SUMUTPOS.CO – Hubungan antara penyakit dengan bau badan telah lama diketahui, namun biasanya baru teramati saat penyakitnya sudah parah.
Penyakit diabetes misalnya, selama ini sering dikaitkan dengan bau apel busuk atau aseton. Para ilmuwan penasaran apakah bau tersebut terdeteksi juga oleh hidung manusia pada awal-awal sakit.
“Mungkin saja ada tanda-tanda awal, yang mungkin umum, untuk penyakit dalam bentuk senyawa-senyawa mudah menguap yang keluar dari tubuh,” kata peneliti dari dari Karolinska Institutet di Swedia, Mats Olsson, seperti dikutip laman Science Daily, Kamis (13/3).
Menurut para ilmuwan, perbedaan bau badan muncul saat sistem imun tubuh memberikan perlawanan pada racun. Penyakit itu sendiri muncul ketika ada racun yang mengganggu sistem tertentu di dalam tubuh manusia.
Untuk mengujinya, para ilmuwan melibatkan 8 orang relawan dewasa sehat. Di laboratorium, sebagian relawan disuntik racun LPS (Lipopolisakarida) untuk merangsang sistem imun tubuh. Sebagian yang lain hanya diberi suntikan cairan saline.
Setelahnya, seluruh partisipan diminta mengenakan kaos ketat untuk menyerap keringat. Kaos tersebut dikenakan selama 4 jam.
Relawan yang mendapat suntikan LPS mengalami peningkatan temperatur. Selain itu, terjadi pula peningkatan aktivitas sistem imun yang ditandai dengan pelepasan senyawa tertentu, salah satnya sitokinin.
Di kelompok lain, 40 orang diminta untuk mencium bau kaos yang telah dikenakan para relawan. Hasilnya, kaos yang dikenakan relawan dengan suntikan LPS cenderung lebih tidak sedap. Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sistem imun yang merangsang pelepasan sitokinin. (fny/jpnn)
SUMUTPOS.CO – Hubungan antara penyakit dengan bau badan telah lama diketahui, namun biasanya baru teramati saat penyakitnya sudah parah.
Penyakit diabetes misalnya, selama ini sering dikaitkan dengan bau apel busuk atau aseton. Para ilmuwan penasaran apakah bau tersebut terdeteksi juga oleh hidung manusia pada awal-awal sakit.
“Mungkin saja ada tanda-tanda awal, yang mungkin umum, untuk penyakit dalam bentuk senyawa-senyawa mudah menguap yang keluar dari tubuh,” kata peneliti dari dari Karolinska Institutet di Swedia, Mats Olsson, seperti dikutip laman Science Daily, Kamis (13/3).
Menurut para ilmuwan, perbedaan bau badan muncul saat sistem imun tubuh memberikan perlawanan pada racun. Penyakit itu sendiri muncul ketika ada racun yang mengganggu sistem tertentu di dalam tubuh manusia.
Untuk mengujinya, para ilmuwan melibatkan 8 orang relawan dewasa sehat. Di laboratorium, sebagian relawan disuntik racun LPS (Lipopolisakarida) untuk merangsang sistem imun tubuh. Sebagian yang lain hanya diberi suntikan cairan saline.
Setelahnya, seluruh partisipan diminta mengenakan kaos ketat untuk menyerap keringat. Kaos tersebut dikenakan selama 4 jam.
Relawan yang mendapat suntikan LPS mengalami peningkatan temperatur. Selain itu, terjadi pula peningkatan aktivitas sistem imun yang ditandai dengan pelepasan senyawa tertentu, salah satnya sitokinin.
Di kelompok lain, 40 orang diminta untuk mencium bau kaos yang telah dikenakan para relawan. Hasilnya, kaos yang dikenakan relawan dengan suntikan LPS cenderung lebih tidak sedap. Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sistem imun yang merangsang pelepasan sitokinin. (fny/jpnn)