26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

38 Demonstran Pendukung Morsi Ditembak Mati

KAIRO- Krisis politik melanda Mesir Kian panas. Dilaporkan bahwa polisi Mesir telah menembak mati sedikitnya 38 pendukung presiden terguling Mohamed Morsi yang berunjuk rasa.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad mengklaim, aksi penembakan tersebut terjadi ketika salat subuh digelar pada Sabtu (27/7) pagi waktu setempat.

DEMO: Warga Turki pendukung penggulingan Mohamed Morsi  Mesir mengutuk pembunuhan terbaru  Kairo, Sabtu (27/7) //ADEM ALTAN/AFP PHOTO
DEMO: Warga Turki pendukung penggulingan Mohamed Morsi di Mesir mengutuk pembunuhan terbaru di Kairo, Sabtu (27/7) //ADEM ALTAN/AFP PHOTO

Pendukung Morsi kembali menggelar unjuk rasa setelah pengadilan Mesir mengumumkan penahanan Morsi terkait dugaan keterlibatan Hamas dan konspirasi pembunuhan polisi saat revolusi tahun 2011 lalu.

“Mereka menembak bukan untuk melukai, mereka menembak untuk membunuh. Luka tembak yang ditemukan ada di bagian kepala dan dada,” tutur Haddad seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/7).

Reporter Reuters yang ada di lokasi kejadian melaporkan, sedikitnya ada 20 jasad yang ditutupi dengan kain putih di rumah sakit setempat. Insiden ini terjadi di dekat sebuah masjid bernama Rabaa al-Adawiya yang ada di Kairo.
Sejumlah korban tewas lainnya dilaporkan dibawa ke rumah sakit lain. Haddad menambahkan, sebanyak 1.000 orang lain mengalami luka-luka dalam penembakan ini.

Menurut Haddad, awalnya polisi hanya menembakkan gas air mata ke arah pendukung Morsi yang berujun rasa di area dekat Rabaa dan 6th October Bridge. Tak diduga, tembakan gas air mata tersebut diselingi dengan tembakan senjata api.
“Di tengah-tengah asap akibat gas air mata, peluru-peluru mulai ditembakkan,” terangnya.

Haddad menambahkan, pelaku penembakan merupakan pasukan polisi khusus berseragam hitam. Tidak hanya itu, lanjut Haddad, para penembak jitu juga beraksi dari atap kampus maupun gedung-gedung yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Kantor berita setempat, MENA mengutip seorang sumber pejabat keamanan Mesir yang membantah penembakan ini. Menurut pejabat yang enggan disebut namanya tersebut, polisi hanya melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Menurutnya, sama sekali tidak ada senjata api yang digunakan.

Insiden ini merupakan yang kedua kalinya terjadi di Mesir semenjak penggulingan Morsi pada 3 Juli lalu. Pada 8 Juli lalu, sebanyak 53 pendukung Morsi tewas ditembak militer Mesir secara membabi buta di depan markas Garda Republik.
“Namun yang kali ini lebih brutal karena Garda Republik terlihat tengah melakukan operasi militer taktis. Kali ini tampak seperti agresi brutal,” tandas Haddad.

Ribuan pendukung Morsi ini kembali menyuarakan tuntutan agar Morsi segera dibebaskan dari tahanan pihak militer sejak dilengerkan 3 Juli lalu. Protes yang dilakukan oleh pendukung Ikhwanul Muslimin berlangsung di Kairo hingga ke Alexandria.

Protes itu merupakan respons dari pernyataan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel-Fattah el-Sissi yang sebelumnya menyebutkan, segala bentuk protes akan memberikan mandat baginya melawan teroris, dalam hal ini melakukan tindakan represif. Ucapannya itu ditujukan kepada kelompok pendukung Morsi dan kelompok Ikhwanul Muslimin.

Tetapi, protes pendukung Morsi juga dihadapkan pada protes mendukung El-Sissi. Mereka mendukung El-Sissi yang membentuk pemerintahan ad interim yang dipimpin oleh Adly Mansour.

Ikhwanul Muslimin bereaksi keras atas penembakan ini. Dalam keterangan pihaknya yang disebarkan melalui Facebook, Ikhwanul Muslimin mengatakan, pihak militer yang terlebih dahulu menyerang mereka ketika sedang melakukan protes damai.

