30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

2023, Sungai Ditata Jadi Wisata Heritage,

Pemko Medan Kolaborasi dengan Kementerian PUPR RI

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kota (Pemko) Medan berkeinginan menjadikan sungai sebagai wisata heritage di Kota Medan. Rencananya, tahun 2023 mendatang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI berkolaborasi bersama Pemko Medan akan menata sungai di Medan untuk dijadikan wisata heritage.

ARUNGI SUNGAI: Wali Kota Medan, Bobby Nasution bersama lainnya, mengarungi Sungai Deli dengan perahu karet untuk melihat langsung kondisi sungai, baru-baru ini.

Hal itu dilakukan sejalan dengan upaya merevitalisasi kawasan Kota Lama Kesawan Medan menjadi wisata kuliner dan heritage. Sebab, hal ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Kota Medan yang berawal dari pertemuan Sungai Deli dan Babura. Ini diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan, Benny Iskandar, ST, MT kepada Sumut Pos, Jumat (2/7).

Dikatakan Benny, keinginan itu muncul setelah Kementerian PUPR RI melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II telah menyetujui normalisasi tiga sungai di Kota Medan, yakni Sungai Deli, Babura dan Bedera sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya banjir di Kota Medan.

“Setelah normalisasi ketiga sungai dilakukan, Pak Wali melihat peluang yang cukup besar untuk menjadikan sungai sebagai objek wisata yang memiliki nilai heritage. Ditambah lagi, Kota Medan terbentuk karena pertemuan antara Sungai Deli dan Babura,” ucap Benny.

Dikatakan Benny, sejarah sungainya di mulai dari kampung kecil yang dulunya bernama Medan Putri, hasil pertemuan Sungai Deli dan Babura, persisnya di samping Wisma Benteng. Di lokasi pertemuan kedua sungai itu, nantinya akan dibuat taman bernuansa heritage dan kekinian. Setelah itu, akan bergerak ke wilayah Sungai Deli di kawasan Kesawan. “Gambaran kita yang sudah ada itu, akan jadi jalur pedestrian di pinggir dan di atas sungai. Di samping itu juga, nanti ada tempat jogging dan berkumpulnya anak muda. Jalur inilah yang nanti akan menyatukan Medan dengan Kesawan,” jelas Benny.

Selain itu, kata Benny, titk-titik lain sesuai dengan desain yang dibuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan. Pada kawasan itu juga, akan dibuat taman-taman di sempadan sungai yang dapat digunakan menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda yang dilengkapi dengan wifi dan media komunikatif lainnya.

“Penekanan heritage nya, bahwasanya sungai merupakan bagian depan Kota Medan, sesuai dengan sejarah lahirnya Kota Medan dari pertemuan dua sungai. Artinya, bangunan yang ada tidak lagi membelakangi sungai tetapi menghadap sungai dengan Jalan speksi di dalamnya. Kemudian, titik-titik heritage seperti Kampung Medan Putri dan Kesawan harus dihubungkan jalur pedestrian, sehingga orang nantinya menghargai sejarah Kota Medan,” terangnya.

Lantas, kapan penataan sungai menjadikan wisata heritage dilakukan? Benny mengatakan bahwa berdasarkan skema dari Kementrian PUPR RI, penataan sungai dan bangunan Warenhuis tidak masuk dalam bantuan yang diberikan dalam dua tahun ini. “Kalau sungai, penataanya kemungkinan dilakukan Kementerian PUPR RI tahun 2023. Pak Wali kemungkinan mencari dana dari sumber-sumber pembiayaan lain, misalkan melalui CSR,” jawabnya.

Namun Benny menegaskan, bahwa permasalahan yang ada sebenarnya bukan lah soal dana, tetapi pihaknya sedang menunggu desain normalisasi sungai atau penampakan sungai dari BWSS II.

“Desain sungai belum final, karena belum selesai dikerjakan oleh konsultan ESP yang datang ke Pemko Medan beberapa waktu lalu. Padahal Pak Menteri minta gambarnya selesai bulan Agustus, tapi hingga kini belum ada progress. Dengan tidak adanya gambar, tentunya kita tidak bisa menjalankan hal-hal lain seperti anggaran yang akan ditawarkan untuk CSR,” pungkasnya. (map/ila)

Pemko Medan Kolaborasi dengan Kementerian PUPR RI

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kota (Pemko) Medan berkeinginan menjadikan sungai sebagai wisata heritage di Kota Medan. Rencananya, tahun 2023 mendatang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI berkolaborasi bersama Pemko Medan akan menata sungai di Medan untuk dijadikan wisata heritage.

