28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

14 Negara Usir Dubes-Diplomat Syria

DAMASKUS – Laporan investigastif Komisi Tinggi HAM PBB yang membenarkan tentang pembunuhan secara sengaja atau pembantaian atas warga sipil di Houla oleh tentara Syria dan milisi sipil pro-rezim Bashar al-Assad terus memicu reaksi keras dunia internasional. Merespons pembantaian itu, jumlah negara yang mengusir duta besar dan diplomat Syria di wilayah mereka terus bertambah.

Menyusul jejak Australia, Inggris, Prancis, dan Jerman, sembilan negara lainnya juga mengusir diplomat tertinggi rezim Assad di negeri mereka. Kemarin (30/5), Jepang dan Turki juga menempuh kebijakan sama. Sedangkan Belgia tidak  mengehendaki keberadaan dubes Syria di negerinya.

Sudah 14 negara yang mengusir kuasa usaha (charge d’affaires) serta dubes dan para diplomat lain Syria dari wilayah mereka. Selasa lalu (29/5), setelah Australia dan tiga negara Eropa mengusir charge d’affaires Syria, lima negara lain melakukan tindakan senada, yakni AS, Italia, Kanada, Spanyol dan Bulgaria. (dwi/jpnn)
Kelimanya adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Italia, Spanyol dan Bulgaria.

Selanjutnya, langkah sembilan negara itu diikuti empat negara lainnya kemarin. Yakni, Turki, Jepang, Belanda dan Swiss. Negara-negara itu tidak hanya mengusir charge d’affaires dan dubes  Syria, melainkan juga para diplomat lainnya dari rezim Assad. Pengusiran massal itu merupakan bentuk protes terbaru masyarakat internasional terhadap pemerintahan Assad.

Kementerian Luar Negeri Turki memerintahkan charge d’affaires dan para diplomat lain dari Syria segera angkat kaki. ’’Kami minta charge d’affaires Syria di Kota Ankara serta seluruh personel diplomatiknya meninggalkan negara ini dalam waktu 72 jam sejak 30 Mei 2012,’’ ujar jubir Kemenlu Turki. Namun, pengusiran itu tidak berlaku bagi anggota korps konsuler Syria di Istanbul.

Sebagai negara tetangga, Turki menyatakan prihatin atas aksi kekerasan yang tak kunjung berakhir di Syria. Pada Maret lalu, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan menutup kedubes Turki yang terletak di Kota Damaskus dan menarik dubesnya dari Syria.

’’Tak masuk akal jika kami tetap diam dan menanggapi aksi yang mengandung kejahatan atas kemanusiaan ini,’’ lanjut jubir Kemenlu Turki. Jika aksi pengusiran diplomat top Syria itu tak membuahkan hasil, Turki akan mengambil langkah lebih tegas. Tetapi, pemerintahan Erdogan tak mau merinci langkah tegas apa yang dimaksud. (hep/dwi/jpnn)

DAMASKUS – Laporan investigastif Komisi Tinggi HAM PBB yang membenarkan tentang pembunuhan secara sengaja atau pembantaian atas warga sipil di Houla oleh tentara Syria dan milisi sipil pro-rezim Bashar al-Assad terus memicu reaksi keras dunia internasional. Merespons pembantaian itu, jumlah negara yang mengusir duta besar dan diplomat Syria di wilayah mereka terus bertambah.

Menyusul jejak Australia, Inggris, Prancis, dan Jerman, sembilan negara lainnya juga mengusir diplomat tertinggi rezim Assad di negeri mereka. Kemarin (30/5), Jepang dan Turki juga menempuh kebijakan sama. Sedangkan Belgia tidak  mengehendaki keberadaan dubes Syria di negerinya.

Sudah 14 negara yang mengusir kuasa usaha (charge d’affaires) serta dubes dan para diplomat lain Syria dari wilayah mereka. Selasa lalu (29/5), setelah Australia dan tiga negara Eropa mengusir charge d’affaires Syria, lima negara lain melakukan tindakan senada, yakni AS, Italia, Kanada, Spanyol dan Bulgaria. (dwi/jpnn)
Kelimanya adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Italia, Spanyol dan Bulgaria.

Selanjutnya, langkah sembilan negara itu diikuti empat negara lainnya kemarin. Yakni, Turki, Jepang, Belanda dan Swiss. Negara-negara itu tidak hanya mengusir charge d’affaires dan dubes  Syria, melainkan juga para diplomat lainnya dari rezim Assad. Pengusiran massal itu merupakan bentuk protes terbaru masyarakat internasional terhadap pemerintahan Assad.

Kementerian Luar Negeri Turki memerintahkan charge d’affaires dan para diplomat lain dari Syria segera angkat kaki. ’’Kami minta charge d’affaires Syria di Kota Ankara serta seluruh personel diplomatiknya meninggalkan negara ini dalam waktu 72 jam sejak 30 Mei 2012,’’ ujar jubir Kemenlu Turki. Namun, pengusiran itu tidak berlaku bagi anggota korps konsuler Syria di Istanbul.

Sebagai negara tetangga, Turki menyatakan prihatin atas aksi kekerasan yang tak kunjung berakhir di Syria. Pada Maret lalu, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan menutup kedubes Turki yang terletak di Kota Damaskus dan menarik dubesnya dari Syria.

’’Tak masuk akal jika kami tetap diam dan menanggapi aksi yang mengandung kejahatan atas kemanusiaan ini,’’ lanjut jubir Kemenlu Turki. Jika aksi pengusiran diplomat top Syria itu tak membuahkan hasil, Turki akan mengambil langkah lebih tegas. Tetapi, pemerintahan Erdogan tak mau merinci langkah tegas apa yang dimaksud. (hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/