29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Pilih Pesta di Kos daripada di Hotel

Pergantian Tahun ala Anak Muda

Beragam cara dilakukan sejumlah masyarakat dalam memeriahkan pergantian tahun. Menariknya, ketika masyarakat secara umum tumpah di jalan atau tempat rekreasi, segelintir warga Medan malah asyik di rumah.

Masalahnya, rumah yang dimaksud bukan sembarang rumah, melainkan kos-kosan. Seperti pantauan Sumut Pos, Sabtu (31/12) di seputar lokasi kawan Medan Baru, tepatnya di kawasan sejumlah rumah kontrakan dan kos-kosan yang berlokasi di Jalan Darussalam dan seputaran Jalan Gadjah Mada. Sejumlah pasangan muda-mudi melakukan berbagai kegiatan seperti bakar-bakaran, menikmati minuman keras, hingga mengurung diri di kamar bersama pasangannya.

Seorang anak muda yang telibat dalam kegiatan di kos-kosan itu, Gita (bukan nam sebenarnya, Red), memilih berdiam di kamar kosnya bersama sang pacar karena cuaca hujan. “Selain itu di sini (rumah kos) lebih nyaman dan tenang daripada di rumah penginapan,” ujar Gita yang tak malu me ngakui hubungannya.

Hal senada disampaikan Ririn (nama samaran). Menurutnya menghabiskan waktu di rumah kontrakan tak membatasi mereka untuk melakukan apa saja bersama sang pacar.

“Di rumah gak mikirin apa-apa, lebih hemat dan pastinya gak jadi bahan perhatian orang banyak. Palingan nanti kita keluar saat beli makan malam aja,” ujarnya.

Lain lagi pengakuan MD (24) mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan. Dengan malu-malu, MD menceritakan kegiatannya.

“ Ya, biasalah anak muda,” katanya tersipu malu.

Dikatakannya, kegiatan seks di kos-kosan sudah lumrah di kalangan mahasiswa. “Hampir semuanya gitu, bawa pacar ke kos. Banyak kok teman MD yang datang ke kos. Terkadang kamar teman yang ditinggal untuk pulang kampung digunakan dengan teman lainnya,” ujarnya.

Sementara itu dari penelusuran di salah satu lokasi rumah kontrakan kawasan Medan Baru, selain pasangan berlainan jenis, terlihat juga aktivitas dari sejumlah waria.

Seorang waria yang mengaku bernama Nita, mengaku tak sungkan mencari ‘mangsa’ di depan rumah kos. Menurutnya, berdiri dengan dandanan berpakaian wanita, lebih nyaman dilakukan di depan rumah kontrakan dibandingkan di pinggir jalan raya. “Pergilah lah sana Bang, nanti gak ada yang mau ganggui kami lagi,” rengeknya.

Tapi, tetap saja hotel dan penginapan menjadi pilihan utama keluarga Medan. Pada malam tahun baru lalu, tingkat hunian hotel bintang 5 di Medan penuh. Seperti yang terlihat di Hotel JW Marriot, yang memiliki 287 kamar. Menarik, walaupun harga kamar telah dinaikkan sekitar 20 persen, tetapi minat pengunjung untuk menginap tetap tinggi. Hal yang sama juga terlihat di Hotel Grand Aston dan Grand Angkasa Internasional Hotel. Bahkan, Marcomm Manager Grand Angkasa, Emmy Kwan mengatakan bahwa tingkat hunian di hotel yang terletak di Jalan Sutomo ini telah melampaui target.

Kondisi tak berbeda dihadapi penginapan  di kawasan Padang Bulan Medan. Sebut saja Hotel Velentine, Hotel Alam Indah, Hotel Hawai, Lonari IN, Hotel Beraspati, dan Hotel Cempaka yang tidak menyisakan satu kamar kosong.
Tak jauh, Hotel Mutiara Hawaii pun jadi tempat penelusuran berikutnya. Di hotel ini, ternyata peminat lebih sedikit. Pelayan yang bekerja di hotel tersebut mengatakan, masih tersisa dua kamar AC non-TV yang harganya berkisar Rp70-Rp80 ribu. “Mau yang bagus cepat sedikit datangnya lah Bang,” ungkap seorang pelayan berkemeja kotak-kotak dengan lantang dan kasar.

Lalu, bagaimana dengan penjualan alat kontrasepsi (kondom) yang kabarnya laris manis? Setelah menelusuri beberapa apotek di kawasan Padang Bulan, sedikitnya pembelian kondom meningkat 60 persen. Seperti yang terjadi di Apotek Karya dan Apotek Guna Farma. “Banyak yang beli, rata-rata anak muda memang,” ujar seorang apoteker di Apotek Guna Farma.

