25 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Cici Dibenam ke Bak Mandi Karena Tumpahkan Air Ngepel

Foto: Indra/PM Syamsul Anwar menuntun isterinya, Randika. Keduanya disangkakan menyiksa Cici, pembantu hingga tewas. Jasad Cici alias Menik dibuang di Barusjahe, Tanah Karo pada Oktober lalu.
Foto: Indra/PM
Syamsul Anwar menuntun isterinya, Radika. Keduanya disangkakan menyiksa Cici, pembantu hingga tewas. Jasad Cici alias Menik dibuang di Barusjahe, Tanah Karo pada Oktober lalu.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penganiayaan yang berujung kematian terhadap pekerja rumah tangga, Cici warga asal Bekasi yang dilakukan Syamsul Anwar Cs, ternyata dilakukan hanya karena Cici menumpahkan air. Untuk mencuci tangannya, Syamsul menggunakan orang lain untuk menghabisi pekerjanya.

Hal tersebut terkuak atas pengakuan sopir Syamsul, Ferry kepada wartawan di Polresta Medan, Rabu (03/12). Diceritakannya, kala itu istri Syamsul, Radika menyuruh korban mengepel ruang tamu kediaman Syamsul di Jalan Beo, Medan. Atas perintah sang majikan, Cici pun bergegas dari tempat duduknya.

“Tadinya dia duduk bang. Terus, disuruh ibu dia ngepel,” ucapnya.

Saat sedang mengepel, tanpa disengaja Cici menumpahkan ember berisi air pel. Seketika, Radika kemudian memanggil pekerjanya, Ferry dan Bahri.

Atas panggilan Radika tersebut, Ferry dan Bahri yang kala itu berada di depan kediaman Syamsul, mendatangi Radika di ruang tamu. Sesampainya di hadapan Radika, keduanya diperintahkan membawa Cici ke dalam kamar mandi yang kala itu sedang kosong.

“Kami angkat dia ke kamar mandi. Terus, kami benamkan dia ke dalam air di bathtub. Itu semua kami lakukan atas suruhan ibu. Tidak ada kami pukul dia,” ungkap ayah beranak 1 tersebut.

Lebih lanjut, Ferry menyebutkan, kala dibenamkan tersebut posisi kaki Cici berada di atas. “Kakinya di atas,” ucapnya.

Akibat aksi tersebut, Cici pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Ferry mengaku terkejut melihat Cici sudah tak bernyawa. Belum lagi rasa terkejut hilang, Syamsul yang kala itu berada di rumah, memerintahkan Ferry untuk membuang jasad tersebut ke kawasan Tanah Karo. “Bapak bilang, supaya nggak ada orang yang tahu. Karena sudah terjadi, makanya kami nurut saja,” ungkapnya.

Saat disinggung apakah mereka tidak ada melakukan tindak kekerasan seperti pemukulan terhadap Cici, Ferry mengaku tidak ada. Dengan tegas, dirinya menyebutkan kalau Cici tewas akibat dibenamkan ke air. “Cuma dibenamkan aja. Nggak ada yang lain,” tungkasnya.

Saat disinggung apakah dia juga turut menghabisi Yanti? Dirinya mengaku tidak. Ferry juga mengaku kalau Yanti tidak tewas. “Cuma Cici aja yang tewas. Setahu saya Yanti dipulangkan. Karena ibu yang bilang itu,” ucapnya sembari menyebutkan Syamsul sudah 10 tahun menggeluti usaha penyalur tenaga kerja.

Saat disinggung apakah PRT yang lain kerap mendapat penganiayaan, Ferry membenarkan. Bahkan, dirinya juga turut memukul para PRT yang lain. “Saya pun ikut bang. Tapi itu atas suruhan ibu. Kalau masalah pemukulan aja, ibu dan bapak sering. Kalau anaknya sesekali,” terangnya.

