30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pentagon Direncanakan Dibom Pakai Pesawat Mainan

WASHINGTON- Dua gedung penting, Pentagon (gedung atau markas Departemen Pertahanan AS) dan Capitol (gedung Kongres AS) di Washington D C, Amerika Serikat (AS) rencananya akan dibom pakai pesawat mainan. Tapi, rencana itu akhirnya digagalkan karena pelakunya sudah tertangkap.

Seorang pemuda, Rezwan Ferdaus (26) asal Kota Ashland, Middlesex County, Negara Bagian Massachusetts diketahui sebagai pelakunya. Pria itu dibekuk, Rabu (28/9) waktu setempat atas tuduhan terorisme. Dia mengaku berencana meledakkan Pentagon dan Capitol dengan pesawat mainan yang telah diisi dengan bom plastik.
Warga AS itu dikenai dakwaan berupaya menyediakan dukungan dan bantuan sumber daya bagi jaringan Al Qaeda  untuk melancarkan serangan atas tentara AS yang kini ditempatkan di luar negeri.

“Dakwaan yang dikenakan menyebutkan, Mr Ferdaus telah lama merencanakan tindak kekerasan terhadap negeri itu,” kata jaksa AS di Boston, Carmen Ortiz dalam pernyataan resmi, Kamis (29/9).

Pihak berwenang AS melancarkan operasi penyamaran untuk membekuk Ferdaus. Operasi itu melibatkan para agen FBI (Biro Penyelidik Federal) dengan berpura-pura sebagai anggota Al Qaeda. Berdasar penyelidikan, Ferdaus dituduh mulai menyiapkan rencana serangan alias jihad di AS pada awal 2010. Dia memodifikasi telepon seluler (ponsel) untuk meledakkan bom yang sengaja disimpan di satu pesawat remote control.

Berdasar pernyataan yang disampaikan secara tertulis di hadapan penyidik, seperti dilansir oleh CBS News kemarin, Ferdaus mengaku ingin membuat perhitungan psikologis atas para musuh Allah. Tidak lama setelah tertangkap, tersangka sempat muncul dalam hearing secara singkat di pengadilan federal.

Ferdaus yakin, pesawat remote control miliknya mampu meluluhlantakkan gedung utama Capitol. Sarjana fisika lulusan Northeastern University itu sengaja menarget Pentagon.

Model yang menjadi senjata utama Ferdaus itu mirip dengan jenis pesawat tempur F-86 Sabre. Rencananya, dia menggunakan tiga pesawat mainan berukuran 1,5 sampai dengan 2 meter untuk melancarkan aksinya. Masing-masing pesawat akan mengangkut bahan peledak seberat 2,26 kilogram. Dia bakal melancarkan serangan mautnya ke Capitol maupun Pentagon dari sebuah taman di sisi Sungai Potomac.

Untuk menerbangkan tiga pesawat mainan itu tepat ke sasaran, Ferdaus menggunakan GPS (global positioning system). Selama persiapan, pria berkulit gelap itu sengaja menyewa sebuah gudang di Framingham.
Tapi, pihak berwenang berhasil membuyarkan rencana Ferdaus. Dia tertangkap setelah membeli tiga granat, enam senapan otomatis, dan bahan peledak plastik seberat 11,4 kilogram. “Saya tidak bisa berhenti memikirkan serangan ini. Tak ada pilihan lain, saya harus melakukannya,” kata pendukung Al-Qaeda itu.

Di hadapan penyidik, Ferdaus mengaku sudah cukup lama merencanakan serangan terhadap fasilitas penting milik pemerintah AS. Tepatnya, pada awal 2010. Dengan mempelajari serangkaian video jihad dan mengunjungi situs radikal, dia yakin AS adalah negara yang jahat dan layak dimusnahkan. Karena itulah, dia lantas merencanakan aksi jihad.