Menurutnya, jika dibanding hari-hari biasa, yang hanya terjual 10-15 pack, kali ini bisa terjual 60 pack dalam waktu sehari-semalam. “Sudah terjual, barusan ada yang beli dan itu sepertinya yang ke-65. Remaja pula yang membelinya,” ujarnya sambil tertawa.Soal fenomena di atas langsung ditanggapi Direktur Biro Psikologi PERSONA, Irna Minauli. Bahkan, menurutnya, dengan pergantian tahun, banyak ditemukan perempuan dengan masa usia produktif rela melepas keperawanannya dengan menjadikan objek wisata ataupun tempat hiburan menjadi lokasi hubungan tersebut.

“Para remaja khususnya perempuan ini berpikir dengan pergantian tahun, apa salahnya mencoba hal-hal baru dengan memberikan kesenangan pada pasangannya. Padahal itu sangat salah,” kata Irna.

Ditambahkannya, sangat memprihatinkan saat para remaja tidak lagi mempedulikan masalah keperawanan. “Remaja cenderung mencari sensasi dan masuk dalam puberitas. Ketika mereka berada di lingkungan baru dan didukung tempat yang sunyi, maka gairah untuk berhubungan seksual ini tidak terhindarkan,” jelasnya.

Begitulah, remaja dan dunianya memang menarik dibicarakan di momen pergantian tahun. Tidak dipungkiri, jika hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meski didapati kalau segelintir remaja menikmati tahun baru di kos-kosan, tetap saja tempat rekreasi ramai dikunjungi. Buktinya, di Serdang Bedagai, meski pantai sudah abrasi, tetap saja warga membludak di Pantai Cermin. Tidak hanya pantai, Theme Park Pantai Cermin bahkan sudah penuh sejak Oktober. “Dari 48 kamar hotel yang ada, semuanya sudah habis diboking sejak bulan Oktober lalu, “kata Direktur Marketing T Feria Asnita.

Di Karo pun demikian, tercatat sekitar 40 ribu wisatawan nikmati pergantian tahun di dataran tinggi Karo itu.  “Angka valid belum masuk seluruhnya dari petugas jaga kita. Dari data yang ada, sekitar 37 ribu pengunjung lewati pos restribusi . Biasanya 30 persen  tidak ke kawasan wisata. Mereka menikmati  libur di hotel, penginapan kelas melati atau villa. Untuk sementara hingga tanggal 2 Januari 2012, jumlah turis ke Karo 40-an ribu orang “ ujar Kadis Parsenbud  Pemkab Karo, Dinasti Sitepu Ssos.

Tak berbeda Tebing Tinggi, acara yang dipusatkan di tengah kota ramai dihadiri warga. Lautan kembang api dan suara terompet tanpa henti menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. (uma/mag-11/saz/ram/omi/adl/btr/wan/mag-3/mag-5)

Pergantian Tahun ala Anak Muda

Beragam cara dilakukan sejumlah masyarakat dalam memeriahkan pergantian tahun. Menariknya, ketika masyarakat secara umum tumpah di jalan atau tempat rekreasi, segelintir warga Medan malah asyik di rumah.

Masalahnya, rumah yang dimaksud bukan sembarang rumah, melainkan kos-kosan. Seperti pantauan Sumut Pos, Sabtu (31/12) di seputar lokasi kawan Medan Baru, tepatnya di kawasan sejumlah rumah kontrakan dan kos-kosan yang berlokasi di Jalan Darussalam dan seputaran Jalan Gadjah Mada. Sejumlah pasangan muda-mudi melakukan berbagai kegiatan seperti bakar-bakaran, menikmati minuman keras, hingga mengurung diri di kamar bersama pasangannya.

Seorang anak muda yang telibat dalam kegiatan di kos-kosan itu, Gita (bukan nam sebenarnya, Red), memilih berdiam di kamar kosnya bersama sang pacar karena cuaca hujan. “Selain itu di sini (rumah kos) lebih nyaman dan tenang daripada di rumah penginapan,” ujar Gita yang tak malu me ngakui hubungannya.

Hal senada disampaikan Ririn (nama samaran). Menurutnya menghabiskan waktu di rumah kontrakan tak membatasi mereka untuk melakukan apa saja bersama sang pacar.

“Di rumah gak mikirin apa-apa, lebih hemat dan pastinya gak jadi bahan perhatian orang banyak. Palingan nanti kita keluar saat beli makan malam aja,” ujarnya.

Lain lagi pengakuan MD (24) mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan. Dengan malu-malu, MD menceritakan kegiatannya.

“ Ya, biasalah anak muda,” katanya tersipu malu.

Dikatakannya, kegiatan seks di kos-kosan sudah lumrah di kalangan mahasiswa. “Hampir semuanya gitu, bawa pacar ke kos. Banyak kok teman MD yang datang ke kos. Terkadang kamar teman yang ditinggal untuk pulang kampung digunakan dengan teman lainnya,” ujarnya.

Sementara itu dari penelusuran di salah satu lokasi rumah kontrakan kawasan Medan Baru, selain pasangan berlainan jenis, terlihat juga aktivitas dari sejumlah waria.

