Dia melihat kegigihan para pelajar, harus didukung dengan infrastruktur yang baik seperti membangun jembatan di sungai itu. Karena, bukan para pelajar itu saja melalui sungai tersebut, warga lain juga melintasi sungai sebagai jalan alternatif. “Memang harus dibangun jembatan di sungai. Bukan para pelajar, orang-orang lain, karena dari sungai ini bisa mempersingkat jarak tempuh ke kampung yang seberang sana,” ujar Zulkarnaen sembari menunjuk sungai dengan arus deras itu.
Setiap harinya, Zulkarnaen pagi-pagi sudah harus berada di pinggiran sungai itu sembari menunggu kedatang para pelajar untuk disebrangi melalui sungai itu. “Terkadang sambil melihat ternak dan kebun sekalian bantu anak anak menyeberangkan sungai, ya nggak apa-apa walau pakaian basah,” tuturnya.
Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan mereka yang menjalankan aktivitas pendidikan dengan fasilitas utuh tanpa halangan berbahaya di kota-kota besar di Indonesia seperti Kota Medan. Fatimah Hanum, Kepala SDN 115501 Silangkitang mengakui, sebagian siswanya kerap terganggu mengikuti aktivitas belajar-mengajar karena kondisi infrastruktur dan sarana transportasi untuk tiba ke sekolah.
“Ada yang tinggal di perkampungan dan melintasi sungai untuk ke sekolah, terkadang mereka jadi tak pergi ke sekolah karena tidak dapat menyeberangi sungai, kalau sudah begini, pelajaran mereka tertinggal, kami guru berharaplah bisa membangun jembatan penghubung agar gak mengganggu aktivitas belajar siswa,” harapnya. (gus/azw/adz)