28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

18 Santri Rumah Tahfiz di Tanjunggusta Terpapar Covid-19, Pemko Lakukan Tracing Ketat

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PEMKO Medan melalui Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, bertindak cepat menyikapi terpaparnya 18 penghuni Rumah Tahfiz Alquran di Kelurahan Tanjunggusta, Medan Helvetia, Kota Medan. Satgas Covid-19 Kota Medan langsung melakukan tracing ke Rumah Tahfiz tersebut, dan hasilnya ada belasan penghuni rumah Tahfiz yang positif Covid-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Medan Mardohar Tambunan mengatakan, untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 ke lingkungan sekitar, langsung dilakukan isolasi. “Iya memang itu diketahui dari hasil tracing petugas kami.

makanya dapat 18 orang (positif Covid). Lalu kebijakan yang diambil, supaya tidak memperparah penyebaran, maka langsung dilakukan isolasi,” kata Mardohar kepada Sumut Pos, Jumat (2/7).

Namun begitu, Mardohar mengatakan, hingga saat ini kondisi Covid-19 di Kota Medan masih dalam kawasan zona orange, meskipun data dari Satgas Provinsi Sumut menyatakan, Kota Medan kembali masuk ke zona merah. “Setahu saya, kita masih zona orange,” jawabnya.

Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kota Medan itu pun meminta kepada masyarakat Kota Medan, untuk memanfaatkan secara maksimal pelaksanaan vaksinasi massal yang digelar Pemko Medan pada sejumlah lokasi di Kota Medan, termasuk yang di gelar Pemko Medan bekerjasama dengan Kementerian BUMN.

“Ayo kita manfaatkan pelaksanaan vaksinasi ini, gratis. Ini demi kebaikan kita bersama, supaya penyebaran pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Bagi yang sudah divaksin, tetap jaga protokol kesehatan dengan menerapkan 5M,” tandasnya.

Terpisah, Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah meminta Satgas Covid-19 Kota Medan untuk turut memperhatikan kondisi rumah-rumah tahfiz, panti-panti sosial, sampai kepada sejumlah pesantren yang ada di Kota Medan. Sebab bila tidak diperhatikan secara serius, tempat-tempat tersebut dapat menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Afif menegaskan, Satgas Covid-19 tingkat kecamatan memiliki tanggungjawab dalam mengawasi penerapan prokes hingga mengawasi dan memberikan imbauan kepada para tenaga pengajar dan siapapun yang bekerja atau tinggal di lokasi rumah tahfiz ataupun panti-panti sosial termasuk panti asuhan, agar tidak melakukan perjalanan ke luar kota dalam kondisi seperti saat ini.

“Dan dalan kesehariannya beraktivitas, mereka juga harus mematuhi prokes. Kalau tidak begitu, kasihan nanti anak-anak panti, anak-anak pesantren, mereka yang tidak tahu apa-apa bisa kena (Covid-19). Ya persis seperti yang terjadi di Tanjung Gusta ini,” kata Afif.

Seharusnya, lanjut Afif, mereka tetap bisa beraktivitas, tinggal dan belajar di rumah Tahfiz tersebut apabila tidak ada yang terpapar Covid-19. Namun karena adanya salah seorang tenaga pengajar yang positif Covid-19, mereka ikut terpapar dan saat ini harus diisolasi di RS. “Kita harap ini menjadi pelajaran bagi Satgas Covid-19, khususnya mereka yang di kecamatan agar lebih memperhatikan jalannya prokes dan pelaku perjalanan. Kepada pengurus rumah tahfiz, pesantren, dan panti sosial kita juga minta untuk tidak dulu melakukan perjalanan ke luar kota. Ini demi kebaikan kita bersama,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 18 orang, mulai dari santriwati hingga tenaga pengajar di sebuah Rumah Tahfiz di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, terpapar Covid-19. Alhasil, para santriwati dan guru yang terppar Covid-19 dibawa ke Rumah Sakit Royal Prima untuk menjalani isolasi pasien Covid-19 pada Kamis (1/7).

