30 C
Medan
Wednesday, February 5, 2025

Pelaut Indonesia Penemu Benua Amerika, Bukan Columbus! Ini Buktinya…

Mereka punya beberapa hukum dan bersikap memelihara seluruhnya. Kebanyakan hak milik, dimiliki bersama. Dan apapun yang mereka lakukan, mereka lakukan secara bersama-sama.

Berdasarkan itu, Joesoef Sou’yb dalam Pelaut Indonesia Menemukan Benua Amerika Sebelum CH. Columbus menafsir, ciri-ciri yang disampaikan Miquel Pericas of Cadiz koheren dengan adat-istiadat orang Sumatera.

“Segalanya milik bersama dan dikerjakan bersama untuk kepentingan bersama memang merupakan ciri hak milik sepanjang adat Minangkabau,” tulis Joesoef.

Tentang barisan genderang, menurut Joesoef, mau tak mau mengingatkan siapa pun kepada adat istiadat Minang. Yakni barisan gendang pada upacara mengiringkan pembesar adat.

Penari yang dimaksud Pericas, bisa jadi sewah dan atau seudati yang koheren dengan istilah Keucik dan Kuasanagari–pemuka kaum yang menyambut Columbus di Amerika. “Sewah itu semacam tarian Minang yang gerakannya mirip silat. Tapi, bukan silat,” kata Anton, yang sudah mempelajari budaya Minang sejak kanak-kanak.

Apalagi, saat jamuan berlangsung, sebagaimana dicatat Pericas, mereka duduk bersila di atas bantal. Columbus duduk di samping Kuasanagari. Dia diperlakukan sangat hormat. “Itu merupakan tradisi pemuka adat di daerah Minang dan Aceh. Di dunia ini, pimpinan kaum dengan istiah Keucik hanya ada di Aceh dan Kuasanagari hanya ada di Minang,” Joesoef meyakinkan.

Nah, bila tafsir Joesoef itu benar tentu kita bertanya; Bagaimana bisa orang Minang dan Aceh berkampung di Benua Amerika? Kemana mereka sekarang?
Berdasarkan penelitian kecil-kecilan baru-baru ini, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sedikit banyak sudah kami temukan.(bersambung)

Mereka punya beberapa hukum dan bersikap memelihara seluruhnya. Kebanyakan hak milik, dimiliki bersama. Dan apapun yang mereka lakukan, mereka lakukan secara bersama-sama.

Berdasarkan itu, Joesoef Sou’yb dalam Pelaut Indonesia Menemukan Benua Amerika Sebelum CH. Columbus menafsir, ciri-ciri yang disampaikan Miquel Pericas of Cadiz koheren dengan adat-istiadat orang Sumatera.

“Segalanya milik bersama dan dikerjakan bersama untuk kepentingan bersama memang merupakan ciri hak milik sepanjang adat Minangkabau,” tulis Joesoef.

Tentang barisan genderang, menurut Joesoef, mau tak mau mengingatkan siapa pun kepada adat istiadat Minang. Yakni barisan gendang pada upacara mengiringkan pembesar adat.

Penari yang dimaksud Pericas, bisa jadi sewah dan atau seudati yang koheren dengan istilah Keucik dan Kuasanagari–pemuka kaum yang menyambut Columbus di Amerika. “Sewah itu semacam tarian Minang yang gerakannya mirip silat. Tapi, bukan silat,” kata Anton, yang sudah mempelajari budaya Minang sejak kanak-kanak.

Apalagi, saat jamuan berlangsung, sebagaimana dicatat Pericas, mereka duduk bersila di atas bantal. Columbus duduk di samping Kuasanagari. Dia diperlakukan sangat hormat. “Itu merupakan tradisi pemuka adat di daerah Minang dan Aceh. Di dunia ini, pimpinan kaum dengan istiah Keucik hanya ada di Aceh dan Kuasanagari hanya ada di Minang,” Joesoef meyakinkan.

Nah, bila tafsir Joesoef itu benar tentu kita bertanya; Bagaimana bisa orang Minang dan Aceh berkampung di Benua Amerika? Kemana mereka sekarang?
Berdasarkan penelitian kecil-kecilan baru-baru ini, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sedikit banyak sudah kami temukan.(bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/