29 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Polisi Diduga Tembakkan Peluru Tajam

Proyektil Ditemukan di Nommensen

MEDAN- Aksi unjuk rasa yang berlangsung di sejumlah titik sejak Jumat (30/3) pagi hingga Sabtu (31/3) dini hari menelan sejumlah korban di pihak mahasiswa. Selain kerusakan fasilitas umum dan korban luka akibat bentrok massa pengunjuk rasa melawan polisi di kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) dan pintu I Universitas Sumatera Utara (USU), paling mengejutkan adalah temuan proyektil yang diduga bekas tembakan peluru tajam. Kabid Humas Poldasu Kombes Raden Heru Prakoso yang dikonfirmasi Sumut Pos, Sabtu (31/3) malam, tidak memberikan jawaban atas temuan benda tersebut. Heru tidak merespons telepon dan pesan singkat yang dikirimkan tadi malam.
Temuan proyektil merupakan hasil temuan seusai kericuhan antara massa mahasiswa UHN di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, dengan polisi. Saat itu pihak kampus melakukan aksi bersih-bersih di sekitar lokasi mahasiswanya bertahan. Pada waktu  membersihkan lokasi tersebut ditemukanlah enam butir selongsong peluru berbahan kuningan dengan Kode TK PIN 5,56. Amatan Sumut Pos, ratusan mahasiswa Front Mahasiswa Sumatera Utara melakukan aksi bakar ban dan memblokir jalan didepan kampus ITM Medan di Jalan Gedung Arca, Sabtu malam.

Amru Siregar, alumni Fakultas Hukum UHN, yang menemukan selongsong tersebut di depan pintu keluar kampus, menduga barang itu berasal dari peluru tajam milik Sat Brimob.  “Saya temukan di sini, banyak lagi di dalam berserakan,” katanya yang diamini satpam kampus, Sabtu dini hari (31).

Wartawan Sumut Pos sempat mengabadikan proyektil temuan tersebut. Tercatat, aksi bentrok itu mengakibatkan tiga mahasiswa menjadi korban penembakan. Sempat beredar kabar ada mahasiswa yang mengalami kritis akibat tertembak. Namun hingga kemarin malam belum diketahui kebenarannya. Dari penelusuran Sumut Pos kemarin, tiga dari tujuh mahasiswa UHN yang tertembak peluru karet polisi, Sabtu (31/3) kembali ke rumah mereka. Ketiga mahasiswa yang terluka aksi unjuk rasa yang berujung ricuh itu adalah Andika Nainggolan (25), Beni Panjaitan (22), Irianto Pardede (18).

Ketiga mahasiswa Fakultas Hukum UHN itu sempat dirawat  di ruang 808 Lantai VIII RSU Dr Pirngadi Medan. Irianto yang ditemui wartawan sebelum diperbolehkan pulang oleh pihak RS mengatakan dirinya tertembak peluru karet di bagian kaki. “Saya kena di tumit kiri, tapi cuma luka ringan. Kami pasti turun lagi kalau pemerintah berusaha menaikkan harga BBM lagi,” katanya. Dia mengungkapkan ada lima lagi rekannya yang terluka. “Menurut beberapa teman kelima teman itu sudah pulang,” tukasnya.

Temuan proyektil yang diduga peluru tajam itu dikatakan pihak UHN sebagai informasi yang masih sumir. Staf Humas UHN Bonifasius Tambunan membantah kebenaran proyektil hasil temuan tersebut. ‘’Itu masih info satu pihak saja. Kami belum telusuri lebih jauh,’’ ujar pria yang akrab disapa Boni ini.

Kericuhan pengunjuk rasa melawan petugas juga pecah di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara (USU), tepatnya di Jalan Dr Mansyur depan pintu I, Sabtu (31/3) dini hari. Akibatnya sejumlah fasilitas umum rusak seperti rambu lalu-lintas dan pembatas jalan. Sebuah restoran fast food juga ikut jadi sasaran. Namun aksi anarkis itu sulit terbendung polisi. Massa yang memblokir ruas jalan Dr Mansyur dan simpang kampus membuat pengendara mencari jalan alternatif.