Camat Medan Helvetia, Andi Siregar membenarkan hal ini. Ia mengatakan, meskipun terdapat 18 orang yang dinyatakan positif Covid-19, namun lingkungan tempat Rumah Tahfiz tersebut tidak menjalani isolasi lingkungan. “Iya benar, ada 18 orang yang positif. Tapi bukan isolasi lingkungan. Karena kalau isolasi lingkungan itukan yang terpapar lebih dari lima rumah dalam satu lingkungan,” jawab Andi.

Dikatakan Andi, Rumah Tahfiz ini sejenis rumah yang menampung para penghafal Al Quran perempuan. Menurutnya, kronologi awal terjadinya klaster Rumah Tahfiz ini dikarenakan adanya salah seorang guru di rumah Tahfiz tersebut yang baru saja pulang dari luar kota dan merasa kurang sehat dengan gejala yang menjurus kepada penularan Covid-19.

“Awalnya memang kebetulan ada guru mereka baru melakukan perjalanan dari Solo. Kemudian sampai ke Medan, pergi lagi ke Tapsel, pulang dari Tapsel dia rasa tidak enak badan. Jadi dia swab di USU total ada tiga orang mereka yang swab. Ternyata tiga orang yang melakukan swab itu positif. Sekitar Hari minggu kami dapat kabar,” ungkap Andi.

Setelah diketahui hasil tiga orang tersebut positif, Andi menuturkan pihak kecamatan langsung melakukan tracing berupa tes PCR yang dilakukan ke 24 santriwati. “Nah setelah itu langsung lah kami lakukan tracing, karena itu hari libur, kami lakukan tes PCR hari Senin. Itu ada 24 orang diswab, dari situ dapat hasil bahwa 18 orang positif. Itu Tes PCR di Puskesmas Helvetia,” katanya.

Andi mengatakan, dari total 18 yang dinyatakan positif Covid-19, tak hanya santriwati, namun juga ada guru tahfiz yang terpapar. Setelah mendapatkan kabar ada 18 orang yang positif, Andi mengaku pihaknya langsung melaporkan ke Wali Kota Medan. “Kami kan dapat hasil hari Senin kemarin tes nya, hasilnya kami laporkan ke Pak Wali, rupanya sudah 18 (orang terpapar Covid-19). Jadi pak Wali sekalian meninjau,” tuturnya.

Awalnya, kata Andi, 18 santriwati dan guru tersebut menolak dilakukan isolasi di rumah sakit. Sementara, kondisi Rumah Tahfiz tersebut tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri. “Awalnya mereka itu tidak mau diisolasi di tempat lain. Sementara di asrama itu tidak memungkinkan tempatnya. Karena dia hanya rumah, tiga kamar, kemudian anak-anak itu ada 30 orang sama guru-gurunya. Tadi dibujuk pak wali dan forkopimda kecamatan, ada kapolsek, danramus, Kapus, karena kami dari kemarin sudah membujuk mereka supaya mau isolasi mandiri. Baru tadi tergerak mereka mau diisolasi. Ke Rumah Sakit Royal Prima,” tambahnya.

Sementara, jelas Andi, sisa enam orang santriwati yang hasil PCR nya negatif, sudah diungsikan ke rumah tahfiz cabang yang ada di Kabupaten Deliserdang. “Sisa enam orang yang hasil PCR nya negatif mereka diungsikan dulu ke Rumah Tahfiz mereka di Deliserdang. Diungsikan lah mereka ke sana, dan setelah mereka keluar, tadi disemprot (rumah tahfiznya),” jelasnya.

