MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan penerapan pola hidup sehat dengan makan. Hal itu, sebagai upaya mengantisipasi penyakit kardiovaskular atau jantung yang menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
“Ini harus memperbaiki gaya hidup, supaya hidup bersih dan sehat untuk menghindari penyakit penyakit, seperti penyakit kardiovaskular,” ungkap Kepada Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumut, Alwi Mujahit kepada wartawan, Selasa (3/10/2023).
Alwi meminta masyarakat menerapkan kehidupan dengan pola yang sehat dalam sehari-harinya seperti istirahat yang cukup, tidak minum alkohol, tidak merokok, dan rajin berolahraga.
“Selain itu, juga harus memperhatikan makannya. Kurangi makan-makanan yang siap saji,” jelas Alwi.
Alwi menjelaskan bahwa kardiovaskular atau penyakit jantung, yang merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Karena, dapat menyerang kapan dan dimanapun.
“Penyakit jantung ini termasuk yang pembiayaan besar BPJS, nomor dua terbanyak. Pasien di Sumut juga mirip-mirip lah besarnya, sama seperti nasional,” ujar Alwi.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti mengatakan penyakit kardiovaskular atau jantung menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
“Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit stroke dengan 19,42 persen dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38 persen,” ujar Eva Susanti.
Tidak hanya di Indonesia, Eva mengatakan kedua penyakit kardiovaskular tersebut juga menjadi perhatian dunia, karena penyakit jantung iskemik menyebabkan 16,17 persen kematian di dunia, sedangkan stroke menyebabkan 11,59 persen kematian di dunia.
Selain itu sejumlah faktor risiko yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, merokok, dan obesitas, menduduki lima besar faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di Indonesia.
Pada tahun 2022, ungkap dia, terdapat peningkatan jumlah pembiayaan penyakit katastropik menjadi Rp24,06 triliun.
“Kedua jenis penyakit kardiovaskular tersebut menjadi penyakit dengan pembiayaan terbesar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan Rp15,37 triliun,” kata Eva.(gus/ram)