26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

GUBSU: Pindahkan Soewondo

ANDRI GINTING/SUMUT POS-- Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).
ANDRI GINTING/SUMUT POS– Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).

SUMUTPOS.CO- Keberadaan Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo atau sebelumnya bernama Bandara Polonia yang berada di dekat pemukiman mulai disoal. Setidaknya telah terjadi dua kali musibah yang memakan banyak korban. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) pun langsung mempertimbangkan relokasi untuk bandar udara tersebut.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah berkoordinasi dengan Pemko Medan dan TNI AU terkait kemungkinan pemindahan ini,” kata Gatot saat berada di pusat identifikasi korban kecelakaan Hercules C-130 RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (1/7).

Gatot mengatakan, opsi pemindahan Lanud Soewondo yang dulunya eks Bandara Polonia ini dikarenakan letaknya terlalu dekat dengan pemukiman masyarakat. “Saya sedang dan terus berkoordinasi dengan Pemko Medan merancang zona relokasi Lanud Soewondo,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, bahwa hal itu demi mengantisipasi dan menghindari terjadinya kecelakaan penerbangan di Medan, Sumatera Utara, dan semakin diperburuk dengan tertimpanya pemukiman masyarakat. Oleh karena itu, menurut Gubsu, melihat fakta tersebut, perlu dipertimbangkan untuk pemindahan lokasi bandara yang memang secara keamanan membahayakan warga masyarakat. Gatot menjelaskan, lokasi bandara akan bermanfaat bagi warga Kota Medan yang mungkin bisa dijadikan lokasi yang bernilai lebih strategis sesuai rencana tata ruang kota Medan. Gubsu mengatakan dalam waktu dekat yakni 2-3 bulan Pemprovsu dan Pemko Medan akan mengusulkan proposal kepada Panglima TNI AU soal pemindahan Lanud Soewondo.

Seperti diketahui kejadian kecelakaan Hercules C-130 selain mengambil korban awak dan penumpang pesawat juga menyebabkan kematian warga masyarakat di sekitar kejadian. Hercules yang jatuh menimpa tiga ruko dan satu bangunan oukup dan menghanguskan bangunan tersebut.

Peristiwa kecelakaan serupa juga terjadi pada sepuluh tahun silam yaitu, 5 September 2005 yang menimpa pesawat komersil Mandala Airlines. Dalam peristiwa tersebut ratusan penumpang dan warga tewas diantaranya Gubernur Sumut HT Rizal Nurdin dan mantan Gubsu H Raja Inal Siregar.

Selain akan mengusulkan permohonan pemindahan kawasan lanud, Pemprovsu juga berencana memberikan santunan kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 kemarin. Santunan bagi keluarga korban tersebut rencananya akan diambil dari pos dana tidak terduga pada APBD Pemprov Sumut tahun 2015.

“Saya tadi malam langsung rapat dengan Sekdaprovsu. Memang anggaran APBD kita untuk kasus seperti itu memang belum ada, namun kita punya pos dana tidak terduga,” kata Gatot.

Gubsu mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan Sekdaprovsu Hasban Ritonga untuk bisa mengkaji penggunaan dana tak terduga tersebut. “Jika kemudian memungkinkan untuk digunakan pos dana tidak terduga, maka memang ada terpikir oleh saya bantuan sekedar empati kepada keluarga korban,” ujarnya.

Terpisah, akademisi hukum penerbangan asal Universitas Sumatera Utara (USU), Arif, menilai Lanud Soewondo tidak laik beroperasi karena posisinya berada ditengah kota. Menurut dia, dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Mebidangro (Medan, Binjai, Deliserdang dan Tanah Karo) dan RTRW Nasional, areal eks Bandara Polonia itu awalnya mau dijadikan Central Business District (CBD).

Namun, diakuinya, enggak tahu kenapa areal tersebut masih diperuntukkan untuk bandara. Apalagi, sambung dia, kawasan tersebut idealnya bakal dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Menurutnya, secara vertikal dan kajian yang pernah ia lakukan, posisi Lanud Soewondo ditengah kota sangat menghambat pertumbuhan kota.

“Idealnya kawasan eks Bandara Polonia itu cocok untuk ruang terbuka hijau. Padahal dari sisi strategi, sebenarnya kita sudah punya lapangan udara di Pekanbaru,” sebutnya.

