. Ketika itu, pesawat British European Airways yang membawa rombongan Busby Babes -julukan tim United yang kala itu ditangani Matt Busby- yang baru pulang dari laga perempat final Piala Eropa (kini Liga Champions) melawan Red Star Belgrade di Yugoslavia transit di Bandara Munchen, Jerman, untuk mengisi bahan bakar.

Tapi, ketika mendarat, pesawat terganggu lumpur. Pesawat sempat berusaha mendarat dua kali dan yang ketiga mengalami kecelakaan. Sebanyak 23 anggota tim tewas, termasuk delapan pemain.

Tragedi itu nyaris menghancurkan klub. Pihak manajemen sempat berencana tak meneruskan kompetisi. Sebab, seluruh pemain yang tewas adalah pemain muda yang sedang bagus-bagusnya. Bayangkan, pemain tertua yang juga tewas, Roger Byrne, saja masih 28 tahun. Selain Byrne, pemain yang tewas adalah Geoff Bent, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, dan Liam Whelan.

Beruntung, asisten Busby, Jimmy Murphy, bersikeras untuk terus berlaga dengan pemain yang tersisa plus rekrutan baru dari kawasan sekitar Manchester. “Mereka yang tewas ketika itu adalah para pemain muda yang hebat, pemain masa depan,” ujar Terry Collon, tour guide Museum dan Stadion Old Trafford.

Tak jarang, sebuah tragedi menyisakan cerita heroik. Pada saat kritis dan di bawah rasa ketakutan pesawat akan meledak, penjaga gawang Harry Gregg masih sempat menyelamatkan dua temannya, Bobby Carlton, yang kemudian menjadi legenda MU, dan Dennis Violet. Gregg berusaha mengencangkan sabuk pengaman keduanya dan mereka pun selamat.
Kisah ajaib muncul dari sang manajer legendaris, Matt Busby, yang juga ikut dalam rombongan. Tim dokter sempat menyatakan bahwa sudah tidak ada harapan bagi dirinya untuk selamat. Tapi, dua bulan kemudian, dia keluar dari rumah sakit dengan kondisi sehat.Selain mendokumentasikannya di museum, United mengabadikan peristiwa tersebut dengan menjadikannya nama bangunan. Masih di kompleks stadion, dibangun Munchen Tunnel yang dipakai kantor dan tempat penukaran tiket.
Lain museum, lain lagi fasilitas stadion yang juga dijual untuk tur Old Trafford. Di antara segala fasilitas stadion, yang paling bikin antusias pengunjung adalah ruang ganti pemain serta ruang santai pemain.
Setiap menjelang pertandingan, di ruang ganti selalu terpajang 18 kostum pemain inti dan cadangan yang akan diturunkan ke lapangan. “Kamar ganti ini didesain ulang pada 2000 setelah pindah dari tempat yang lama,” kata Collon.
Tempat tersebut cukup luas dan bersih. Cukup lapang untuk menampung 18 pemain plus staf pelatih. Di tempat itu, tersedia papan magnetis yang bisa dipakai pelatih menyampaikan strategi dan skema pertandingan di depan para pemain. Ada juga televisi, fasilitas musik, enam shower, serta ruang hangat. “Di sini, (pelatih MU) Sir Alex Ferguson memberikan instruksi kepada pemain satu demi satu,” ujar Collon.
Sementara itu, di Players” Lounge, pengunjung bisa membayangkan bersantai seperti pemain yang akan bertanding dan setelah bertanding. Tempat itu merupakan tempat santai. Para pemain bisa dikunjungi orang-orang terdekat menjelang pertandingan, ketika mereka makan, dan setelah pertandingan.
Di tempat tersebut, pemain biasa bersantai sambil membaca koran, menonton televisi, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat. “Waktu David Beckham masih main di sini, yang datang Spice Girls (istri Beckham, Victoria, merupakan mantan personel girl band tersebut, Red),” canda Collon.
Ruang santai itu tidak terlalu luas, tapi nyaman. Pemain bisa duduk di kursi atau klesetan di lantai karpet. Ada minibar di situ. Di dinding, dipajang foto para pemain hebat yang telah memenangi trofi internasional. Foto-foto tersebut jelas menjadi cambuk bagi pemain yang akan turun ke lapangan. (*)

Mengunjungi Markas Manchester United

Menjelang laga, Megastore Manchester United bisa lebih sesak daripada pasar malam di Indonesia. Bahkan, tragedi Munchen yang nyaris menghancurkan klub pun bisa mereka kemas dengan baik hingga menarik minat orang untuk datang.

Nurwahid, Manchester

YA, dari Old Trafford, Manchester United (MU) mampu membikin para penggemar bola tergila-gila kepada mereka. Tidak hanya untuk menyaksikan pertandingan di Theater of Dreams “julukan Old Trafford” berkapasitas lebih dari 75 ribu penonton tersebut. Hal-hal di luar lapangan yang berbau tim juara Liga Inggris 19 kali tersebut juga mampu dikemas dengan baik sehingga laris dijual.

Di kompleks Stadion Old Trafford, penggemar MU punya banyak pilihan. Yakni, bisa mengunjungi museum, tempat koleksi segala kebesaran dan liku-liku perjalanan tim dipajang. Atau, Red Cafe, tempat ratusan fans berat tiap hari berdatangan untuk sekadar nongkrong atau mencari informasi terbaru tentang tim kesayangan mereka.

Ada pula Megastore, tempat penjualan atribut dan pernak-pernik MU yang saat menjelang pertandingan sesaknyan
bisa mengalahkan pasar malam di Indonesia. Juga, tak tertinggal, stadion itu sendiri dengan segala fasilitasnya. Mulai kamar ganti pemain hingga ruang santai pemain.

