26 C
Medan
Sunday, December 7, 2025

Ayah dan Ibu Ivan Minta Maaf ke Seluruh Umat Katolik

Bahkan, Arista dan Makmur tak tahu adanya video yang sudah dilihat mantan teroris, Ghazali, kalau Ivan sudah mengibarkan bendera ISIS. Akibat kejadian ini, Makmur dan Arista merasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai hal.

Lebih jauh, Makmur meminta maaf kepada seluruh masyarakat Sumut atas kejadian tersebut. Sembari terisak-isak, Makmur bilang, tak memiliki niatan untuk menggoncang keharmonisan yang sudah terbangun baik diantara umat beragama.

”Sama sekali tidak ada. Keluarga kami tidak tahu masalah ini mengapa bisa terjadi. Saya empat bersaudara, dua perempuan dan dua laki-laki. Satu perempuan beragama Kristen dan satu laki-laki beragama Kristen. Jadi 50-50 persen. Istri saya sembilan bersaudara, anak tertua. Yang lainnya masih Kristen. Jadi tentu kami tidak menghendaki sesuatu ketidakharmonisan antara umat beragama. Kami meminta maaf atas peristiwa ini kepada seluruh umat kristiani Kota Medan, khususnya umat Katolik di Gereja Santo Yosep,” ungkap Makmur.

Dia berharap, peristiwa ini tak terjadi kembali di kemudian hari di Kota Medan. Dia pun mengaku sedih atas tingkah Ivan. ”Kesalahan kami keluarga yang tidak mampu mengawasi anak-anak labil dan berkembang. Ivan ini masih 17 tahun. Kami meminta maaf atas peristiwa ini. Karena mungkin kemampuan kami tidak mampu mengawasi. Mudah-mudahan ini tidak terjadi kepada yang lain. Kemudian tidak terjadi peristiwa-peristiwa ini terhadap siapapun di Medan,” kata Makmur seraya meminta agar Kepastoran Uskup Agung, kiranya dapat memaafkan peristiwa tersebut.

”Kami dari keluarga minta maaf atas kejadian ini,” sambung dia.

Menurut dia, kondisi Ivan sudah sehat. Pun, Ivan masih memberikan keterangan yang berubah-ubah. ”Saya waktu hari Minggu (kejadian aksi teror), masih tidur. Kemudian diberitahukan istri saya kalau (Ivan) ke Indomaret untuk instal laptop dan download game untuk keponakannya. Sekitar jam 7 pagi, dia (Ivan) keluar. Dia pamit kepada istri saya,” sebut Makmur.

Arista menimpali, saat Ivan melakukan ujicoba merakit bom, ia bersama sang suami tidak berada di rumah. Alhasil, pasutri yang dikaruniain tiga anak itu tak mengetahui kejadian tersebut. Bahkan, tetangga sekitar juga tidak ada yang komplain.

”Saya melihat anak saya masih di bawah umur. Tentu ada orang dewasa sebagaimana mestinya. Itu harusnya yang tanggung jawab. Saya sebagai mamaknya, minta maaf. Khususnya bagi umat Katolik yang terutama kepada Bapak Pastor Pandiangan, ini bukan agenda kami. Ini di luar jangkauan kami. Sebagai mamaknya, saya lah yang salah karena kurang mungkin mengawasi anak. Tapi ini di luar jangkauan kami,” kata Arista sembari merapatkan tangannya memohon.

Dia pun membantah jika dikaitkan dengan keluarganya yang masih beragam Kristen. Menurut dia, soal agama itu jauh di luar jangkauan. ”Kami minta maaf, atas tingkah laku anak kami yang terjadi minggu lalu. Enggak ada bercerita Ivan. Dia tertutup. Iya tertutup. Tidak ada yang mengunjungi (ke rumah). Tidak ada yang berubah. Bukan menyendiri, dia di rumah. Cucuku kan, aku yang jaga. Dia ikut membantu aku,” kata Arista.

Lebih jauh, Arista bilang, kalau Ivan memiliki cita-cita sebagai pembuat robot-robotan dan roket ketika masih duduk di Taman Kanak-kanak. Selain itu, Ivan juga memiliki hobby main basket. ”Dia ingin menyambung kuliah, cuma kemarin kalau enggak salah, kelas 3 nilainya turun. Kami tanya, katanya gara-gara enggak bisa ngelihat, Ma. Lalu bagaimana kuliahmu? Sembuhkan dulu mataku baru mau aku kuliah. Jadi, dia (Ivan) dalam penyembuhan juga. Ada masalah di mata, kalau enggak pakai kacamata, enggak lihat,” kata dia.

