25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Seorang WNI di Jeddah Tewas, Terserang MERS

MERS di Arab Saudi.
MERS di Arab Saudi. Seorang WNI tewas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ancaman penyakit MERS (sindrom pernafasan akut Timur Tengah) bagi pemerintah Indonesia akhirnya bukan isapan jempol. Pemerintah Arab Saudi melaporkan ada satu WNI terjangkit MERS di Jeddah akhirnya meninggal. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) semakin siaga menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, WNI yang meninggal setelah positif terinveksi virus Corona pemicu penyakit MERS itu berinisial NA, berumur 61 tahun. “Dia sempat menjalani perawatan di RS King Saud Jeddah sejak 20 April lalu. Dengan status suspect (diduga, red) MERS,” ujarnya kemarin.

Tjandra mengatakan WNI yang sudah lama menetap di Jeddah dan bukan jamaah umrah itu akhirnya meninggal Minggu (27/4) pukul 13.00 waktu Arab Saudi. Tjandra mengatakan, Kemenkes sudah mendapatkan laporan terkait penyebab kematian NA itu. “Dia meninggal karena virus Corona dan radang paru akut. Selain itu juga gangguang pernafasan serta gagal ginjal,” kata Tjandra.

Menurut Tjandra pihak kementerian kesehatan di seluruh dunia sudah memiliki standar operasi yang seragam ketika menghadapi penyakit luar biasa itu. Yakni mereka melakukan contact tracking kasus ini sampai dua minggu ke depan. Kegaitan contact tracking ini dilakukan dengan pemeriksaan pada 200 orang yang telah melakukan kontak dengan korban MERS tadi. “Cara seperti ini juga dilakukan untuk korban MERS yang bekebangsaan Malaysia,” jelas dia.

Tjandra mengatakan saat ini belum bisa mengetahui hasil contact tracking itu. Sebab potensi penularan biasanya bisa diketahui setelah dua kali masa inkubasi. Tjandra menegaskan Kemenkes sudah mempelajari pola penularan penyakit MERS ini. Termasuk pola penularan antar manusia.

Meskipun sudah ada korban tewas akibat MERS dari warga Indonesia, pemerintah belum menerbitkan larangan berkunjung (travel warning) ke Arab Saudi atau negara timur tengah lainnya. Tjandra mengatakan penyakit MERS ini tidak hanya terjadi di Arab Saudi saja. “Ada banyak negara yang memiliki kasus MERS. Tetapi semuanya juga belum ditetapkan adanya travel warning. Termasuk juga oleh WHO,” kata dia.

Atas kejadian ini, Tjandra membaga tujuh tips bagi calon jamaah umrah supaya bisa menekan potensi tertular penyakit MERS. Seperti melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), rajin mencuci tangan pakai sabun, dan sebisa mungkin menggunakan masker ketika berada di kurumunan banyak orang.

Tjandra juga mengingatkan bagi yang memiliki penyakit kronik seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguang ginjal supaya mengecek dulu ke dokter sebelum berangkat. “Jamaah umrah dengan penyakit kronik ini juga dianjurkan supaya mengkonsumsi obat secara rutin,” tandasnya.

Gejala yang harus diwaspadai adalah ketika mendadak batuk, sesak nafas, dan demam yang memburuk cepat selama 1-2 hari, segera konsultasi dengan petugas kesehatan setempat. Selain itu selama 14 hari setelah kepulangan dari Saudi jika masih mengalami gangguan batuk dan sesak nafas, diminta segera melapor ke dokter. “Jangan lupa melapor juga bahwa baru datang dari Arab Saudi,” tandasnya. (wan)

MERS di Arab Saudi.
MERS di Arab Saudi. Seorang WNI tewas.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ancaman penyakit MERS (sindrom pernafasan akut Timur Tengah) bagi pemerintah Indonesia akhirnya bukan isapan jempol. Pemerintah Arab Saudi melaporkan ada satu WNI terjangkit MERS di Jeddah akhirnya meninggal. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) semakin siaga menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, WNI yang meninggal setelah positif terinveksi virus Corona pemicu penyakit MERS itu berinisial NA, berumur 61 tahun. “Dia sempat menjalani perawatan di RS King Saud Jeddah sejak 20 April lalu. Dengan status suspect (diduga, red) MERS,” ujarnya kemarin.

Tjandra mengatakan WNI yang sudah lama menetap di Jeddah dan bukan jamaah umrah itu akhirnya meninggal Minggu (27/4) pukul 13.00 waktu Arab Saudi. Tjandra mengatakan, Kemenkes sudah mendapatkan laporan terkait penyebab kematian NA itu. “Dia meninggal karena virus Corona dan radang paru akut. Selain itu juga gangguang pernafasan serta gagal ginjal,” kata Tjandra.

Menurut Tjandra pihak kementerian kesehatan di seluruh dunia sudah memiliki standar operasi yang seragam ketika menghadapi penyakit luar biasa itu. Yakni mereka melakukan contact tracking kasus ini sampai dua minggu ke depan. Kegaitan contact tracking ini dilakukan dengan pemeriksaan pada 200 orang yang telah melakukan kontak dengan korban MERS tadi. “Cara seperti ini juga dilakukan untuk korban MERS yang bekebangsaan Malaysia,” jelas dia.

Tjandra mengatakan saat ini belum bisa mengetahui hasil contact tracking itu. Sebab potensi penularan biasanya bisa diketahui setelah dua kali masa inkubasi. Tjandra menegaskan Kemenkes sudah mempelajari pola penularan penyakit MERS ini. Termasuk pola penularan antar manusia.

Meskipun sudah ada korban tewas akibat MERS dari warga Indonesia, pemerintah belum menerbitkan larangan berkunjung (travel warning) ke Arab Saudi atau negara timur tengah lainnya. Tjandra mengatakan penyakit MERS ini tidak hanya terjadi di Arab Saudi saja. “Ada banyak negara yang memiliki kasus MERS. Tetapi semuanya juga belum ditetapkan adanya travel warning. Termasuk juga oleh WHO,” kata dia.

Atas kejadian ini, Tjandra membaga tujuh tips bagi calon jamaah umrah supaya bisa menekan potensi tertular penyakit MERS. Seperti melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), rajin mencuci tangan pakai sabun, dan sebisa mungkin menggunakan masker ketika berada di kurumunan banyak orang.

Tjandra juga mengingatkan bagi yang memiliki penyakit kronik seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguang ginjal supaya mengecek dulu ke dokter sebelum berangkat. “Jamaah umrah dengan penyakit kronik ini juga dianjurkan supaya mengkonsumsi obat secara rutin,” tandasnya.

Gejala yang harus diwaspadai adalah ketika mendadak batuk, sesak nafas, dan demam yang memburuk cepat selama 1-2 hari, segera konsultasi dengan petugas kesehatan setempat. Selain itu selama 14 hari setelah kepulangan dari Saudi jika masih mengalami gangguan batuk dan sesak nafas, diminta segera melapor ke dokter. “Jangan lupa melapor juga bahwa baru datang dari Arab Saudi,” tandasnya. (wan)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/