Namun tuduhan tersebut dibantah keras oleh militer. Menurut keterangan seorang petinggi militer Mesir, bentrokan memang terjadi di dekat wilayah yang diduduki oleh Ikhwanul Muslimin, bukan di wilayah aksi protes tersebut. Militer mengaku tidak akan pernah ada percobaan serangan terhadap aksi protes Ikhwanul Muslimin. (rts/bbs/jpnn)

KAIRO- Krisis politik melanda Mesir Kian panas. Dilaporkan bahwa polisi Mesir telah menembak mati sedikitnya 38 pendukung presiden terguling Mohamed Morsi yang berunjuk rasa.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad mengklaim, aksi penembakan tersebut terjadi ketika salat subuh digelar pada Sabtu (27/7) pagi waktu setempat.

DEMO: Warga Turki pendukung penggulingan Mohamed Morsi  Mesir mengutuk pembunuhan terbaru  Kairo, Sabtu (27/7) //ADEM ALTAN/AFP PHOTO
DEMO: Warga Turki pendukung penggulingan Mohamed Morsi di Mesir mengutuk pembunuhan terbaru di Kairo, Sabtu (27/7) //ADEM ALTAN/AFP PHOTO

Pendukung Morsi kembali menggelar unjuk rasa setelah pengadilan Mesir mengumumkan penahanan Morsi terkait dugaan keterlibatan Hamas dan konspirasi pembunuhan polisi saat revolusi tahun 2011 lalu.

“Mereka menembak bukan untuk melukai, mereka menembak untuk membunuh. Luka tembak yang ditemukan ada di bagian kepala dan dada,” tutur Haddad seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/7).

Reporter Reuters yang ada di lokasi kejadian melaporkan, sedikitnya ada 20 jasad yang ditutupi dengan kain putih di rumah sakit setempat. Insiden ini terjadi di dekat sebuah masjid bernama Rabaa al-Adawiya yang ada di Kairo.
Sejumlah korban tewas lainnya dilaporkan dibawa ke rumah sakit lain. Haddad menambahkan, sebanyak 1.000 orang lain mengalami luka-luka dalam penembakan ini.

Menurut Haddad, awalnya polisi hanya menembakkan gas air mata ke arah pendukung Morsi yang berujun rasa di area dekat Rabaa dan 6th October Bridge. Tak diduga, tembakan gas air mata tersebut diselingi dengan tembakan senjata api.
“Di tengah-tengah asap akibat gas air mata, peluru-peluru mulai ditembakkan,” terangnya.

Haddad menambahkan, pelaku penembakan merupakan pasukan polisi khusus berseragam hitam. Tidak hanya itu, lanjut Haddad, para penembak jitu juga beraksi dari atap kampus maupun gedung-gedung yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Kantor berita setempat, MENA mengutip seorang sumber pejabat keamanan Mesir yang membantah penembakan ini. Menurut pejabat yang enggan disebut namanya tersebut, polisi hanya melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Menurutnya, sama sekali tidak ada senjata api yang digunakan.

Insiden ini merupakan yang kedua kalinya terjadi di Mesir semenjak penggulingan Morsi pada 3 Juli lalu. Pada 8 Juli lalu, sebanyak 53 pendukung Morsi tewas ditembak militer Mesir secara membabi buta di depan markas Garda Republik.
“Namun yang kali ini lebih brutal karena Garda Republik terlihat tengah melakukan operasi militer taktis. Kali ini tampak seperti agresi brutal,” tandas Haddad.

Ribuan pendukung Morsi ini kembali menyuarakan tuntutan agar Morsi segera dibebaskan dari tahanan pihak militer sejak dilengerkan 3 Juli lalu. Protes yang dilakukan oleh pendukung Ikhwanul Muslimin berlangsung di Kairo hingga ke Alexandria.

Protes itu merupakan respons dari pernyataan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel-Fattah el-Sissi yang sebelumnya menyebutkan, segala bentuk protes akan memberikan mandat baginya melawan teroris, dalam hal ini melakukan tindakan represif. Ucapannya itu ditujukan kepada kelompok pendukung Morsi dan kelompok Ikhwanul Muslimin.

Tetapi, protes pendukung Morsi juga dihadapkan pada protes mendukung El-Sissi. Mereka mendukung El-Sissi yang membentuk pemerintahan ad interim yang dipimpin oleh Adly Mansour.

Ikhwanul Muslimin bereaksi keras atas penembakan ini. Dalam keterangan pihaknya yang disebarkan melalui Facebook, Ikhwanul Muslimin mengatakan, pihak militer yang terlebih dahulu menyerang mereka ketika sedang melakukan protes damai.

Namun tuduhan tersebut dibantah keras oleh militer. Menurut keterangan seorang petinggi militer Mesir, bentrokan memang terjadi di dekat wilayah yang diduduki oleh Ikhwanul Muslimin, bukan di wilayah aksi protes tersebut. Militer mengaku tidak akan pernah ada percobaan serangan terhadap aksi protes Ikhwanul Muslimin. (rts/bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/