ARUNGI SUNGAI: Wali Kota Medan, Bobby Nasution bersama lainnya, mengarungi Sungai Deli dengan perahu karet untuk melihat langsung kondisi sungai, baru-baru ini.

Hal itu dilakukan sejalan dengan upaya merevitalisasi kawasan Kota Lama Kesawan Medan menjadi wisata kuliner dan heritage. Sebab, hal ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Kota Medan yang berawal dari pertemuan Sungai Deli dan Babura. Ini diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan, Benny Iskandar, ST, MT kepada Sumut Pos, Jumat (2/7).

Dikatakan Benny, keinginan itu muncul setelah Kementerian PUPR RI melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II telah menyetujui normalisasi tiga sungai di Kota Medan, yakni Sungai Deli, Babura dan Bedera sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya banjir di Kota Medan.

“Setelah normalisasi ketiga sungai dilakukan, Pak Wali melihat peluang yang cukup besar untuk menjadikan sungai sebagai objek wisata yang memiliki nilai heritage. Ditambah lagi, Kota Medan terbentuk karena pertemuan antara Sungai Deli dan Babura,” ucap Benny.

Dikatakan Benny, sejarah sungainya di mulai dari kampung kecil yang dulunya bernama Medan Putri, hasil pertemuan Sungai Deli dan Babura, persisnya di samping Wisma Benteng. Di lokasi pertemuan kedua sungai itu, nantinya akan dibuat taman bernuansa heritage dan kekinian. Setelah itu, akan bergerak ke wilayah Sungai Deli di kawasan Kesawan. “Gambaran kita yang sudah ada itu, akan jadi jalur pedestrian di pinggir dan di atas sungai. Di samping itu juga, nanti ada tempat jogging dan berkumpulnya anak muda. Jalur inilah yang nanti akan menyatukan Medan dengan Kesawan,” jelas Benny.

Selain itu, kata Benny, titk-titik lain sesuai dengan desain yang dibuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan. Pada kawasan itu juga, akan dibuat taman-taman di sempadan sungai yang dapat digunakan menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda yang dilengkapi dengan wifi dan media komunikatif lainnya.

“Penekanan heritage nya, bahwasanya sungai merupakan bagian depan Kota Medan, sesuai dengan sejarah lahirnya Kota Medan dari pertemuan dua sungai. Artinya, bangunan yang ada tidak lagi membelakangi sungai tetapi menghadap sungai dengan Jalan speksi di dalamnya. Kemudian, titik-titik heritage seperti Kampung Medan Putri dan Kesawan harus dihubungkan jalur pedestrian, sehingga orang nantinya menghargai sejarah Kota Medan,” terangnya.

Lantas, kapan penataan sungai menjadikan wisata heritage dilakukan? Benny mengatakan bahwa berdasarkan skema dari Kementrian PUPR RI, penataan sungai dan bangunan Warenhuis tidak masuk dalam bantuan yang diberikan dalam dua tahun ini. “Kalau sungai, penataanya kemungkinan dilakukan Kementerian PUPR RI tahun 2023. Pak Wali kemungkinan mencari dana dari sumber-sumber pembiayaan lain, misalkan melalui CSR,” jawabnya.

Namun Benny menegaskan, bahwa permasalahan yang ada sebenarnya bukan lah soal dana, tetapi pihaknya sedang menunggu desain normalisasi sungai atau penampakan sungai dari BWSS II.

“Desain sungai belum final, karena belum selesai dikerjakan oleh konsultan ESP yang datang ke Pemko Medan beberapa waktu lalu. Padahal Pak Menteri minta gambarnya selesai bulan Agustus, tapi hingga kini belum ada progress. Dengan tidak adanya gambar, tentunya kita tidak bisa menjalankan hal-hal lain seperti anggaran yang akan ditawarkan untuk CSR,” pungkasnya. (map/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/