Seorang waria yang mengaku bernama Nita, mengaku tak sungkan mencari ‘mangsa’ di depan rumah kos. Menurutnya, berdiri dengan dandanan berpakaian wanita, lebih nyaman dilakukan di depan rumah kontrakan dibandingkan di pinggir jalan raya. “Pergilah lah sana Bang, nanti gak ada yang mau ganggui kami lagi,” rengeknya.

Tapi, tetap saja hotel dan penginapan menjadi pilihan utama keluarga Medan. Pada malam tahun baru lalu, tingkat hunian hotel bintang 5 di Medan penuh. Seperti yang terlihat di Hotel JW Marriot, yang memiliki 287 kamar. Menarik, walaupun harga kamar telah dinaikkan sekitar 20 persen, tetapi minat pengunjung untuk menginap tetap tinggi. Hal yang sama juga terlihat di Hotel Grand Aston dan Grand Angkasa Internasional Hotel. Bahkan, Marcomm Manager Grand Angkasa, Emmy Kwan mengatakan bahwa tingkat hunian di hotel yang terletak di Jalan Sutomo ini telah melampaui target.

Kondisi tak berbeda dihadapi penginapan  di kawasan Padang Bulan Medan. Sebut saja Hotel Velentine, Hotel Alam Indah, Hotel Hawai, Lonari IN, Hotel Beraspati, dan Hotel Cempaka yang tidak menyisakan satu kamar kosong.
Tak jauh, Hotel Mutiara Hawaii pun jadi tempat penelusuran berikutnya. Di hotel ini, ternyata peminat lebih sedikit. Pelayan yang bekerja di hotel tersebut mengatakan, masih tersisa dua kamar AC non-TV yang harganya berkisar Rp70-Rp80 ribu. “Mau yang bagus cepat sedikit datangnya lah Bang,” ungkap seorang pelayan berkemeja kotak-kotak dengan lantang dan kasar.

Lalu, bagaimana dengan penjualan alat kontrasepsi (kondom) yang kabarnya laris manis? Setelah menelusuri beberapa apotek di kawasan Padang Bulan, sedikitnya pembelian kondom meningkat 60 persen. Seperti yang terjadi di Apotek Karya dan Apotek Guna Farma. “Banyak yang beli, rata-rata anak muda memang,” ujar seorang apoteker di Apotek Guna Farma.

Menurutnya, jika dibanding hari-hari biasa, yang hanya terjual 10-15 pack, kali ini bisa terjual 60 pack dalam waktu sehari-semalam. “Sudah terjual, barusan ada yang beli dan itu sepertinya yang ke-65. Remaja pula yang membelinya,” ujarnya sambil tertawa.Soal fenomena di atas langsung ditanggapi Direktur Biro Psikologi PERSONA, Irna Minauli. Bahkan, menurutnya, dengan pergantian tahun, banyak ditemukan perempuan dengan masa usia produktif rela melepas keperawanannya dengan menjadikan objek wisata ataupun tempat hiburan menjadi lokasi hubungan tersebut.

“Para remaja khususnya perempuan ini berpikir dengan pergantian tahun, apa salahnya mencoba hal-hal baru dengan memberikan kesenangan pada pasangannya. Padahal itu sangat salah,” kata Irna.

Ditambahkannya, sangat memprihatinkan saat para remaja tidak lagi mempedulikan masalah keperawanan. “Remaja cenderung mencari sensasi dan masuk dalam puberitas. Ketika mereka berada di lingkungan baru dan didukung tempat yang sunyi, maka gairah untuk berhubungan seksual ini tidak terhindarkan,” jelasnya.

Begitulah, remaja dan dunianya memang menarik dibicarakan di momen pergantian tahun. Tidak dipungkiri, jika hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meski didapati kalau segelintir remaja menikmati tahun baru di kos-kosan, tetap saja tempat rekreasi ramai dikunjungi. Buktinya, di Serdang Bedagai, meski pantai sudah abrasi, tetap saja warga membludak di Pantai Cermin. Tidak hanya pantai, Theme Park Pantai Cermin bahkan sudah penuh sejak Oktober. “Dari 48 kamar hotel yang ada, semuanya sudah habis diboking sejak bulan Oktober lalu, “kata Direktur Marketing T Feria Asnita.

Di Karo pun demikian, tercatat sekitar 40 ribu wisatawan nikmati pergantian tahun di dataran tinggi Karo itu.  “Angka valid belum masuk seluruhnya dari petugas jaga kita. Dari data yang ada, sekitar 37 ribu pengunjung lewati pos restribusi . Biasanya 30 persen  tidak ke kawasan wisata. Mereka menikmati  libur di hotel, penginapan kelas melati atau villa. Untuk sementara hingga tanggal 2 Januari 2012, jumlah turis ke Karo 40-an ribu orang “ ujar Kadis Parsenbud  Pemkab Karo, Dinasti Sitepu Ssos.

Tak berbeda Tebing Tinggi, acara yang dipusatkan di tengah kota ramai dihadiri warga. Lautan kembang api dan suara terompet tanpa henti menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. (uma/mag-11/saz/ram/omi/adl/btr/wan/mag-3/mag-5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/