30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Dinkes Sumut Tak Serius

Foto: Parlindungan/Sumut Pos
Peneliti dari FK UISU menunjukkan cacing pita sepanjang 10,5 meter yang mereka temukan dari perut warga Simalungun, Kamis (2/11).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) tak terlalu serius dalam menyikapi temuan cacing pita sepanjang 10,5 meter dalam perut warga Simalungun yang ditemukan peneliti UISU, Kamis (2/11) lalu. Hingga kini Dinkes Sumut belum mengambil langkah apapun untuk menindaklanjuti temuan tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Agustama berdalih, hingga kini mereka belum menerima laporan dari Dinas Kesehatan Simalungun. “Kami akan tanya dulu Dinas Kesehatan Simalungun. Karena, itu Simalungun yang berhak bagaimananya nanti. Nanti orang itu melapor ke saya. Dari laporan itu, kita tahu mau orang itu bagaimana,” kata Agustama kepada Sumut Pos via telepon, Jumat (3/11).

Selain itu, Agustama juga mengaku belum menerima resume penelitian dari Tim Peneliti FK UISU. Terlebih, penelitian itu bukan dilakukan instansi berwenang, meskipun disebutnya, hasil penelitian sah-sah saja. Oleh karena itu, sebut Agustama, selama pihaknya tak ada menerima laporan dari Dinas Kesehatan Simalungun, maka mereka bertindak sebagai pembina dan pengawas saja. Namun, bila diminta bantuan, Agustama mengaku akan membantu.

“Kalau minta bantu akan kita bantu. Tapi kalau tidak, kita ya sebagai pembina dan pengawas saja. Penelitian itu masih hasil penelitian dr Umar Zein. Tidak boleh kita ekspos kali, hasil resumenya belum ada, belum bisa dipublikasi,” sambungnya.

Meski begitu, diakui Agustama, dirinya sudah menerima laporan secara lisan hasil penelitian itu. Laporan itu diterimanya langsung dari Ketua Tim Peneliti, dr Umar Zein. Oleh karena itu, dirinya meminta obat praziquantel ke Kementerian Kesehatan. Namun, obat praziquantel itu sedang habis dan dimungkinkan Tahun 2018 akan disuplay ke Sumatera Utara.

“Kasus ini langka. Tak semua provinsi mengalaminya. Kecuali semua provinsi mengalaminya, jadi pemerintah pusat mengadakan obat-obatnya,” sambung Agustama.

Disinggung kasus tersebut sebelumnya memang belum pernah ada di Sumut, Agustama mengaku, itu karena belum pernah diteliti. Makanya dia menegaskan, kasus itu belum dapat disebut endemik. Terlebih bila sampai dinyatakan sebagai status KLB, dengan tegas dikatakan Agustama belum bisa.

“Kita lihat, kasusnya betul nggak orang perorang. Penelitian itu, belum pasti semua. Namun untuk turunkan tim, tidak perlu. Tim kita juga ada ikut kemarin, kita mendampingi saja. Kalau instansi yang menelitinya boleh dinyatakan endemik. Namun kalau sampai dinyatakan KLB, tidak mungkinlah,” tandas Agustama.

Foto: Parlindungan/Sumut Pos
Peneliti dari FK UISU menunjukkan cacing pita sepanjang 10,5 meter yang mereka temukan dari perut warga Simalungun, Kamis (2/11).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) tak terlalu serius dalam menyikapi temuan cacing pita sepanjang 10,5 meter dalam perut warga Simalungun yang ditemukan peneliti UISU, Kamis (2/11) lalu. Hingga kini Dinkes Sumut belum mengambil langkah apapun untuk menindaklanjuti temuan tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Agustama berdalih, hingga kini mereka belum menerima laporan dari Dinas Kesehatan Simalungun. “Kami akan tanya dulu Dinas Kesehatan Simalungun. Karena, itu Simalungun yang berhak bagaimananya nanti. Nanti orang itu melapor ke saya. Dari laporan itu, kita tahu mau orang itu bagaimana,” kata Agustama kepada Sumut Pos via telepon, Jumat (3/11).

Selain itu, Agustama juga mengaku belum menerima resume penelitian dari Tim Peneliti FK UISU. Terlebih, penelitian itu bukan dilakukan instansi berwenang, meskipun disebutnya, hasil penelitian sah-sah saja. Oleh karena itu, sebut Agustama, selama pihaknya tak ada menerima laporan dari Dinas Kesehatan Simalungun, maka mereka bertindak sebagai pembina dan pengawas saja. Namun, bila diminta bantuan, Agustama mengaku akan membantu.

“Kalau minta bantu akan kita bantu. Tapi kalau tidak, kita ya sebagai pembina dan pengawas saja. Penelitian itu masih hasil penelitian dr Umar Zein. Tidak boleh kita ekspos kali, hasil resumenya belum ada, belum bisa dipublikasi,” sambungnya.

Meski begitu, diakui Agustama, dirinya sudah menerima laporan secara lisan hasil penelitian itu. Laporan itu diterimanya langsung dari Ketua Tim Peneliti, dr Umar Zein. Oleh karena itu, dirinya meminta obat praziquantel ke Kementerian Kesehatan. Namun, obat praziquantel itu sedang habis dan dimungkinkan Tahun 2018 akan disuplay ke Sumatera Utara.

“Kasus ini langka. Tak semua provinsi mengalaminya. Kecuali semua provinsi mengalaminya, jadi pemerintah pusat mengadakan obat-obatnya,” sambung Agustama.

Disinggung kasus tersebut sebelumnya memang belum pernah ada di Sumut, Agustama mengaku, itu karena belum pernah diteliti. Makanya dia menegaskan, kasus itu belum dapat disebut endemik. Terlebih bila sampai dinyatakan sebagai status KLB, dengan tegas dikatakan Agustama belum bisa.

“Kita lihat, kasusnya betul nggak orang perorang. Penelitian itu, belum pasti semua. Namun untuk turunkan tim, tidak perlu. Tim kita juga ada ikut kemarin, kita mendampingi saja. Kalau instansi yang menelitinya boleh dinyatakan endemik. Namun kalau sampai dinyatakan KLB, tidak mungkinlah,” tandas Agustama.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/