Disinggung berkenaan pesawat militer masih ada mengangkut penumpang sipil, Arif menegaskan bahwa sejatinya hal itu tidak diperbolehkan. “Semua (dunia) sudah tahu bahwa peraturannya begitu. Artinya pesawat militer tidak boleh ditumpangi sipil,” ucapnya.

Di sisi lain, Tragedi jatuhnya pesawat tua, Hercules C-130 membuka mata pemerintah untuk memikirkan modernisasi alutsista yang selama ini digunakan jajaran TNI. Presiden Joko Widodo menyatakan, saat ini pemerintah harus fokus memperhatikan pengadaan alutsista yang memadai.

Jokowi batal mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7). Semula, setelah mengikuti peringatan HUT Bhayangkara di Mako Brimob, Presiden akan langsung berangkat ke Medan.

“Enggak jadi, sudah ada tim di sana,” ujar pria yang akrab disapa Jokowi itu usai mengikuti upacara yang dihadiri ratusan personel Polri itu.

Batal ke Medan, Jokowi berencana kembali ke Istana Negara dan mengadakan rapat internal tentang alutsista TNI. Ia mengatakan alutsista harus diperbaharui untuk kemajuan TNI.

“Paling utama pengadaan alutsista harus diarahkan kepada kemandirian industri pertahanan, agar kita bisa sepenuhnya mengendalikan kesiapan alutsista,” imbuh Jokowi.

Jokowi juga meminta perubahan dalam pengadaan alutsista TNI. Semua jenis alutsista yang sudah tua, tegasnya, harus dimusnahkan. Selain itu, Indonesia juga dimintanya harus berperan aktif dalam industri alutsista.

“Kita harus terlibat mulai dari rancang bangun, produksi, operasional, latihan pemeliharaan hingga pemusnahan alutsista yang sudah tua.Harus diarahkan kepada kemandirian industri pertahanan agar kita bisa sepenuhnya mengendalikan kesiapan alutsista,” tegas Jokowi.

Pria asal Solo itu juga meminta TNI memperhatikan sistem alutsista yang ada saat ini agar memperkecil kemungkinan adanya kecelakaan saat beroperasi
“Harus zero accident untuk pesawat tempur, angkut, kapal perang, kapal selam hingga helikopter serta prajurit TNI yang menggunakannya. Harus berada dalam kesiapan operasional yang tinggi,” lanjutnya.

ANDRI GINTING/SUMUT POS-- Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).
ANDRI GINTING/SUMUT POS– Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).

SUMUTPOS.CO- Keberadaan Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo atau sebelumnya bernama Bandara Polonia yang berada di dekat pemukiman mulai disoal. Setidaknya telah terjadi dua kali musibah yang memakan banyak korban. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) pun langsung mempertimbangkan relokasi untuk bandar udara tersebut.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah berkoordinasi dengan Pemko Medan dan TNI AU terkait kemungkinan pemindahan ini,” kata Gatot saat berada di pusat identifikasi korban kecelakaan Hercules C-130 RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (1/7).

Gatot mengatakan, opsi pemindahan Lanud Soewondo yang dulunya eks Bandara Polonia ini dikarenakan letaknya terlalu dekat dengan pemukiman masyarakat. “Saya sedang dan terus berkoordinasi dengan Pemko Medan merancang zona relokasi Lanud Soewondo,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, bahwa hal itu demi mengantisipasi dan menghindari terjadinya kecelakaan penerbangan di Medan, Sumatera Utara, dan semakin diperburuk dengan tertimpanya pemukiman masyarakat. Oleh karena itu, menurut Gubsu, melihat fakta tersebut, perlu dipertimbangkan untuk pemindahan lokasi bandara yang memang secara keamanan membahayakan warga masyarakat. Gatot menjelaskan, lokasi bandara akan bermanfaat bagi warga Kota Medan yang mungkin bisa dijadikan lokasi yang bernilai lebih strategis sesuai rencana tata ruang kota Medan. Gubsu mengatakan dalam waktu dekat yakni 2-3 bulan Pemprovsu dan Pemko Medan akan mengusulkan proposal kepada Panglima TNI AU soal pemindahan Lanud Soewondo.

Seperti diketahui kejadian kecelakaan Hercules C-130 selain mengambil korban awak dan penumpang pesawat juga menyebabkan kematian warga masyarakat di sekitar kejadian. Hercules yang jatuh menimpa tiga ruko dan satu bangunan oukup dan menghanguskan bangunan tersebut.

