MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pelayanan kesehatan dan ilmu serta teknologi kedokteran saat ini bersaing dan berpacu, baik dari aspek kuantitas dan kualitas dalam hal diagnostik serta terapi. Kemampuan, keduanya bertumpu pada aspek keilmuan dan ketrampilan Dokter spesialis memberikan pelayanan pada pasien di fasilitas kesehatan.
“Penanganan pasien secara paripurna saat mendiagnosis sampai tatalaksana pasien secara holistik berdasarkan standar keilmuan tertinggi yang dapat diterapkan di Indonesia, menjadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kedokteran,” ungkap Ketua Bidang Humas, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat PB PAPDI dr Nadia Ayu Mulansari SpPD K-HOM, FINASIM pada Pekan Ilmiah Nasional (PIN) XVI Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI), Jumat (2/11) di Medan.
Ketua Umum PB PAPDI dr Sally Aman Nasution SpPD K-KV FINASIM FACP menyampaikan acara workshop, diskusi dalam PIN PAPDI dilaksanakan diskusi antara peserta dan pemateri dari 12 sub spesialis penyakit dalam.
Menurutnya, di era kesehatan saat ini ada sedikit perubahan pelayanan terutama asuransi mayoritas JKN yang dilaksanakan BPJS. Maka semua Dokter terus mengupdate ilmunya.
“Tahun 2020 akan masuk era MEA, di mana dokter dari negara lain masuk ke Indonesia. Ini menjadi tantangan buat kami. Kami dari profesi tetap ingin melayani dan jadi tuan rumah di negeri sendiri,” tegas Sally.
Menghadapi pasien, lanjutnya, tidak hanya melihat penyakitnya tetapi juga budayanya, tradisi, yang belum tentu orang asing bisa memahami. Oleh karena itu, pihaknya dari spesialis penyakit dalam juga tidak hanya melihat penyakitnya, tapi juga budaya dan tradisi. Namun tetap selalu mengikuti era digital dan update keilmuan. Saat ini PAPDI memiliki 38 cabang dengan anggota sekitar 4.000 Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
“Semua type di rumah sakit untuk spesialis penyakit dalam harus ada. Maka itu kami jamin mutu dan kualitas anggota. Maka dalam PIN ini ada program bisa mengakses internet via online. Semua itu untuk pelayanan masyarakat yang update. Jadi, kami menjaga kompetensi dan kemampuan,” sambungnya.
Ia juga menyampaikan, dokter penyakit dalam masuk 4 besar dalam pelayanan kesehatan. Pihaknya sejak 5 sampai 6 tahun lalu, mencanangkan dokter kita harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Apalagi jarak seperti ke Penang dan Singapore dekat. Oleh karena itu perlu dibentuk kepercayaan dan image.
Sejak di pendidikan, lanjutnya, ini selalu dicanangkan kepada Mahasiswa. Image yaitu bagaimana tampilan Dokter Umum dan Spesialis, sehingga bisa dipercaya masyarakat. Untuk itu, diakuinya pihaknya selalu mengajarkan anak didik untuk update ilmu dan Dokter harus bisa menyikapi secara profesional.
“Kepada mahasiswa selalu dikatakan akan hadapi manusia. Kunci utama komunikasi. Misal praktik terjadwal pagi dan saat itu juga beri pengajaran. Maka di tempat kerjanya Dokter harus informasikan pada pasien juga seperti pada pasien dikabarkan Dokternya ada emergency. Jadi pentingnya komunikasi. Media juga berperan penting dalam mengedukasi masyarakat, “ ujarnya mengakhiri.
Sementara Ketua Panitia PIN XVI PB PAPDI dr Edy Rizal Wachyudi SpPD, K-Ger FINASIM mengatakan, dalam acara itu dilakukan kuliah umum dan 12 simposium serta 63 workshop. Hal ini untuk update ilmu di bawah 12 keilmuan penyakit dalam. Diikuti 700 lebih spesialis penyakit dalam baik sebagai nara sumber dan peserta.
Sekretaris Jenderal PB PAPDI, dr Eka Ginanjar SpPD K-KV FINASIMFACP FICA mengatakan, pihaknya berkewajiban update ilmu agar masyarakat dapat ditangani dengan pelayanan yang update. Tiap tahun diadakan PIN dan 2019 di Surabaya. tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sedangkan Ketua PAPDI Cabang Sumtera Utara (SUMUT) dr Mardianto, SpPD K-EMD FINASIM didampingi Wakil Ketua Lokal Panitia PIN XVI PB PAPDI dr Refli Hasan SpPD K-KV FINASIM SpJP mengatakan, kesempatan PIN ini dimanfaatkan untuk update bagi PAPDI yang di cabang akan pntingnya fokus pelayanan kesehatan di Sumut. (ain/ila)