Dia mengaku melakukan hal tersebut hanya untuk memberikan efek jera agar korban berubah. “Aku gitukan dia selama seminggu belakangan ini agar berubah, karena aku udah capek menasehatinya. Biar dia mau sekolah dan gak pergi main-main lagi,” ucapnya.
Ketika ditanya kemana kedua orangtua Rendi? Maniur mengaku ayah ibu korban bekerja di luar kota. “Bapaknya kerja di Blitar, kalau mamanya kerja di Malaysia,” tandasnya.
Kapolsek Medan Timur Kompol Bernhard L. Malau mengaku prihatin melihat kondisi Rendi. “Saat ditemukan anggota kita, bocah ini terlihat lesu dan tidak terurus. Pada kaki kanan bocah itu dirantai dengan gembok 2 buah. Pengakuan awal bocah itu, sudah 1 minggu dirinya dirantai. Kita merasa sedih, setelah kita bawa ke polsek, dia kita mandikan kita kasih makan dan membelikannya pakaian,” ungkapnya, Jumat sore.
Beginilah kondisi rumah yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.
Bernhard mengatakan, dari pemeriksaan sementara sang kakek mengaku melakukan hal tersebut untuk memberi efek jera pada cucunya. ”Pengakuan kakeknya dia hanya ingin memberi efek jera agar kelakuan cucunya berubah,” jelasnya. Meski begitu, Bernhard mengaku masih mendalami kasus ini. Apalagi pengakuan Maniur berbeda dengan yang cucunya.
“Pengakuan si bocah, dia dirantai di pohon, tapi pengakuan kakeknya dirantai dan dimasukkan ke kantong plastik. Makanya kami akan ke rumahnya untuk memintai keterangan dari warga sekitar,” ucapnya.
Selain itu, Bernhard juga mengaku akan berkordinasi dengan pihak KPAID Sumut agar saat dikembalikan pada keluarganya, korban tidak telantar lagi.
Camat Medan Perjuangan, Dedi JP Harahap saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan mengupayakan agar Rendi dapat bersekolah kembali.
“Dia ’kan sudah lama nggak sekolah. Nah kami akan upayakan agar ia sekolah lagi,” ungkapnya.
Dedi menambahkan pihaknya beserta kepolisian akan mengecek ke rumahnya untuk mengetahui situasi keadaan keluarganya, karena Rendi ditelantarkan orangtuanya. (riz/deo)