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, Sabtu (31/3) dini hari, suasana tempat tersebut masih terasa mencekam. Ratusan mahasiswa bersenjata batu dan kayu berjaga-jaga di sekitar lokasi. Mereka menghancurkan plang dan rambu lalu-lintas untuk memblokir jalan. Massa juga merusak taman pembatas trotoar jalan. Baru pada sekitar pukul 03.00 WIB, petugas polisi datang membubarkan massa. Sempat terjadi bentrok namun polisi gagal memukul mundur massa. Melihat situasi yang kurang menguntungkan polisi menempuh jalan dialog dengan perwakilan mahasiswa. Setelah tercapai kesepakatan mahasiswa bersedia membubarkan diri.

Pada pagi harinya, sejumlah petugas D2PK dan petugas kebersihan membersihkan pecahan batu, botol, dan pembakaran ban yang membuat jalan sekitar hitam dan berdebu pada pagi harinya. Warga sekitar mengaku mereka sangat terganggu dengan kerusakan sejumlah traffic lights. Kemacetan tak terhindarkan akibat tidak berfungsinya pengatur lampu jalan. “Macetlah jadinya tadi. Orang yang mau lewat pun suka-suka,” ujar Tarigan, warga Setia Budi, dengan nada kesal.

Sementara itu, sekitar 200 pengunjuk rasa yang tergabung dalam Kongres Rakyat Sumatera Utara (KRSU) berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di bundaran Gatot Subroto, Medan, Sabtu (31/3. Mereka menolak kenaikan harga BBM berapapun besarnya. Pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Merdeka kemudian bergerak ke Bundaran Gatot Subroto. Mereka berorasi sambil membakar ban bekas, sehingga memacetkan jalan. Arus lalu-lintas terpaksa dialihkan ke Jalan Adam Malik dan Jalan S. Parman.

“Perjuangan kami belum selesai. Pemerintah hanya menunda bukan membatalkan. Jadi hari ini bukan titik akhir, tetapi titik awal perlawanan,” kata pengunjuk rasa. Mereka juga menuntut polisi membebaskan 10 pengunjuk rasa yang pada Jumat (30/3) malam hingga Sabtu (31/3) pagi masih ditahan di Poldasu. “Kami berupaya  para pengunjuk rasa dibebaskan,” kata Benget Silintonga, anggota Tim Advokasi KRSU.

Turut bergabung dengan KRSU adalah mahasiswa yang mendatangi Kapoldasu Irjen Wijsnu Amat Sastro dengan tuntutan serupa. Menjawab aksi solidaritas mahasiswa dan massa KRSU itu, Wisjnu mengatakan pengunjuk rasa tetap harus diperiksa sebelum dipulangkan. Akhirnya pihak polisi membebaskan 10 pengunjuk rasa pada Sabtu (31/3) petang. Mereka dijemput Pembantu Rektor UHN dan orangtua masing-masing. Kabid Humas Poldasu Kombes Raden Heru Prakoso menjelaskan polisi sudah memeriksa dan meminta keterangan 10 pengunjuk rasa itu. Mereka yang terdiri dari 6 mahasiswa dan 4 warga tersebut diberikan pengertian oleh polisi.

Aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di sejumlah titik menjelang voting kenaikan harga di DPR, Jumat (30/3) malam, sempat
memaksa pemilik toko elektronik di kawasan bundaran Gatot Subroto menutup usahanya. Massa sempat melakukan sweeping dan meminta pemilik toko menutup usaha mereka sebagai bagian dari solidaritas mendukung aksi penolakan rencana kenaikan BBM.

