MEDAN-Marliana (30 ), warga Jalan Tuasan, Gang Sedar, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung, mendatangi Malpolresta Medan untuk mengadukan perbuatan malapraktik RS Sufinah Aziziz, Jumat (1/2), kemarin.
Guru Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah ini menderita kelumpuhan kaki setelah menjalani operasi sesar anak keduanya di RS Sufinah Aziziz, Senin (24/12) lalu. Ia terpaksa digendong suaminya, Taufan saat membuat pengaduanya ke polisi.
Pengakuan suami korban, Taufan, sebelum istrinya menjalani operasi melahirkan, kondisi fisik istrinya masih sehat. “Tapi setelah keluar dari rumah sakit, istri saya malah lumpuh,” tutur Taufan.
Taufan hanya meminta pertanggung jawaban RS Sufinah Aziziz untuk bisa mengembalikan kondisi istrinya seperti semua. Jika RS Sufinah Aziziz tidak menanggapinya, ia akan terus menuntut dan mencari keadilan.
“Sampai sekarang tak ada tanggapan dari RS Sufinah Aziziz. Saya hanya minta istri saya kembali seperti sedia kala,” kata Taufan dengan mata berkaca-kaca.
Ketua LSM Pekan (Pemantau Kinerja Aparatur Negara) Joniar M Nainggolan yang mendamping korban ke Mapolresta Medan akan mendampingi korban hingga mendapatkan keadilan. “Kami akan tetap menempuh jalur hukum jika tidak ada tanggapan dari pihak rumah sakit,” tegasnya.
Kasat Reskrim Mapolresta Medan Kompol Yoris Marzuki mengatakan, korban datang mengadukan RS Sufinah Aziziz yang diduga melakukan malapraktik saat melaksanakan proses kelahiran operasi sesar korban. “Setelah pengaduannya kita terima, lalu kita rekomendasi ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan. Bila IDI Medan sudah memberikan surat rekomendasi, kami langsung menindaklanjuti kasus,” kata Yoris.
Setelah melapor ke Mapolresta Medan, pihak keluarga kemudian melaporkan pengaduan lagi ke IDI Medan hari itu juga.
Sementara itu, Humas RSU Sufina Aziz Erwan yang dikonfirmasi mengatakan, pihak rumah sakit sudah melakukan tanggung jawab kepada korban dengan cara mengirim perawatnya ke rumah korban. Silahkan melapor ke olisi. Penyakit lumpuh itu bukan dari operasi kok,” elaknya.
Sebelumnya, korban mengaku mengalami kelumpuhan akibat suntikan anestesi (bius) yang dilakukan dokter anestesi bernama Dr Lui. Korban disuntik sebanyak dua kali. Pertama di bagian pinggang. Karena suntikan pertama tidak berhasil, Dr Lui memberikan suntikan kedua di punggungnya. Karena tak berefek, dokter itu marah-marah kepada susternya dan mematikan semua peralatan medis, termasuk alat bantu oksigen yang dikenakan korban. Setelah diberikan suntikan kedua, barulah korban mati rasa.
Setelah itu korban lalu menjalani operasi sesar yang ditangani oleh dokter bedah bernama Dr Cha Wa Ja, dan kemudian melahirkan bayi perempuan dengan selamat. Tapi, sehari setelah melahirkan, Marliana yang dirawat inap di Instalasi Gawat Darurat mengalami meriang, dan tubuh lemas, muntah- muntah. Setelah kondisi korban sedikit lumayan, korban diperbolehkan pulang. Tapi, baru sehari berada di rumahnya, tanda kelumpuhan muncul. Bagian pinggang ke bawah tubuhnya tidak bisa digerakkan hingga tak bisa buang air. Korban hari itu langsung lumpuh. (mag-19)