30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Medan Krisis Air, 38 Pengacara Gugat PDAM Tirtanadi

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Gedung kantor PDAM Tirtanadi yang terletak di jalan Sm.Raja Medan,selasa (5/3)

Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtanadi Sumut Sutedi Raharjo mengakui pelayanan yang mereka berikan ke pelanggan masih kurang maksimal. Terkhusus ketika terjadi kebocoran pipa induk di kawasan Delitua, beberapa hari lalu. Atas terganggunya distribusi air ke sejumlah pelanggan di beberapa kecamatan di Kota Medan dan Deliserdang itu, Sutedi memohon maaf kepada seluruh pelanggan PDAM Tirtanadi yang merasa terganggu.

“Kejadian ini tidak disengaja, musibah. Kalau pipa normal, tidak akan ada penghentian penyaluran air. Memang agak ekstrem yang kemarin. Ini belum pernah terjadi, kalau pun terjadi mungkin puluhan tahun,” kata Sutedi kepada wartawan di gedung DPRD Sumut, Senin (30/10) lalu.

Meski begitu, Sutedi nampaknya tidak mau dijadikan kambing hitam atas insiden tersebut. Dia malah menyalahkan PT KAI. Dia berharap, PT KAI mau turut serta mengamankan lokasi pipa air yang berada didekat rel kereta api. Disebutkannya, PDAM Tirtanadi sengaja menyewa lahan milik PT KAI untuk pemasangan pipa air.

Kata Sutedi, pipa PDAM Tirtanadi banyak tertanam di bawah rumah penduduk yang berada di pinggiran rel kereta api dan lokasinya mulai dari Jalan Mahkamah, Medan Kota, sampai Delitua. “Pipa tersebut ditanam di jalur hijau milik PT KAI sejak tahun 1988. Bahkan ada pipa yang dipasang sejak zaman Belanda yakni tahun 1908,” ungkapnya.

Sutedi membeberkan alasan mengapa pipa PDAM Tirtanadi dipasang pada jalur kereta api. “Jalur kereta api itukan lurus, dan sepi. Jadi dulu kalau mau dipindahkan gampang. Kenyataannya, saat ini kawasan rel kereta api sudah berubah jadi kawasan pemukiman, ini mengganggu saat akan melakukan perawatan,” jelasnya.

Kejadian serupa, kata dia, bukan tidak mungkin akan kembali terjadi di masa yang akan datang. Sebab, pipa milik PDAM Tirtanadi saat ini berada di bawah rumah pemukiman padat penduduk. “Selain sulit merawat pipa, beban pipa juga akan bertambah  sewaktu-waktu dapat terjadi hal-hal yang tidak terduga, seperti pecahnya pipa belum lama ini,” bebernya.

Sutedi mengakui ada faktor lain yang juga menjadi sebab pecahnya pipa hingga menyebabkan terganggunya distribusi air. “Banyak faktor juga, selain pipa sudah tua, ada water hamer juga di situ, dan ada tempat pembuangan udara, terus ketutup lantai rumah warga, kemungkinan teknis ada getaran juga,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya berencana merelokasi jalur pipa ke tempat yang lebih aman dan mudah dijangkau sehingga memundahkan perawatan dan perbaikan bila terjadi kendala. Namun pihaknya akan berkoordinasi dengan PT KAI terlebih dahulu terkait penertiban rumah warga yang menjadi pemukiman liar tersebut. (gus/prn/adz)

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Gedung kantor PDAM Tirtanadi yang terletak di jalan Sm.Raja Medan,selasa (5/3)

Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtanadi Sumut Sutedi Raharjo mengakui pelayanan yang mereka berikan ke pelanggan masih kurang maksimal. Terkhusus ketika terjadi kebocoran pipa induk di kawasan Delitua, beberapa hari lalu. Atas terganggunya distribusi air ke sejumlah pelanggan di beberapa kecamatan di Kota Medan dan Deliserdang itu, Sutedi memohon maaf kepada seluruh pelanggan PDAM Tirtanadi yang merasa terganggu.

“Kejadian ini tidak disengaja, musibah. Kalau pipa normal, tidak akan ada penghentian penyaluran air. Memang agak ekstrem yang kemarin. Ini belum pernah terjadi, kalau pun terjadi mungkin puluhan tahun,” kata Sutedi kepada wartawan di gedung DPRD Sumut, Senin (30/10) lalu.

Meski begitu, Sutedi nampaknya tidak mau dijadikan kambing hitam atas insiden tersebut. Dia malah menyalahkan PT KAI. Dia berharap, PT KAI mau turut serta mengamankan lokasi pipa air yang berada didekat rel kereta api. Disebutkannya, PDAM Tirtanadi sengaja menyewa lahan milik PT KAI untuk pemasangan pipa air.

Kata Sutedi, pipa PDAM Tirtanadi banyak tertanam di bawah rumah penduduk yang berada di pinggiran rel kereta api dan lokasinya mulai dari Jalan Mahkamah, Medan Kota, sampai Delitua. “Pipa tersebut ditanam di jalur hijau milik PT KAI sejak tahun 1988. Bahkan ada pipa yang dipasang sejak zaman Belanda yakni tahun 1908,” ungkapnya.

Sutedi membeberkan alasan mengapa pipa PDAM Tirtanadi dipasang pada jalur kereta api. “Jalur kereta api itukan lurus, dan sepi. Jadi dulu kalau mau dipindahkan gampang. Kenyataannya, saat ini kawasan rel kereta api sudah berubah jadi kawasan pemukiman, ini mengganggu saat akan melakukan perawatan,” jelasnya.

Kejadian serupa, kata dia, bukan tidak mungkin akan kembali terjadi di masa yang akan datang. Sebab, pipa milik PDAM Tirtanadi saat ini berada di bawah rumah pemukiman padat penduduk. “Selain sulit merawat pipa, beban pipa juga akan bertambah  sewaktu-waktu dapat terjadi hal-hal yang tidak terduga, seperti pecahnya pipa belum lama ini,” bebernya.

Sutedi mengakui ada faktor lain yang juga menjadi sebab pecahnya pipa hingga menyebabkan terganggunya distribusi air. “Banyak faktor juga, selain pipa sudah tua, ada water hamer juga di situ, dan ada tempat pembuangan udara, terus ketutup lantai rumah warga, kemungkinan teknis ada getaran juga,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya berencana merelokasi jalur pipa ke tempat yang lebih aman dan mudah dijangkau sehingga memundahkan perawatan dan perbaikan bila terjadi kendala. Namun pihaknya akan berkoordinasi dengan PT KAI terlebih dahulu terkait penertiban rumah warga yang menjadi pemukiman liar tersebut. (gus/prn/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/