25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

GUBSU: Pindahkan Soewondo

Peti Mati Terbang
Pengamat Militer Beni Sukadis mengatakan, pemerintah harus sadar jika sudah terlalu banyak kecelakaan akibat alutsista tua masih digunakan, terutama moda transportasi pesawat. “Pesawat tua itu ibarat peti mati terbang, karena tingginya risiko kerusakan teknis,” ujarnya kemarin (1/7).

Menurut Beni, pemerintah tidak bisa hanya mengucapkan bela sungkawa terhadap para tentara yang gugur dalam kecelakaan, namun di sisi lain masih mengizinkan operasional pesawat-pesawat yang usianya sudah separo abad. “Pesawat umur segitu mestinya sudah dikandangkan,” kata direktur eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia tersebut.

Apalagi, lanjut Beni, akibat embargo oleh Amerika Serikat (AS) pada 1999 – 2005, banyak alutsista tua di Indonesia yang tidak mendapat perawatan layak. Bahkan, banyak diantaranya yang dikanibal alias diganti dengan suku cadang (spare parts) yang tidak orisinil. “Jadi, kelaikan terbangnya memang tidak prima,” ucapnya.

Beni mengatakan, pada 2013 lalu, beberapa pesawat Hercules milik Indonesia sudah diretrovit (ganti mesin maupun servis besar) ke Amerika Serikat (AS). Namun, masih ada sekitar 10 pesawat yang belum diretrovit, sehingga kondisinya kurang fit dan mestinya sudah tidak dioperasionalkan. “Tapi menurut saya, daripada diretrovit dan keluar banyak biaya juga, lebih baik Indonesia beli pesawat baru,” ujarnya. (jpnn/prn/val/rbb)

Peti Mati Terbang
Pengamat Militer Beni Sukadis mengatakan, pemerintah harus sadar jika sudah terlalu banyak kecelakaan akibat alutsista tua masih digunakan, terutama moda transportasi pesawat. “Pesawat tua itu ibarat peti mati terbang, karena tingginya risiko kerusakan teknis,” ujarnya kemarin (1/7).

Menurut Beni, pemerintah tidak bisa hanya mengucapkan bela sungkawa terhadap para tentara yang gugur dalam kecelakaan, namun di sisi lain masih mengizinkan operasional pesawat-pesawat yang usianya sudah separo abad. “Pesawat umur segitu mestinya sudah dikandangkan,” kata direktur eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia tersebut.

Apalagi, lanjut Beni, akibat embargo oleh Amerika Serikat (AS) pada 1999 – 2005, banyak alutsista tua di Indonesia yang tidak mendapat perawatan layak. Bahkan, banyak diantaranya yang dikanibal alias diganti dengan suku cadang (spare parts) yang tidak orisinil. “Jadi, kelaikan terbangnya memang tidak prima,” ucapnya.

Beni mengatakan, pada 2013 lalu, beberapa pesawat Hercules milik Indonesia sudah diretrovit (ganti mesin maupun servis besar) ke Amerika Serikat (AS). Namun, masih ada sekitar 10 pesawat yang belum diretrovit, sehingga kondisinya kurang fit dan mestinya sudah tidak dioperasionalkan. “Tapi menurut saya, daripada diretrovit dan keluar banyak biaya juga, lebih baik Indonesia beli pesawat baru,” ujarnya. (jpnn/prn/val/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/