SUMUTPOS.CO –Â JUSTIN Ross Harris, 33, hanya bisa menangis terisak ketika memberikan pidato terakhir pada pemakaman anaknya, Cooper Harris, Sabtu (28/6). Justin tidak membacakan pidato secara langsung. Dia berbicara lewat telepon dari penjara dan diperdengarkan kepada para pelayat melalui pengeras suara.
“Terima kasih atas segala yang telah kalian lakukan untuk anak saya. Semoga baik-baik saja. Tidak ada yang bisa saya katakan. Ini mengerikan. Saya minta maaf tidak bisa berada di sana,” ujarnya sambil menangis sesenggukan.
Justin memang tidak mungkin bisa menghadiri pemakaman anaknya. Sebab, dia sedang ditahan di Penjara Cobb County. Dia dituduh telah membunuh Cooper. Tewasnya balita 22 bulan tersebut memang bukan disebabkan sakit. Bocah malang itu tewas setelah ditinggal lebih dari delapan jam di dalam mobil jenis SUV.
Meski kini Justin ditangkap dan bakal diadili, istrinya sekaligus ibu Cooper, Leanna Harris, tidak merasa suaminya bersalah. “Ross adalah ayah yang luar biasa,” ungkapnya dalam pidato pemakaman Cooper yang disambut dengan tepuk tangan ratusan pelayat yang hadir.
Kejadian tersebut bermula saat Justin membawa Cooper pada 18 Juni lalu. Justin berangkat pagi-pagi dan berhenti untuk makan di sebuah restoran cepat saji. Dia kemudian menaruh Cooper di kursi bayi di belakang dan melanjutkan berkendara ke kantornya, Home Depot. Di sana dia bekerja sebagai web designer.
Justin seharusnya menaruh Cooper di tempat penitipan anak sebelum menuju kantor. Namun, entah lupa atau bagaimana, dia justru masuk ke kantor tanpa membawa Cooper ikut serta. Belum diketahui pada saat itu apakah Cooper tertidur dan tidak membuat suara sehingga Justin melupakan keberadaannya.
Ketika istirahat makan siang, Justin kembali ke mobilnya untuk mengambil sesuatu. Lagi-lagi dia melupakan Cooper. Pada pukul 16.16, Justin akhirnya kembali ke mobil dan berkendara pulang. Beberapa kilometer kemudian, dia berhenti di sebuah pusat perbelanjaan dan meminta tolong. Saat itu agaknya sudah terlambat untuk menyelamatkan Cooper. Balita tersebut tidak lagi bernapas. Si kecil itu tewas setelah seharian terpanggang.
“Apa yang telah aku lakukan?” ratapnya sambil terus memberikan napas buatan kepada Cooper ketika itu. Justin kalut dan polisi sulit menenangkan dirinya. Kepada polisi, Justin mengaku akhir-akhir ini sedang searching di internet tentang kematian anak-anak di dalam mobil dan suhu yang mengakibatkan kematian tersebut. Dia takut itu bakal terjadi terhadap anaknya. Namun, malang tidak dapat ditolak. Yang dia takutkan justru benar-benar terjadi.
Saat ini polisi mengamankan iPhone 5, mobil Hyundai, laptop, perangkat peramban internet Google Chrome, dan beberapa perangkat lainnya. Polisi berharap bisa menemukan bekas darah, DNA, tulisan, foto atau apa pun yang berkaitan dengan kekerasan, penelantaran, pembunuhan, ataupun perlakuan kasar kepada anak. Justin dipenjara tanpa jaminan. Kasusnya disidangkan pada Kamis mendatang.
Sejauh ini polisi belum merilis bukti-bukti yang bisa menjerat Justin ke dalam penjara. Namun, mereka menyatakan bahwa insiden itu terjadi karena kelalaian yang fatal. Yaitu, Justin lupa bahwa anaknya duduk di kursi belakang sejak pagi hingga dia selesai bekerja pada sorenya.
“Rangkaian kejadian pada kasus ini tidak menunjukkan penelantaran yang biasa. Bukti-bukti akan ditunjukkan untuk mendukung tuduhan terhadap tersangka,” ujar Kepala Polisi Cobb County John House.
Kematian anak yang ditinggalkan di dalam mobil bukan kali pertama terjadi. Setiap tahun, di Amerika Serikat (AS), ada puluhan anak meninggal dengan kasus serupa. Berdasar data yang dirilis KidsandCars.org, tahun lalu ada 40 anak yang meninggal di dalam mobil.
Karena itulah, banyak simpati yang mengalir kepada Justin begitu dia ditangkap. Ada dua petisi yang meminta agar Justin dibebaskan. Menurut mereka, Justin sudah cukup terluka kehilangan anaknya dan tidak perlu ditambah dengan hukuman penjara. Keluarga Justin juga menerima USD 22 ribu dari orang-orang yang peduli melalui YouCaring.com. (AP/CNN/sha/c14/dos)