Peristiwa kecelakaan serupa juga terjadi pada sepuluh tahun silam yaitu, 5 September 2005 yang menimpa pesawat komersil Mandala Airlines. Dalam peristiwa tersebut ratusan penumpang dan warga tewas diantaranya Gubernur Sumut HT Rizal Nurdin dan mantan Gubsu H Raja Inal Siregar.

Selain akan mengusulkan permohonan pemindahan kawasan lanud, Pemprovsu juga berencana memberikan santunan kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 kemarin. Santunan bagi keluarga korban tersebut rencananya akan diambil dari pos dana tidak terduga pada APBD Pemprov Sumut tahun 2015.

“Saya tadi malam langsung rapat dengan Sekdaprovsu. Memang anggaran APBD kita untuk kasus seperti itu memang belum ada, namun kita punya pos dana tidak terduga,” kata Gatot.

Gubsu mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan Sekdaprovsu Hasban Ritonga untuk bisa mengkaji penggunaan dana tak terduga tersebut. “Jika kemudian memungkinkan untuk digunakan pos dana tidak terduga, maka memang ada terpikir oleh saya bantuan sekedar empati kepada keluarga korban,” ujarnya.

Terpisah, akademisi hukum penerbangan asal Universitas Sumatera Utara (USU), Arif, menilai Lanud Soewondo tidak laik beroperasi karena posisinya berada ditengah kota. Menurut dia, dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Mebidangro (Medan, Binjai, Deliserdang dan Tanah Karo) dan RTRW Nasional, areal eks Bandara Polonia itu awalnya mau dijadikan Central Business District (CBD).

Namun, diakuinya, enggak tahu kenapa areal tersebut masih diperuntukkan untuk bandara. Apalagi, sambung dia, kawasan tersebut idealnya bakal dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Menurutnya, secara vertikal dan kajian yang pernah ia lakukan, posisi Lanud Soewondo ditengah kota sangat menghambat pertumbuhan kota.

“Idealnya kawasan eks Bandara Polonia itu cocok untuk ruang terbuka hijau. Padahal dari sisi strategi, sebenarnya kita sudah punya lapangan udara di Pekanbaru,” sebutnya.

Disinggung berkenaan pesawat militer masih ada mengangkut penumpang sipil, Arif menegaskan bahwa sejatinya hal itu tidak diperbolehkan. “Semua (dunia) sudah tahu bahwa peraturannya begitu. Artinya pesawat militer tidak boleh ditumpangi sipil,” ucapnya.

Di sisi lain, Tragedi jatuhnya pesawat tua, Hercules C-130 membuka mata pemerintah untuk memikirkan modernisasi alutsista yang selama ini digunakan jajaran TNI. Presiden Joko Widodo menyatakan, saat ini pemerintah harus fokus memperhatikan pengadaan alutsista yang memadai.

Jokowi batal mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7). Semula, setelah mengikuti peringatan HUT Bhayangkara di Mako Brimob, Presiden akan langsung berangkat ke Medan.

“Enggak jadi, sudah ada tim di sana,” ujar pria yang akrab disapa Jokowi itu usai mengikuti upacara yang dihadiri ratusan personel Polri itu.

Batal ke Medan, Jokowi berencana kembali ke Istana Negara dan mengadakan rapat internal tentang alutsista TNI. Ia mengatakan alutsista harus diperbaharui untuk kemajuan TNI.

“Paling utama pengadaan alutsista harus diarahkan kepada kemandirian industri pertahanan, agar kita bisa sepenuhnya mengendalikan kesiapan alutsista,” imbuh Jokowi.

Jokowi juga meminta perubahan dalam pengadaan alutsista TNI. Semua jenis alutsista yang sudah tua, tegasnya, harus dimusnahkan. Selain itu, Indonesia juga dimintanya harus berperan aktif dalam industri alutsista.

“Kita harus terlibat mulai dari rancang bangun, produksi, operasional, latihan pemeliharaan hingga pemusnahan alutsista yang sudah tua.Harus diarahkan kepada kemandirian industri pertahanan agar kita bisa sepenuhnya mengendalikan kesiapan alutsista,” tegas Jokowi.

Pria asal Solo itu juga meminta TNI memperhatikan sistem alutsista yang ada saat ini agar memperkecil kemungkinan adanya kecelakaan saat beroperasi
“Harus zero accident untuk pesawat tempur, angkut, kapal perang, kapal selam hingga helikopter serta prajurit TNI yang menggunakannya. Harus berada dalam kesiapan operasional yang tinggi,” lanjutnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/