Sementara itu, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Sumatera Utara melakukan aksi bakar ban dan memblokir jalan di depan kampus ITM Medan di Jalan Gedung Arca, Sabtu (31/3) malam. Aksi juga sempat diwarnai dengan memecahkan lampu rambu lalu lintas di Simpang Jalan HM Joni saat sedang berlangsung aksi. (gus/jon)

Proyektil Ditemukan di Nommensen

MEDAN- Aksi unjuk rasa yang berlangsung di sejumlah titik sejak Jumat (30/3) pagi hingga Sabtu (31/3) dini hari menelan sejumlah korban di pihak mahasiswa. Selain kerusakan fasilitas umum dan korban luka akibat bentrok massa pengunjuk rasa melawan polisi di kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) dan pintu I Universitas Sumatera Utara (USU), paling mengejutkan adalah temuan proyektil yang diduga bekas tembakan peluru tajam. Kabid Humas Poldasu Kombes Raden Heru Prakoso yang dikonfirmasi Sumut Pos, Sabtu (31/3) malam, tidak memberikan jawaban atas temuan benda tersebut. Heru tidak merespons telepon dan pesan singkat yang dikirimkan tadi malam.
Temuan proyektil merupakan hasil temuan seusai kericuhan antara massa mahasiswa UHN di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, dengan polisi. Saat itu pihak kampus melakukan aksi bersih-bersih di sekitar lokasi mahasiswanya bertahan. Pada waktu  membersihkan lokasi tersebut ditemukanlah enam butir selongsong peluru berbahan kuningan dengan Kode TK PIN 5,56. Amatan Sumut Pos, ratusan mahasiswa Front Mahasiswa Sumatera Utara melakukan aksi bakar ban dan memblokir jalan didepan kampus ITM Medan di Jalan Gedung Arca, Sabtu malam.

Amru Siregar, alumni Fakultas Hukum UHN, yang menemukan selongsong tersebut di depan pintu keluar kampus, menduga barang itu berasal dari peluru tajam milik Sat Brimob.  “Saya temukan di sini, banyak lagi di dalam berserakan,” katanya yang diamini satpam kampus, Sabtu dini hari (31).

Wartawan Sumut Pos sempat mengabadikan proyektil temuan tersebut. Tercatat, aksi bentrok itu mengakibatkan tiga mahasiswa menjadi korban penembakan. Sempat beredar kabar ada mahasiswa yang mengalami kritis akibat tertembak. Namun hingga kemarin malam belum diketahui kebenarannya. Dari penelusuran Sumut Pos kemarin, tiga dari tujuh mahasiswa UHN yang tertembak peluru karet polisi, Sabtu (31/3) kembali ke rumah mereka. Ketiga mahasiswa yang terluka aksi unjuk rasa yang berujung ricuh itu adalah Andika Nainggolan (25), Beni Panjaitan (22), Irianto Pardede (18).

Ketiga mahasiswa Fakultas Hukum UHN itu sempat dirawat  di ruang 808 Lantai VIII RSU Dr Pirngadi Medan. Irianto yang ditemui wartawan sebelum diperbolehkan pulang oleh pihak RS mengatakan dirinya tertembak peluru karet di bagian kaki. “Saya kena di tumit kiri, tapi cuma luka ringan. Kami pasti turun lagi kalau pemerintah berusaha menaikkan harga BBM lagi,” katanya. Dia mengungkapkan ada lima lagi rekannya yang terluka. “Menurut beberapa teman kelima teman itu sudah pulang,” tukasnya.

Temuan proyektil yang diduga peluru tajam itu dikatakan pihak UHN sebagai informasi yang masih sumir. Staf Humas UHN Bonifasius Tambunan membantah kebenaran proyektil hasil temuan tersebut. ‘’Itu masih info satu pihak saja. Kami belum telusuri lebih jauh,’’ ujar pria yang akrab disapa Boni ini.

Kericuhan pengunjuk rasa melawan petugas juga pecah di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara (USU), tepatnya di Jalan Dr Mansyur depan pintu I, Sabtu (31/3) dini hari. Akibatnya sejumlah fasilitas umum rusak seperti rambu lalu-lintas dan pembatas jalan. Sebuah restoran fast food juga ikut jadi sasaran. Namun aksi anarkis itu sulit terbendung polisi. Massa yang memblokir ruas jalan Dr Mansyur dan simpang kampus membuat pengendara mencari jalan alternatif.

