SUMUTPOS.CO – Seperti sudah diduga, Syamsul Anwar coba mencuci tangan dari kasus penganiayaan dan pembunuhan terhadap Cici dan Yanti, pembantu di rumahnya. Menurutnya, pembunuhan dilakukan oleh Ferry dan Bahri, pekerjanya.
“Jangan tanya saya. Tanya saja mereka. Pelakunya itu Ferry dan Bari. Yang memukul Feri dan Bahri. Yang membunuh juga Ferry dan Bahri. Yang lain tidak ada,” ucap singkat.
Sementara itu, Reno (30), teman Ferry saat ditemui di seputaran kediaman Syamsul di Jl. Angsa Medan mengatakan, para pekerja Syamsul yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Medan, hanyalah korban kekejian Syamsul. Karena itu, dirinya meminta Ferry dan Kiki supaya terbuka atas penganiayaan tersebut.
“Ngeri kali keluarga Syamsul itu. Kayak binatang kita dibuatnya. Bahkan, kalau tak ikuti perintahnya, kita malah mendapat ancaman,” ucapnya.
Bebernya, akibat banyaknya aparat yang datang ke rumahnya membuat para pekerjanya menjadi takut. “Waduh bang. Ngeri kalilah kalau kita di posisi mereka. Rumah pak Syamsul itu sering di datangi aparat. Makanya, kalau dia ngancam kita akan dibunuhnya, apa kita gak takut? Siapapun orangnya kalau melihat itu pasti takut bang,” pungkasnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Wahyu Bram mengatakan hingga kini pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut. “Mengenai kemungkinan adanya korban lain masih penyelidikan. Kepolisian melakukan penyelidikan terus menerus, dengan dasar pengakuan dan keterangan saksi korban,” ucapnya singkat. (ind/bd)
SUMUTPOS.CO – Seperti sudah diduga, Syamsul Anwar coba mencuci tangan dari kasus penganiayaan dan pembunuhan terhadap Cici dan Yanti, pembantu di rumahnya. Menurutnya, pembunuhan dilakukan oleh Ferry dan Bahri, pekerjanya.
“Jangan tanya saya. Tanya saja mereka. Pelakunya itu Ferry dan Bari. Yang memukul Feri dan Bahri. Yang membunuh juga Ferry dan Bahri. Yang lain tidak ada,” ucap singkat.
Sementara itu, Reno (30), teman Ferry saat ditemui di seputaran kediaman Syamsul di Jl. Angsa Medan mengatakan, para pekerja Syamsul yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Medan, hanyalah korban kekejian Syamsul. Karena itu, dirinya meminta Ferry dan Kiki supaya terbuka atas penganiayaan tersebut.
“Ngeri kali keluarga Syamsul itu. Kayak binatang kita dibuatnya. Bahkan, kalau tak ikuti perintahnya, kita malah mendapat ancaman,” ucapnya.
Bebernya, akibat banyaknya aparat yang datang ke rumahnya membuat para pekerjanya menjadi takut. “Waduh bang. Ngeri kalilah kalau kita di posisi mereka. Rumah pak Syamsul itu sering di datangi aparat. Makanya, kalau dia ngancam kita akan dibunuhnya, apa kita gak takut? Siapapun orangnya kalau melihat itu pasti takut bang,” pungkasnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Wahyu Bram mengatakan hingga kini pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut. “Mengenai kemungkinan adanya korban lain masih penyelidikan. Kepolisian melakukan penyelidikan terus menerus, dengan dasar pengakuan dan keterangan saksi korban,” ucapnya singkat. (ind/bd)