28 C
Medan
Friday, January 31, 2025

RS Bidadari: Di Sini Hanya Sehari, Tanya ke Bina Kasih

Sebelumnya, Dea Afnita dibawa orangtuanya Firman (35) dan Julia (28) ke RS Bidadari Binjai pada hari Minggu 14 Desember 2014, karena mengalami gejala demam. Oleh perawat RS yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebunlada, Kecamatan Binjai Utara itu, ia dimasukkan ke ruang inap dan dipasang selang infus. Obat juga dimasukkan melalui infus.

Setelah itu, badan putrinya dingin tetapi keluar keringat yang sangat deras. Selain itu, kulitnya juga mengeluarkan bintik-bintik kemerahan.

“Kami nggak tahu obat apa yang dikasih, soalnya obatnya melalui suntikan saja ke infus. Meski badannya dingin, tapi dia (Dea-red) mengaku kepanasan,” ungkap Firman, Rabu (1/4) siang.

Keesokan harinya, dr Vivia selaku dokter RS datang melihat kondisi anaknya. Dokter sempat mengatakan ada kesalahan yang dilakukan perawat. “Itu salah infusnya, cepat perbaiki,” tutur Firman menirukan perkataan sang dokter.

Pada Senin 15 Desember, siang jelang sore anaknya dirujuk ke RS Bina Kasih. Alasannya, peralatan di rumah sakit yang beralamat di Kecamatan Sunggal itu lebih lengkap. “Saat diantar ke sana, anakku masih bisa bicara dan bergerak meski tubuhnya lemas,” seru pasutri ini.

Baru masuk ke rumah sakit Bina Kasih, keluarga tidak bisa menjenguk lagi sang putri karena langsung dimasukkan ke ruangan ICU. Di sana, anaknya sempat dirawat selama 1,5 bulan tanpa sadarkan diri (koma-red). Kondisinya memburuk dan Dea dirujuk RSUP H Adam Malik Medan. Kondisi Dea sadar namun tidak bisa bergerak dan berbicara. Dia hanya bisa menjerit jika membutuhkan sesuatu. Kondisi ini membuat keluarga semakin bingung karena keterbatasan biaya.

Hingga akhirnya Dea, harus menjalani rawat jalan di RSU Djoelham Binjai. “Gimana nasib anak kami ini. Kenapa kata dua rumah sakit hanya sakit typus, bisa jadi seperti ini,” terang pasutri ini berurai air mata.

Firmana mengatakan, sudah mengadukan masalah ini ke DPRD Kota Binjai. Selain itu, pihaknya juga berencana menempuh jalur hukum serta melaporkan ke Menteri Kesehatan.

“Kami tidak berharap lebih, kami hanya ingin anak kami sembuh dan kembali seperti semula. Cuma itu yang kami mau,” timpal buruh pabrik yang tinggal Jalan Tengku Umar Lingkungan 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara itu. (bam/mag2/trg)

Sebelumnya, Dea Afnita dibawa orangtuanya Firman (35) dan Julia (28) ke RS Bidadari Binjai pada hari Minggu 14 Desember 2014, karena mengalami gejala demam. Oleh perawat RS yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebunlada, Kecamatan Binjai Utara itu, ia dimasukkan ke ruang inap dan dipasang selang infus. Obat juga dimasukkan melalui infus.

Setelah itu, badan putrinya dingin tetapi keluar keringat yang sangat deras. Selain itu, kulitnya juga mengeluarkan bintik-bintik kemerahan.

“Kami nggak tahu obat apa yang dikasih, soalnya obatnya melalui suntikan saja ke infus. Meski badannya dingin, tapi dia (Dea-red) mengaku kepanasan,” ungkap Firman, Rabu (1/4) siang.

Keesokan harinya, dr Vivia selaku dokter RS datang melihat kondisi anaknya. Dokter sempat mengatakan ada kesalahan yang dilakukan perawat. “Itu salah infusnya, cepat perbaiki,” tutur Firman menirukan perkataan sang dokter.

Pada Senin 15 Desember, siang jelang sore anaknya dirujuk ke RS Bina Kasih. Alasannya, peralatan di rumah sakit yang beralamat di Kecamatan Sunggal itu lebih lengkap. “Saat diantar ke sana, anakku masih bisa bicara dan bergerak meski tubuhnya lemas,” seru pasutri ini.

Baru masuk ke rumah sakit Bina Kasih, keluarga tidak bisa menjenguk lagi sang putri karena langsung dimasukkan ke ruangan ICU. Di sana, anaknya sempat dirawat selama 1,5 bulan tanpa sadarkan diri (koma-red). Kondisinya memburuk dan Dea dirujuk RSUP H Adam Malik Medan. Kondisi Dea sadar namun tidak bisa bergerak dan berbicara. Dia hanya bisa menjerit jika membutuhkan sesuatu. Kondisi ini membuat keluarga semakin bingung karena keterbatasan biaya.

Hingga akhirnya Dea, harus menjalani rawat jalan di RSU Djoelham Binjai. “Gimana nasib anak kami ini. Kenapa kata dua rumah sakit hanya sakit typus, bisa jadi seperti ini,” terang pasutri ini berurai air mata.

Firmana mengatakan, sudah mengadukan masalah ini ke DPRD Kota Binjai. Selain itu, pihaknya juga berencana menempuh jalur hukum serta melaporkan ke Menteri Kesehatan.

“Kami tidak berharap lebih, kami hanya ingin anak kami sembuh dan kembali seperti semula. Cuma itu yang kami mau,” timpal buruh pabrik yang tinggal Jalan Tengku Umar Lingkungan 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara itu. (bam/mag2/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/