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, Sabtu (31/3) dini hari, suasana tempat tersebut masih terasa mencekam. Ratusan mahasiswa bersenjata batu dan kayu berjaga-jaga di sekitar lokasi. Mereka menghancurkan plang dan rambu lalu-lintas untuk memblokir jalan. Massa juga merusak taman pembatas trotoar jalan. Baru pada sekitar pukul 03.00 WIB, petugas polisi datang membubarkan massa. Sempat terjadi bentrok namun polisi gagal memukul mundur massa. Melihat situasi yang kurang menguntungkan polisi menempuh jalan dialog dengan perwakilan mahasiswa. Setelah tercapai kesepakatan mahasiswa bersedia membubarkan diri.

Pada pagi harinya, sejumlah petugas D2PK dan petugas kebersihan membersihkan pecahan batu, botol, dan pembakaran ban yang membuat jalan sekitar hitam dan berdebu pada pagi harinya. Warga sekitar mengaku mereka sangat terganggu dengan kerusakan sejumlah traffic lights. Kemacetan tak terhindarkan akibat tidak berfungsinya pengatur lampu jalan. “Macetlah jadinya tadi. Orang yang mau lewat pun suka-suka,” ujar Tarigan, warga Setia Budi, dengan nada kesal.

Sementara itu, sekitar 200 pengunjuk rasa yang tergabung dalam Kongres Rakyat Sumatera Utara (KRSU) berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di bundaran Gatot Subroto, Medan, Sabtu (31/3. Mereka menolak kenaikan harga BBM berapapun besarnya. Pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Merdeka kemudian bergerak ke Bundaran Gatot Subroto. Mereka berorasi sambil membakar ban bekas, sehingga memacetkan jalan. Arus lalu-lintas terpaksa dialihkan ke Jalan Adam Malik dan Jalan S. Parman.

“Perjuangan kami belum selesai. Pemerintah hanya menunda bukan membatalkan. Jadi hari ini bukan titik akhir, tetapi titik awal perlawanan,” kata pengunjuk rasa. Mereka juga menuntut polisi membebaskan 10 pengunjuk rasa yang pada Jumat (30/3) malam hingga Sabtu (31/3) pagi masih ditahan di Poldasu. “Kami berupaya  para pengunjuk rasa dibebaskan,” kata Benget Silintonga, anggota Tim Advokasi KRSU.

Turut bergabung dengan KRSU adalah mahasiswa yang mendatangi Kapoldasu Irjen Wijsnu Amat Sastro dengan tuntutan serupa. Menjawab aksi solidaritas mahasiswa dan massa KRSU itu, Wisjnu mengatakan pengunjuk rasa tetap harus diperiksa sebelum dipulangkan. Akhirnya pihak polisi membebaskan 10 pengunjuk rasa pada Sabtu (31/3) petang. Mereka dijemput Pembantu Rektor UHN dan orangtua masing-masing. Kabid Humas Poldasu Kombes Raden Heru Prakoso menjelaskan polisi sudah memeriksa dan meminta keterangan 10 pengunjuk rasa itu. Mereka yang terdiri dari 6 mahasiswa dan 4 warga tersebut diberikan pengertian oleh polisi.

Aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di sejumlah titik menjelang voting kenaikan harga di DPR, Jumat (30/3) malam, sempat
memaksa pemilik toko elektronik di kawasan bundaran Gatot Subroto menutup usahanya. Massa sempat melakukan sweeping dan meminta pemilik toko menutup usaha mereka sebagai bagian dari solidaritas mendukung aksi penolakan rencana kenaikan BBM.

Sementara itu, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Sumatera Utara melakukan aksi bakar ban dan memblokir jalan di depan kampus ITM Medan di Jalan Gedung Arca, Sabtu (31/3) malam. Aksi juga sempat diwarnai dengan memecahkan lampu rambu lalu lintas di Simpang Jalan HM Joni saat sedang berlangsung aksi. (gus/jon)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/