26.6 C
Medan
Saturday, June 1, 2024

Rayakan Natal Dengan Taruhan Nyawa

 Rayakan Natal Dengan Taruhan Nyawa

Rayakan Natal Dengan Taruhan Nyawa

Korea Utara negara komunis terbesar sejagat ini memang mengharamkan segala bentuk kegiatan berhubungan dengan agama. Bahkan jika ketahuan beragama pun bakal mendapat sanksi.

Kisah Natal tersisa tahun ini menyorot kehidupan umat Kristiani di negara dipimpin Kim Jong Un. Mereka tidak sebebas beribadah seperti di wilayah lain. Kristen Korea Utara mencari tempat paling aman demi bersembunyi dari pemerintah hingga mereka bisa khusyuk. Jika tidak, nyawa mereka taruhannya.

Dilansir dari situs crossmap.com, Ahad (29/12), umat Kristiani Korea Utara bisa saja pergi ke Korea Selatan namun ini pun juga pekerjaan rumah cukup berat. Menyebrang ke negara tetangga tidak semudah dibayangkan. Risikonya pun sama. Kematian.

Sudah banyak umat Kristiani negara komunis itu membelot ke Ibu Kota Seoul. Namun mereka pun tidak bisa hidup bebas lantaran mata-mata pemerintah Korea Utara menyebar ke pelbagai tempat dan tidak segan membunuh di tempat jika ketahuan ada warga berkhianat.

Han Min, salah satu mantan warga Ibu Kota Pyongyang kini menjadi jemaat Gereja Durihana di Seoul bisa kabur dari negaranya berkat bantuan pendeta Chun Ki Won asal Korea Selatan 14 tahun lalu. Kini Min aktif menjadi relawan bagi umat Kristiani di Korea Utara agar bisa datang ke selatan dan beribadat lebih tenang.

“Saya sudah menolong sekitar 1.000 orang pelarian. Biasanya mereka kabur lewat China. Dari sana mereka menuju ke Asia Tenggara baru datang ke Seoul. Ini demi mengecoh mata-mata,” ujar Min.

Sebenarnya di beberapa wilayah Korea Utara ada beberapa gereja dibangun namun jumlahnya dibatasi. Namun Min menolak mengakui gereja itu dibangun atas dasar ketulusan. Dia yakin pemerintahan Jong Un hanya memakainya demi alat propaganda agar terlihat negara itu memiliki kebebasan beragama.

“Gereka-gereja yang tulus justru ada di bawah tanah. Di lorong-lorong rahasia mereka berkumpul demi bisa menjalankan agama baik dan benar,” kata Min.

Min mengharapkan umat Kristiani di Korea Utara bisa terus mempertahankan iman mereka meski dengan keterbatasan. Dia pun mendoakan keluarganya 16 tahun tidak bisa ditemuinya dan berharap mereka baik-baik saja.

[din]

 Rayakan Natal Dengan Taruhan Nyawa

Rayakan Natal Dengan Taruhan Nyawa

Korea Utara negara komunis terbesar sejagat ini memang mengharamkan segala bentuk kegiatan berhubungan dengan agama. Bahkan jika ketahuan beragama pun bakal mendapat sanksi.

Kisah Natal tersisa tahun ini menyorot kehidupan umat Kristiani di negara dipimpin Kim Jong Un. Mereka tidak sebebas beribadah seperti di wilayah lain. Kristen Korea Utara mencari tempat paling aman demi bersembunyi dari pemerintah hingga mereka bisa khusyuk. Jika tidak, nyawa mereka taruhannya.

Dilansir dari situs crossmap.com, Ahad (29/12), umat Kristiani Korea Utara bisa saja pergi ke Korea Selatan namun ini pun juga pekerjaan rumah cukup berat. Menyebrang ke negara tetangga tidak semudah dibayangkan. Risikonya pun sama. Kematian.

Sudah banyak umat Kristiani negara komunis itu membelot ke Ibu Kota Seoul. Namun mereka pun tidak bisa hidup bebas lantaran mata-mata pemerintah Korea Utara menyebar ke pelbagai tempat dan tidak segan membunuh di tempat jika ketahuan ada warga berkhianat.

Han Min, salah satu mantan warga Ibu Kota Pyongyang kini menjadi jemaat Gereja Durihana di Seoul bisa kabur dari negaranya berkat bantuan pendeta Chun Ki Won asal Korea Selatan 14 tahun lalu. Kini Min aktif menjadi relawan bagi umat Kristiani di Korea Utara agar bisa datang ke selatan dan beribadat lebih tenang.

“Saya sudah menolong sekitar 1.000 orang pelarian. Biasanya mereka kabur lewat China. Dari sana mereka menuju ke Asia Tenggara baru datang ke Seoul. Ini demi mengecoh mata-mata,” ujar Min.

Sebenarnya di beberapa wilayah Korea Utara ada beberapa gereja dibangun namun jumlahnya dibatasi. Namun Min menolak mengakui gereja itu dibangun atas dasar ketulusan. Dia yakin pemerintahan Jong Un hanya memakainya demi alat propaganda agar terlihat negara itu memiliki kebebasan beragama.

“Gereka-gereja yang tulus justru ada di bawah tanah. Di lorong-lorong rahasia mereka berkumpul demi bisa menjalankan agama baik dan benar,” kata Min.

Min mengharapkan umat Kristiani di Korea Utara bisa terus mempertahankan iman mereka meski dengan keterbatasan. Dia pun mendoakan keluarganya 16 tahun tidak bisa ditemuinya dan berharap mereka baik-baik saja.

[din]

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/