27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Alat Perang Kadhafi Hancur 80 Persen

TRIPOLI- Kekuatan perang pasukan pemimpin Libya, Muammar Kadhafi mulai melemah. Hal itu diakibatkan adanya serangan bom yang dilakukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di dekat kediaman Kadhafi dan di gudang penyimpanan  pesawat-pesawat perang.

Sebagian besar atau sekitar 80 persen pesawat perang yang dimiliki pasukan pemimpin Libya itu membuat Angkatan Udara Libya hanya bisa dengan helikopter saja. “Angkatan udara Libya tampaknya telah hancur,” kata Menteri Gerard Lenguet, kepada AFP, Rabu (18/5).

Dia menyebutkan, militer itu telah menderita kehilangan sangat besar atau sepertiga peralatan beratnya hancur dan sekitar separuh dari persediaan amunisinya. “Sekarang ini hanya angkatan laut yang bisa terhindar dari serangan NATO, kehadirannya bukan bahaya besar dan kapal-kapalnya telah tinggal di pelabuhan tempat kapal-kapal itu tidak menimbulkan ancaman. Pertahanan anti-udaranya juga telah diserang dengan serius,” sebutnya.

NATO mengambilalih komando operasi yang dimulai pasukan Inggris, Prancis dan Amerika Serikat (AS) yang ditujukan untuk mengekang serangan Kadhafi, dalam upaya untuk melindungi warga sipil, dalam perangnya dengan pemberontak yang didukung Barat dan berusaha untuk menjatuhkannya.

Tekanan bertambah besar pada Kadhafi, Selasa, ketika menteri perminyakannya Shukri Ghanem tampaknya telah membelot, Moskow mengeluarkan kecaman dan jet-jet NATO menggempur Tripoli, sementara seorang penuntut mengupayakan surat perintah penangkapannya karena kejahatan terhadap umat manusia.

Pemerintah Kanada operasi udara NATO di Libya, telah mengusir lima diplomat dari kedutaan besar Libya di Ottawa karena mereka melakukan kegiatan yang tak layak.

Kanada menyatakan negara itu belum memutuskan hubungan diplomatik antara kedua negara, tapi operasi di kedutaan besarnya di Tripoli, ibu kota Libya, telah dibekukan.

“Semua kegiatan yang dilakukan di Kanada oleh kelima diplomat Libya dipandang tak layak dan tidak sejalan dengan fungsi diplomatik normal,” kata Departemen Urusan Luar Negeri Kanada di dalam satu pernyataan singkat.
Sementara itu, Rusia yang menerima utusan pemimpin Libya, Muammar Kadhafi untuk mematuhi resolusi PBB. Hal itu dikemukakan seiring Moskow yang berusaha memposisikan diri sebagai mediator dalam konflik tersebut.

Kunjungan ke Moskow tersebut dilakukan Muhammad Ahmed al-Sharif, Sekretaris Jenderal World Islamic Call Society, kelompok Libya yang dibentuk oleh Kadhafi.
“Kami mengangkat isu-isu yang langsung dari posisi utama kami dan ditujukan pertama dan terpenting untuk segera mengakhiri pertumpahan darah di Libya,” kata Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov setelah pembicaraan dengan al-Sharif.

Adapun resolusi yang diminta, sebutnya setiap penggunaan kekuatan militer yang menentang kedamaian warga sipil harus dihentikan. Moskow, yang sangat kritis terhadap kampanye internasional terhadap rezim Kadhafi, setuju untuk berbicara dengan utusan kedua belah pihak.

Lavrov mengatakan bahwa utusan itu mengatakan kepada Moskow jika Tripoli siap bekerja sama, maka oposisi dan NATO juga menghentikan permusuhan. (bbs/jpnn)

TRIPOLI- Kekuatan perang pasukan pemimpin Libya, Muammar Kadhafi mulai melemah. Hal itu diakibatkan adanya serangan bom yang dilakukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di dekat kediaman Kadhafi dan di gudang penyimpanan  pesawat-pesawat perang.

Sebagian besar atau sekitar 80 persen pesawat perang yang dimiliki pasukan pemimpin Libya itu membuat Angkatan Udara Libya hanya bisa dengan helikopter saja. “Angkatan udara Libya tampaknya telah hancur,” kata Menteri Gerard Lenguet, kepada AFP, Rabu (18/5).

Dia menyebutkan, militer itu telah menderita kehilangan sangat besar atau sepertiga peralatan beratnya hancur dan sekitar separuh dari persediaan amunisinya. “Sekarang ini hanya angkatan laut yang bisa terhindar dari serangan NATO, kehadirannya bukan bahaya besar dan kapal-kapalnya telah tinggal di pelabuhan tempat kapal-kapal itu tidak menimbulkan ancaman. Pertahanan anti-udaranya juga telah diserang dengan serius,” sebutnya.

NATO mengambilalih komando operasi yang dimulai pasukan Inggris, Prancis dan Amerika Serikat (AS) yang ditujukan untuk mengekang serangan Kadhafi, dalam upaya untuk melindungi warga sipil, dalam perangnya dengan pemberontak yang didukung Barat dan berusaha untuk menjatuhkannya.

Tekanan bertambah besar pada Kadhafi, Selasa, ketika menteri perminyakannya Shukri Ghanem tampaknya telah membelot, Moskow mengeluarkan kecaman dan jet-jet NATO menggempur Tripoli, sementara seorang penuntut mengupayakan surat perintah penangkapannya karena kejahatan terhadap umat manusia.

Pemerintah Kanada operasi udara NATO di Libya, telah mengusir lima diplomat dari kedutaan besar Libya di Ottawa karena mereka melakukan kegiatan yang tak layak.

Kanada menyatakan negara itu belum memutuskan hubungan diplomatik antara kedua negara, tapi operasi di kedutaan besarnya di Tripoli, ibu kota Libya, telah dibekukan.

“Semua kegiatan yang dilakukan di Kanada oleh kelima diplomat Libya dipandang tak layak dan tidak sejalan dengan fungsi diplomatik normal,” kata Departemen Urusan Luar Negeri Kanada di dalam satu pernyataan singkat.
Sementara itu, Rusia yang menerima utusan pemimpin Libya, Muammar Kadhafi untuk mematuhi resolusi PBB. Hal itu dikemukakan seiring Moskow yang berusaha memposisikan diri sebagai mediator dalam konflik tersebut.

Kunjungan ke Moskow tersebut dilakukan Muhammad Ahmed al-Sharif, Sekretaris Jenderal World Islamic Call Society, kelompok Libya yang dibentuk oleh Kadhafi.
“Kami mengangkat isu-isu yang langsung dari posisi utama kami dan ditujukan pertama dan terpenting untuk segera mengakhiri pertumpahan darah di Libya,” kata Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov setelah pembicaraan dengan al-Sharif.

Adapun resolusi yang diminta, sebutnya setiap penggunaan kekuatan militer yang menentang kedamaian warga sipil harus dihentikan. Moskow, yang sangat kritis terhadap kampanye internasional terhadap rezim Kadhafi, setuju untuk berbicara dengan utusan kedua belah pihak.

Lavrov mengatakan bahwa utusan itu mengatakan kepada Moskow jika Tripoli siap bekerja sama, maka oposisi dan NATO juga menghentikan permusuhan. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/