Di antara semua itu, yang paling menarik pengunjung dari luar Manchester adalah museum yang tertata dan kebersihannya yang terjaga dengan sangat baik. Di museum tersebut, dipajang perjalanan panjang MU yang dulu merupakan klub para pekerja kereta api setempat itu.
Mulai masa awal didirikan, jatuh bangun klub, tragedi Munchen pada 1958 yang menewaskan sebagian besar pemain dan ofisial tim, hingga kejayaan mereka memenangi 19 kali liga domestik, mengungguli tim besar lain, Liverpool (18 kali), yang mereka lakukan tahun lalu.

Menyaksikan segala koleksi museum, mulai foto para superstar tim, kostum, dan deretan piala yang mereka capai, pengunjung mungkin akan sering tersenyum dan berdecak kagum. Tapi, menyaksikan tempat yang menyimpan memori tragedi Munchen, pengunjung akan langsung tercekat dengan membayangkan kengerian peristiwa yang sudah berlalu lebih dari 40 tahun tersebut. Mulai koran-koran yang memuat berita tragedi itu hingga profil para pemain yang menjadi korban.

Tragedi Munchen terjadi pada 26 Februari 1958. Ketika itu, pesawat British European Airways yang membawa rombongan Busby Babes -julukan tim United yang kala itu ditangani Matt Busby- yang baru pulang dari laga perempat final Piala Eropa (kini Liga Champions) melawan Red Star Belgrade di Yugoslavia transit di Bandara Munchen, Jerman, untuk mengisi bahan bakar.

Tapi, ketika mendarat, pesawat terganggu lumpur. Pesawat sempat berusaha mendarat dua kali dan yang ketiga mengalami kecelakaan. Sebanyak 23 anggota tim tewas, termasuk delapan pemain.

Tragedi itu nyaris menghancurkan klub. Pihak manajemen sempat berencana tak meneruskan kompetisi. Sebab, seluruh pemain yang tewas adalah pemain muda yang sedang bagus-bagusnya. Bayangkan, pemain tertua yang juga tewas, Roger Byrne, saja masih 28 tahun. Selain Byrne, pemain yang tewas adalah Geoff Bent, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, dan Liam Whelan.

Beruntung, asisten Busby, Jimmy Murphy, bersikeras untuk terus berlaga dengan pemain yang tersisa plus rekrutan baru dari kawasan sekitar Manchester. “Mereka yang tewas ketika itu adalah para pemain muda yang hebat, pemain masa depan,” ujar Terry Collon, tour guide Museum dan Stadion Old Trafford.

Tak jarang, sebuah tragedi menyisakan cerita heroik. Pada saat kritis dan di bawah rasa ketakutan pesawat akan meledak, penjaga gawang Harry Gregg masih sempat menyelamatkan dua temannya, Bobby Carlton, yang kemudian menjadi legenda MU, dan Dennis Violet. Gregg berusaha mengencangkan sabuk pengaman keduanya dan mereka pun selamat.
Kisah ajaib muncul dari sang manajer legendaris, Matt Busby, yang juga ikut dalam rombongan. Tim dokter sempat menyatakan bahwa sudah tidak ada harapan bagi dirinya untuk selamat. Tapi, dua bulan kemudian, dia keluar dari rumah sakit dengan kondisi sehat.Selain mendokumentasikannya di museum, United mengabadikan peristiwa tersebut dengan menjadikannya nama bangunan. Masih di kompleks stadion, dibangun Munchen Tunnel yang dipakai kantor dan tempat penukaran tiket.
Lain museum, lain lagi fasilitas stadion yang juga dijual untuk tur Old Trafford. Di antara segala fasilitas stadion, yang paling bikin antusias pengunjung adalah ruang ganti pemain serta ruang santai pemain.
Setiap menjelang pertandingan, di ruang ganti selalu terpajang 18 kostum pemain inti dan cadangan yang akan diturunkan ke lapangan. “Kamar ganti ini didesain ulang pada 2000 setelah pindah dari tempat yang lama,” kata Collon.
Tempat tersebut cukup luas dan bersih. Cukup lapang untuk menampung 18 pemain plus staf pelatih. Di tempat itu, tersedia papan magnetis yang bisa dipakai pelatih menyampaikan strategi dan skema pertandingan di depan para pemain. Ada juga televisi, fasilitas musik, enam shower, serta ruang hangat. “Di sini, (pelatih MU) Sir Alex Ferguson memberikan instruksi kepada pemain satu demi satu,” ujar Collon.
Sementara itu, di Players” Lounge, pengunjung bisa membayangkan bersantai seperti pemain yang akan bertanding dan setelah bertanding. Tempat itu merupakan tempat santai. Para pemain bisa dikunjungi orang-orang terdekat menjelang pertandingan, ketika mereka makan, dan setelah pertandingan.
Di tempat tersebut, pemain biasa bersantai sambil membaca koran, menonton televisi, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat. “Waktu David Beckham masih main di sini, yang datang Spice Girls (istri Beckham, Victoria, merupakan mantan personel girl band tersebut, Red),” canda Collon.
Ruang santai itu tidak terlalu luas, tapi nyaman. Pemain bisa duduk di kursi atau klesetan di lantai karpet. Ada minibar di situ. Di dinding, dipajang foto para pemain hebat yang telah memenangi trofi internasional. Foto-foto tersebut jelas menjadi cambuk bagi pemain yang akan turun ke lapangan. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/