30 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Ribuan Orang Masih Tertimbun

Ramai-ramai Tinggalkan Kota Palu
Trauma gempa bumi dahsyat disertai tsunami dan tanah bergerak di Kota Palu dan Kabupaten Sigi & Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) lalu, ditambah gempa susulan dan berbagai isu tentang tsunami susulan dan kota tenggelam, membuat warga ramai-ramai meninggalkan Kota Palu.

“Isu-isu tsunami dan longsor bikin kami khawatir. Mana masih saja terjadi guncangan gempa susulan. Bikin panik kami saja. Ditambah lagi aksi-aksi penjarahan,” ujar seorang ibu, saat bersiap-siap meninggalkan Kota Palu bersama beberapa keluarga di Jalan Setia Budi, Rabu (3/10) siang.

Menurutnya, hampir setiap hari siang dan malam kadang hanya berselang beberapa menit, gempa susulan terus terjadi. Mereka pun memutuskan meninggalkan Kota Palu ke kota Luwuk, Kabupaten Banggai. “Bukan lagi sudah banyak, ramai-ramai orang tinggal Palu pergi keluar kota,” ujarnya.

Pemandangan yang sama terlihat rombongan lain keluarga di salah satu Posko korban bencana Jalan S Parman juga terlihat sedang bersiap keluar kota Palu ke Kabupaten Poso.

Salah pria dari rombongan, Kewu (43) mengatakan, melihat pemberitaan di tv, video amatir terjangan tsunami, tanah bergerak disertai lumpur dan tanah longsor membuat keluarga khususnya kakek dan nenek menjadi khawatir. “Saya disuruh jemput ponakan di Palu sama orang tua, supaya ponakan dievakuasi saja di Poso,” katanya.

Menurutnya semua orang di kampungnya melihat berita di tv, video dan foto-foto berbeda di media sosial dan di Group Group WhasApp mengerikan. Ditambah isu-isu yang meresahkan, ada isu akan ada gempa susulan berkekuatan besar dan akan terjadi tsunami susulan. Kelihatannya Kota Palu akan lumpuh.

Belum lagi aksi brutal warga yang menjarah di toko toko yang tidak hanya mengambil bahan makanan, tapi sudah barang elektronik dan barang berharga lainnya. “Saya memang datang hanya khusus jemput ponakan- ponakan ini. Setelah siap hari ini juga (kemarin, Red) langsung akan balik ke kantor.

Menurutnya saat dari Poso hendak ke Palu, kendaraan roda empat dan roda dua yang hendak keluar kota Palu melalui jalur darat tidak putus-putus.

Pokoknya pas masuk jalur trans Toboli-Kebun Kopi kendaraan padat merayap, ditambah lagi ada beberapa titik longsor. Sehingga kendaraan tertahan di kebun kopi. “Jadi kalau hari biasanya perjalanan normal sekitar 6 sampai 7 jam, saat ini bisa sampai dua kali lipat.

Ramai-ramai Tinggalkan Kota Palu
Trauma gempa bumi dahsyat disertai tsunami dan tanah bergerak di Kota Palu dan Kabupaten Sigi & Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) lalu, ditambah gempa susulan dan berbagai isu tentang tsunami susulan dan kota tenggelam, membuat warga ramai-ramai meninggalkan Kota Palu.

“Isu-isu tsunami dan longsor bikin kami khawatir. Mana masih saja terjadi guncangan gempa susulan. Bikin panik kami saja. Ditambah lagi aksi-aksi penjarahan,” ujar seorang ibu, saat bersiap-siap meninggalkan Kota Palu bersama beberapa keluarga di Jalan Setia Budi, Rabu (3/10) siang.

Menurutnya, hampir setiap hari siang dan malam kadang hanya berselang beberapa menit, gempa susulan terus terjadi. Mereka pun memutuskan meninggalkan Kota Palu ke kota Luwuk, Kabupaten Banggai. “Bukan lagi sudah banyak, ramai-ramai orang tinggal Palu pergi keluar kota,” ujarnya.

Pemandangan yang sama terlihat rombongan lain keluarga di salah satu Posko korban bencana Jalan S Parman juga terlihat sedang bersiap keluar kota Palu ke Kabupaten Poso.

Salah pria dari rombongan, Kewu (43) mengatakan, melihat pemberitaan di tv, video amatir terjangan tsunami, tanah bergerak disertai lumpur dan tanah longsor membuat keluarga khususnya kakek dan nenek menjadi khawatir. “Saya disuruh jemput ponakan di Palu sama orang tua, supaya ponakan dievakuasi saja di Poso,” katanya.

Menurutnya semua orang di kampungnya melihat berita di tv, video dan foto-foto berbeda di media sosial dan di Group Group WhasApp mengerikan. Ditambah isu-isu yang meresahkan, ada isu akan ada gempa susulan berkekuatan besar dan akan terjadi tsunami susulan. Kelihatannya Kota Palu akan lumpuh.

Belum lagi aksi brutal warga yang menjarah di toko toko yang tidak hanya mengambil bahan makanan, tapi sudah barang elektronik dan barang berharga lainnya. “Saya memang datang hanya khusus jemput ponakan- ponakan ini. Setelah siap hari ini juga (kemarin, Red) langsung akan balik ke kantor.

Menurutnya saat dari Poso hendak ke Palu, kendaraan roda empat dan roda dua yang hendak keluar kota Palu melalui jalur darat tidak putus-putus.

Pokoknya pas masuk jalur trans Toboli-Kebun Kopi kendaraan padat merayap, ditambah lagi ada beberapa titik longsor. Sehingga kendaraan tertahan di kebun kopi. “Jadi kalau hari biasanya perjalanan normal sekitar 6 sampai 7 jam, saat ini bisa sampai dua kali lipat.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/