27.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Pasar Rambung dan Pujasera di Binjai Sepi Peminat, Inventaris Pedagang Hilang

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keberadaan Pasar Modern Rambung di Binjai Selatan dan pusat jajanan selera rakyat (Pujasera) di Binjai Kota, tidak dilirik masyarakat atau sepi pengunjung.

Buntutnya, barang yang diduga sebagai aset inventaris dan milik pedagang di pujasera hilang.

“Besi-besi wastafel di setiap stand banyak yang hilang. Mesin kulkas juga hilang. Entah lah, makin lama makin sepi. Tak ada lagi semaraknya, ditambah lampu yang banyak bermatian menambah suasana Pujasera menjadi semakin sepi,” sebut seorang pedagang Pujasera Binjai yang akrab disapa Wak Oda, Selasa (3/10/2023).

Di Pujasera Binjai terdapat 40 lebih stand. Namun kini, hanya tersisa 7 pedagang saja yang bertahan berjualan.

Menurut Wak Oda, Pujasera Binjai pun sudah tidak terawat lagi. Juga pengunjung yang kian hari semakin berkurang.

“Sisanya gak tahu ke mana (pedagang), sebagian ada juga yang merantau,” katanya.

Ia menambahkan, tarif parkir sebelumnya di Pujasera Binjai terbilang cukup mahal. Tak ayal, pengunjung menjadi keberatan dan ogah singgah di Pujasera Binjai.

“Sekarang parkir sudah digratiskan, tapi lokasinya gelap, pengunjung takut maling. Apalagi gratis dan tidak ada yang menjaga sepeda motornya,” bebernya.

Sementara, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai, Hamdani Hasibuan menyebut, pihaknya sedang menggodok payung hukum atau aturan yang berkaitan dengan pasar tersebut. Dia menguraikan, pihaknya berencana akan membentuk Perusahaan Daerah (PD) Pasar atau pilihan lain melakukan penjajakan dengan pihak ketiga.

“Untuk Pasar Rambung dan Pasar Bundar, saya sudah bertemu dengan pihak ketiga. Mereka sudah survey ke lapangan dan tertarik untuk mengelola kedua pasar ini,” sebut Hamdani.

Sedangkan untuk Pujasera, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan akan diberlakukan hal yang sama dengan Pasar Bundar dan Pasar Rambung. “Pujasera itu sepi menurut kami karena makanan di dalam semuanya sama. Makanya, lebih memungkinkan diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga, sehingga dapat menempatkan pedagang dengan berbagai jenis makanan,” bebernya.

Terhadap Pujasera Binjai, Hamdani menyebut akan melakukan sejumlah perbaikan lampu hingga melakukan sosialisasi secta masif untuk mencari pedagang yang berkenan berjualan. “Sekarang ini pedagang Pujasera tidak kita pungut apapun, semuanya gratis. Siapa pedagang yang mau masuk, silahkan,” pungkasnya.

Pasar Modern Rambung dibangun dengan anggaran sekitar Rp15 miliar di era kepemimpinan Wali Kota Binjai HM Idaham. Seusai rencana, pasar yang dilengkapi dengan food court itu dapat menampung para pedagang kaki lima.

Namun sejak dibuka, pasar yang memiliki sekitar 86 kios itu tak kunjung diminati pengunjung. Bahkan, pasar yang berdiri di atas lahan sekitar 4.000 meter persegi tersebut seakan hidup segan mati tak mau. (ted/ram)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Keberadaan Pasar Modern Rambung di Binjai Selatan dan pusat jajanan selera rakyat (Pujasera) di Binjai Kota, tidak dilirik masyarakat atau sepi pengunjung.

Buntutnya, barang yang diduga sebagai aset inventaris dan milik pedagang di pujasera hilang.

“Besi-besi wastafel di setiap stand banyak yang hilang. Mesin kulkas juga hilang. Entah lah, makin lama makin sepi. Tak ada lagi semaraknya, ditambah lampu yang banyak bermatian menambah suasana Pujasera menjadi semakin sepi,” sebut seorang pedagang Pujasera Binjai yang akrab disapa Wak Oda, Selasa (3/10/2023).

Di Pujasera Binjai terdapat 40 lebih stand. Namun kini, hanya tersisa 7 pedagang saja yang bertahan berjualan.

Menurut Wak Oda, Pujasera Binjai pun sudah tidak terawat lagi. Juga pengunjung yang kian hari semakin berkurang.

“Sisanya gak tahu ke mana (pedagang), sebagian ada juga yang merantau,” katanya.

Ia menambahkan, tarif parkir sebelumnya di Pujasera Binjai terbilang cukup mahal. Tak ayal, pengunjung menjadi keberatan dan ogah singgah di Pujasera Binjai.

“Sekarang parkir sudah digratiskan, tapi lokasinya gelap, pengunjung takut maling. Apalagi gratis dan tidak ada yang menjaga sepeda motornya,” bebernya.

Sementara, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai, Hamdani Hasibuan menyebut, pihaknya sedang menggodok payung hukum atau aturan yang berkaitan dengan pasar tersebut. Dia menguraikan, pihaknya berencana akan membentuk Perusahaan Daerah (PD) Pasar atau pilihan lain melakukan penjajakan dengan pihak ketiga.

“Untuk Pasar Rambung dan Pasar Bundar, saya sudah bertemu dengan pihak ketiga. Mereka sudah survey ke lapangan dan tertarik untuk mengelola kedua pasar ini,” sebut Hamdani.

Sedangkan untuk Pujasera, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan akan diberlakukan hal yang sama dengan Pasar Bundar dan Pasar Rambung. “Pujasera itu sepi menurut kami karena makanan di dalam semuanya sama. Makanya, lebih memungkinkan diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga, sehingga dapat menempatkan pedagang dengan berbagai jenis makanan,” bebernya.

Terhadap Pujasera Binjai, Hamdani menyebut akan melakukan sejumlah perbaikan lampu hingga melakukan sosialisasi secta masif untuk mencari pedagang yang berkenan berjualan. “Sekarang ini pedagang Pujasera tidak kita pungut apapun, semuanya gratis. Siapa pedagang yang mau masuk, silahkan,” pungkasnya.

Pasar Modern Rambung dibangun dengan anggaran sekitar Rp15 miliar di era kepemimpinan Wali Kota Binjai HM Idaham. Seusai rencana, pasar yang dilengkapi dengan food court itu dapat menampung para pedagang kaki lima.

Namun sejak dibuka, pasar yang memiliki sekitar 86 kios itu tak kunjung diminati pengunjung. Bahkan, pasar yang berdiri di atas lahan sekitar 4.000 meter persegi tersebut seakan hidup segan mati tak mau. (ted/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/