Andi mengatakan, tracing lanjutan masih terus dilakukan bagi seluruh warga setempat untuk melacak klaster. “Masyarakat sekitar pun sudah di tracing oleh pihak kecamatan. Kita tinggal tunggu hasil, semoga hasilnya baik,” pungkasnya. (map)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PEMKO Medan melalui Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, bertindak cepat menyikapi terpaparnya 18 penghuni Rumah Tahfiz Alquran di Kelurahan Tanjunggusta, Medan Helvetia, Kota Medan. Satgas Covid-19 Kota Medan langsung melakukan tracing ke Rumah Tahfiz tersebut, dan hasilnya ada belasan penghuni rumah Tahfiz yang positif Covid-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Medan Mardohar Tambunan mengatakan, untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 ke lingkungan sekitar, langsung dilakukan isolasi. “Iya memang itu diketahui dari hasil tracing petugas kami.

makanya dapat 18 orang (positif Covid). Lalu kebijakan yang diambil, supaya tidak memperparah penyebaran, maka langsung dilakukan isolasi,” kata Mardohar kepada Sumut Pos, Jumat (2/7).

Namun begitu, Mardohar mengatakan, hingga saat ini kondisi Covid-19 di Kota Medan masih dalam kawasan zona orange, meskipun data dari Satgas Provinsi Sumut menyatakan, Kota Medan kembali masuk ke zona merah. “Setahu saya, kita masih zona orange,” jawabnya.

Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kota Medan itu pun meminta kepada masyarakat Kota Medan, untuk memanfaatkan secara maksimal pelaksanaan vaksinasi massal yang digelar Pemko Medan pada sejumlah lokasi di Kota Medan, termasuk yang di gelar Pemko Medan bekerjasama dengan Kementerian BUMN.

“Ayo kita manfaatkan pelaksanaan vaksinasi ini, gratis. Ini demi kebaikan kita bersama, supaya penyebaran pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Bagi yang sudah divaksin, tetap jaga protokol kesehatan dengan menerapkan 5M,” tandasnya.

Terpisah, Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah meminta Satgas Covid-19 Kota Medan untuk turut memperhatikan kondisi rumah-rumah tahfiz, panti-panti sosial, sampai kepada sejumlah pesantren yang ada di Kota Medan. Sebab bila tidak diperhatikan secara serius, tempat-tempat tersebut dapat menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Afif menegaskan, Satgas Covid-19 tingkat kecamatan memiliki tanggungjawab dalam mengawasi penerapan prokes hingga mengawasi dan memberikan imbauan kepada para tenaga pengajar dan siapapun yang bekerja atau tinggal di lokasi rumah tahfiz ataupun panti-panti sosial termasuk panti asuhan, agar tidak melakukan perjalanan ke luar kota dalam kondisi seperti saat ini.

“Dan dalan kesehariannya beraktivitas, mereka juga harus mematuhi prokes. Kalau tidak begitu, kasihan nanti anak-anak panti, anak-anak pesantren, mereka yang tidak tahu apa-apa bisa kena (Covid-19). Ya persis seperti yang terjadi di Tanjung Gusta ini,” kata Afif.

Seharusnya, lanjut Afif, mereka tetap bisa beraktivitas, tinggal dan belajar di rumah Tahfiz tersebut apabila tidak ada yang terpapar Covid-19. Namun karena adanya salah seorang tenaga pengajar yang positif Covid-19, mereka ikut terpapar dan saat ini harus diisolasi di RS. “Kita harap ini menjadi pelajaran bagi Satgas Covid-19, khususnya mereka yang di kecamatan agar lebih memperhatikan jalannya prokes dan pelaku perjalanan. Kepada pengurus rumah tahfiz, pesantren, dan panti sosial kita juga minta untuk tidak dulu melakukan perjalanan ke luar kota. Ini demi kebaikan kita bersama,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 18 orang, mulai dari santriwati hingga tenaga pengajar di sebuah Rumah Tahfiz di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, terpapar Covid-19. Alhasil, para santriwati dan guru yang terppar Covid-19 dibawa ke Rumah Sakit Royal Prima untuk menjalani isolasi pasien Covid-19 pada Kamis (1/7).