Kala disinggung apakah dirinya tidak kasihan kepada para PRT tersebut, ia mengaku kasihan. Tapi katanya, jika dirinya menolak perintah Syamsul dan Radika, mereka yang akan dipukul. “Makanya kami tak bisa nolak. Hanya nyesal aja yang bisa kami lakukan,” pungkasnya. (ind/bd)

Foto: Indra/PM Syamsul Anwar menuntun isterinya, Randika. Keduanya disangkakan menyiksa Cici, pembantu hingga tewas. Jasad Cici alias Menik dibuang di Barusjahe, Tanah Karo pada Oktober lalu.
Foto: Indra/PM
Syamsul Anwar menuntun isterinya, Radika. Keduanya disangkakan menyiksa Cici, pembantu hingga tewas. Jasad Cici alias Menik dibuang di Barusjahe, Tanah Karo pada Oktober lalu.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penganiayaan yang berujung kematian terhadap pekerja rumah tangga, Cici warga asal Bekasi yang dilakukan Syamsul Anwar Cs, ternyata dilakukan hanya karena Cici menumpahkan air. Untuk mencuci tangannya, Syamsul menggunakan orang lain untuk menghabisi pekerjanya.

Hal tersebut terkuak atas pengakuan sopir Syamsul, Ferry kepada wartawan di Polresta Medan, Rabu (03/12). Diceritakannya, kala itu istri Syamsul, Radika menyuruh korban mengepel ruang tamu kediaman Syamsul di Jalan Beo, Medan. Atas perintah sang majikan, Cici pun bergegas dari tempat duduknya.

“Tadinya dia duduk bang. Terus, disuruh ibu dia ngepel,” ucapnya.

Saat sedang mengepel, tanpa disengaja Cici menumpahkan ember berisi air pel. Seketika, Radika kemudian memanggil pekerjanya, Ferry dan Bahri.

Atas panggilan Radika tersebut, Ferry dan Bahri yang kala itu berada di depan kediaman Syamsul, mendatangi Radika di ruang tamu. Sesampainya di hadapan Radika, keduanya diperintahkan membawa Cici ke dalam kamar mandi yang kala itu sedang kosong.

“Kami angkat dia ke kamar mandi. Terus, kami benamkan dia ke dalam air di bathtub. Itu semua kami lakukan atas suruhan ibu. Tidak ada kami pukul dia,” ungkap ayah beranak 1 tersebut.

Lebih lanjut, Ferry menyebutkan, kala dibenamkan tersebut posisi kaki Cici berada di atas. “Kakinya di atas,” ucapnya.

Akibat aksi tersebut, Cici pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Ferry mengaku terkejut melihat Cici sudah tak bernyawa. Belum lagi rasa terkejut hilang, Syamsul yang kala itu berada di rumah, memerintahkan Ferry untuk membuang jasad tersebut ke kawasan Tanah Karo. “Bapak bilang, supaya nggak ada orang yang tahu. Karena sudah terjadi, makanya kami nurut saja,” ungkapnya.

Saat disinggung apakah mereka tidak ada melakukan tindak kekerasan seperti pemukulan terhadap Cici, Ferry mengaku tidak ada. Dengan tegas, dirinya menyebutkan kalau Cici tewas akibat dibenamkan ke air. “Cuma dibenamkan aja. Nggak ada yang lain,” tungkasnya.

Saat disinggung apakah dia juga turut menghabisi Yanti? Dirinya mengaku tidak. Ferry juga mengaku kalau Yanti tidak tewas. “Cuma Cici aja yang tewas. Setahu saya Yanti dipulangkan. Karena ibu yang bilang itu,” ucapnya sembari menyebutkan Syamsul sudah 10 tahun menggeluti usaha penyalur tenaga kerja.

Saat disinggung apakah PRT yang lain kerap mendapat penganiayaan, Ferry membenarkan. Bahkan, dirinya juga turut memukul para PRT yang lain. “Saya pun ikut bang. Tapi itu atas suruhan ibu. Kalau masalah pemukulan aja, ibu dan bapak sering. Kalau anaknya sesekali,” terangnya.

Kala disinggung apakah dirinya tidak kasihan kepada para PRT tersebut, ia mengaku kasihan. Tapi katanya, jika dirinya menolak perintah Syamsul dan Radika, mereka yang akan dipukul. “Makanya kami tak bisa nolak. Hanya nyesal aja yang bisa kami lakukan,” pungkasnya. (ind/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/