Memanfaatkan ilmunya, dia merakit bom dan menyulap ponsel menjadi remote. Sedianya, ledakan bom plastik di pesawat mainan rakitannya itu akan dipicu dengan ponsel. Tapi, sebelum sempat beraksi, FBI sudah mengendus rencananya.  (ap/rtr/bbc/hep/dwi/jpnn)

WASHINGTON- Dua gedung penting, Pentagon (gedung atau markas Departemen Pertahanan AS) dan Capitol (gedung Kongres AS) di Washington D C, Amerika Serikat (AS) rencananya akan dibom pakai pesawat mainan. Tapi, rencana itu akhirnya digagalkan karena pelakunya sudah tertangkap.

Seorang pemuda, Rezwan Ferdaus (26) asal Kota Ashland, Middlesex County, Negara Bagian Massachusetts diketahui sebagai pelakunya. Pria itu dibekuk, Rabu (28/9) waktu setempat atas tuduhan terorisme. Dia mengaku berencana meledakkan Pentagon dan Capitol dengan pesawat mainan yang telah diisi dengan bom plastik.
Warga AS itu dikenai dakwaan berupaya menyediakan dukungan dan bantuan sumber daya bagi jaringan Al Qaeda  untuk melancarkan serangan atas tentara AS yang kini ditempatkan di luar negeri.

“Dakwaan yang dikenakan menyebutkan, Mr Ferdaus telah lama merencanakan tindak kekerasan terhadap negeri itu,” kata jaksa AS di Boston, Carmen Ortiz dalam pernyataan resmi, Kamis (29/9).

Pihak berwenang AS melancarkan operasi penyamaran untuk membekuk Ferdaus. Operasi itu melibatkan para agen FBI (Biro Penyelidik Federal) dengan berpura-pura sebagai anggota Al Qaeda. Berdasar penyelidikan, Ferdaus dituduh mulai menyiapkan rencana serangan alias jihad di AS pada awal 2010. Dia memodifikasi telepon seluler (ponsel) untuk meledakkan bom yang sengaja disimpan di satu pesawat remote control.

Berdasar pernyataan yang disampaikan secara tertulis di hadapan penyidik, seperti dilansir oleh CBS News kemarin, Ferdaus mengaku ingin membuat perhitungan psikologis atas para musuh Allah. Tidak lama setelah tertangkap, tersangka sempat muncul dalam hearing secara singkat di pengadilan federal.

Ferdaus yakin, pesawat remote control miliknya mampu meluluhlantakkan gedung utama Capitol. Sarjana fisika lulusan Northeastern University itu sengaja menarget Pentagon.

Model yang menjadi senjata utama Ferdaus itu mirip dengan jenis pesawat tempur F-86 Sabre. Rencananya, dia menggunakan tiga pesawat mainan berukuran 1,5 sampai dengan 2 meter untuk melancarkan aksinya. Masing-masing pesawat akan mengangkut bahan peledak seberat 2,26 kilogram. Dia bakal melancarkan serangan mautnya ke Capitol maupun Pentagon dari sebuah taman di sisi Sungai Potomac.

Untuk menerbangkan tiga pesawat mainan itu tepat ke sasaran, Ferdaus menggunakan GPS (global positioning system). Selama persiapan, pria berkulit gelap itu sengaja menyewa sebuah gudang di Framingham.
Tapi, pihak berwenang berhasil membuyarkan rencana Ferdaus. Dia tertangkap setelah membeli tiga granat, enam senapan otomatis, dan bahan peledak plastik seberat 11,4 kilogram. “Saya tidak bisa berhenti memikirkan serangan ini. Tak ada pilihan lain, saya harus melakukannya,” kata pendukung Al-Qaeda itu.

Di hadapan penyidik, Ferdaus mengaku sudah cukup lama merencanakan serangan terhadap fasilitas penting milik pemerintah AS. Tepatnya, pada awal 2010. Dengan mempelajari serangkaian video jihad dan mengunjungi situs radikal, dia yakin AS adalah negara yang jahat dan layak dimusnahkan. Karena itulah, dia lantas merencanakan aksi jihad.

Memanfaatkan ilmunya, dia merakit bom dan menyulap ponsel menjadi remote. Sedianya, ledakan bom plastik di pesawat mainan rakitannya itu akan dipicu dengan ponsel. Tapi, sebelum sempat beraksi, FBI sudah mengendus rencananya.  (ap/rtr/bbc/hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/