Camat Medan Helvetia, Andi Siregar membenarkan hal ini. Ia mengatakan, meskipun terdapat 18 orang yang dinyatakan positif Covid-19, namun lingkungan tempat Rumah Tahfiz tersebut tidak menjalani isolasi lingkungan. “Iya benar, ada 18 orang yang positif. Tapi bukan isolasi lingkungan. Karena kalau isolasi lingkungan itukan yang terpapar lebih dari lima rumah dalam satu lingkungan,” jawab Andi.

Dikatakan Andi, Rumah Tahfiz ini sejenis rumah yang menampung para penghafal Al Quran perempuan. Menurutnya, kronologi awal terjadinya klaster Rumah Tahfiz ini dikarenakan adanya salah seorang guru di rumah Tahfiz tersebut yang baru saja pulang dari luar kota dan merasa kurang sehat dengan gejala yang menjurus kepada penularan Covid-19.

“Awalnya memang kebetulan ada guru mereka baru melakukan perjalanan dari Solo. Kemudian sampai ke Medan, pergi lagi ke Tapsel, pulang dari Tapsel dia rasa tidak enak badan. Jadi dia swab di USU total ada tiga orang mereka yang swab. Ternyata tiga orang yang melakukan swab itu positif. Sekitar Hari minggu kami dapat kabar,” ungkap Andi.

Setelah diketahui hasil tiga orang tersebut positif, Andi menuturkan pihak kecamatan langsung melakukan tracing berupa tes PCR yang dilakukan ke 24 santriwati. “Nah setelah itu langsung lah kami lakukan tracing, karena itu hari libur, kami lakukan tes PCR hari Senin. Itu ada 24 orang diswab, dari situ dapat hasil bahwa 18 orang positif. Itu Tes PCR di Puskesmas Helvetia,” katanya.

Andi mengatakan, dari total 18 yang dinyatakan positif Covid-19, tak hanya santriwati, namun juga ada guru tahfiz yang terpapar. Setelah mendapatkan kabar ada 18 orang yang positif, Andi mengaku pihaknya langsung melaporkan ke Wali Kota Medan. “Kami kan dapat hasil hari Senin kemarin tes nya, hasilnya kami laporkan ke Pak Wali, rupanya sudah 18 (orang terpapar Covid-19). Jadi pak Wali sekalian meninjau,” tuturnya.

Awalnya, kata Andi, 18 santriwati dan guru tersebut menolak dilakukan isolasi di rumah sakit. Sementara, kondisi Rumah Tahfiz tersebut tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri. “Awalnya mereka itu tidak mau diisolasi di tempat lain. Sementara di asrama itu tidak memungkinkan tempatnya. Karena dia hanya rumah, tiga kamar, kemudian anak-anak itu ada 30 orang sama guru-gurunya. Tadi dibujuk pak wali dan forkopimda kecamatan, ada kapolsek, danramus, Kapus, karena kami dari kemarin sudah membujuk mereka supaya mau isolasi mandiri. Baru tadi tergerak mereka mau diisolasi. Ke Rumah Sakit Royal Prima,” tambahnya.

Sementara, jelas Andi, sisa enam orang santriwati yang hasil PCR nya negatif, sudah diungsikan ke rumah tahfiz cabang yang ada di Kabupaten Deliserdang. “Sisa enam orang yang hasil PCR nya negatif mereka diungsikan dulu ke Rumah Tahfiz mereka di Deliserdang. Diungsikan lah mereka ke sana, dan setelah mereka keluar, tadi disemprot (rumah tahfiznya),” jelasnya.

Andi mengatakan, tracing lanjutan masih terus dilakukan bagi seluruh warga setempat untuk melacak klaster. “Masyarakat sekitar pun sudah di tracing oleh pihak kecamatan. Kita tinggal tunggu hasil, semoga hasilnya baik,” pungkasnya. (map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/