Bahkan, Arista dan Makmur tak tahu adanya video yang sudah dilihat mantan teroris, Ghazali, kalau Ivan sudah mengibarkan bendera ISIS. Akibat kejadian ini, Makmur dan Arista merasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai hal.

Lebih jauh, Makmur meminta maaf kepada seluruh masyarakat Sumut atas kejadian tersebut. Sembari terisak-isak, Makmur bilang, tak memiliki niatan untuk menggoncang keharmonisan yang sudah terbangun baik diantara umat beragama.

”Sama sekali tidak ada. Keluarga kami tidak tahu masalah ini mengapa bisa terjadi. Saya empat bersaudara, dua perempuan dan dua laki-laki. Satu perempuan beragama Kristen dan satu laki-laki beragama Kristen. Jadi 50-50 persen. Istri saya sembilan bersaudara, anak tertua. Yang lainnya masih Kristen. Jadi tentu kami tidak menghendaki sesuatu ketidakharmonisan antara umat beragama. Kami meminta maaf atas peristiwa ini kepada seluruh umat kristiani Kota Medan, khususnya umat Katolik di Gereja Santo Yosep,” ungkap Makmur.

Dia berharap, peristiwa ini tak terjadi kembali di kemudian hari di Kota Medan. Dia pun mengaku sedih atas tingkah Ivan. ”Kesalahan kami keluarga yang tidak mampu mengawasi anak-anak labil dan berkembang. Ivan ini masih 17 tahun. Kami meminta maaf atas peristiwa ini. Karena mungkin kemampuan kami tidak mampu mengawasi. Mudah-mudahan ini tidak terjadi kepada yang lain. Kemudian tidak terjadi peristiwa-peristiwa ini terhadap siapapun di Medan,” kata Makmur seraya meminta agar Kepastoran Uskup Agung, kiranya dapat memaafkan peristiwa tersebut.

”Kami dari keluarga minta maaf atas kejadian ini,” sambung dia.

Menurut dia, kondisi Ivan sudah sehat. Pun, Ivan masih memberikan keterangan yang berubah-ubah. ”Saya waktu hari Minggu (kejadian aksi teror), masih tidur. Kemudian diberitahukan istri saya kalau (Ivan) ke Indomaret untuk instal laptop dan download game untuk keponakannya. Sekitar jam 7 pagi, dia (Ivan) keluar. Dia pamit kepada istri saya,” sebut Makmur.

Arista menimpali, saat Ivan melakukan ujicoba merakit bom, ia bersama sang suami tidak berada di rumah. Alhasil, pasutri yang dikaruniain tiga anak itu tak mengetahui kejadian tersebut. Bahkan, tetangga sekitar juga tidak ada yang komplain.

”Saya melihat anak saya masih di bawah umur. Tentu ada orang dewasa sebagaimana mestinya. Itu harusnya yang tanggung jawab. Saya sebagai mamaknya, minta maaf. Khususnya bagi umat Katolik yang terutama kepada Bapak Pastor Pandiangan, ini bukan agenda kami. Ini di luar jangkauan kami. Sebagai mamaknya, saya lah yang salah karena kurang mungkin mengawasi anak. Tapi ini di luar jangkauan kami,” kata Arista sembari merapatkan tangannya memohon.

Dia pun membantah jika dikaitkan dengan keluarganya yang masih beragam Kristen. Menurut dia, soal agama itu jauh di luar jangkauan. ”Kami minta maaf, atas tingkah laku anak kami yang terjadi minggu lalu. Enggak ada bercerita Ivan. Dia tertutup. Iya tertutup. Tidak ada yang mengunjungi (ke rumah). Tidak ada yang berubah. Bukan menyendiri, dia di rumah. Cucuku kan, aku yang jaga. Dia ikut membantu aku,” kata Arista.

Lebih jauh, Arista bilang, kalau Ivan memiliki cita-cita sebagai pembuat robot-robotan dan roket ketika masih duduk di Taman Kanak-kanak. Selain itu, Ivan juga memiliki hobby main basket. ”Dia ingin menyambung kuliah, cuma kemarin kalau enggak salah, kelas 3 nilainya turun. Kami tanya, katanya gara-gara enggak bisa ngelihat, Ma. Lalu bagaimana kuliahmu? Sembuhkan dulu mataku baru mau aku kuliah. Jadi, dia (Ivan) dalam penyembuhan juga. Ada masalah di mata, kalau enggak pakai kacamata, enggak lihat,” kata dia.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru