MEDAN, SUMUTPOS.CO -Tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Perairan Danau Toba, pada Senin (18/6) lalu, tak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban. Namun juga berdampak turunnya kunjungan wisatawan secara drastis hingga 60 persen karena beberapa biro perjalanan (travel) membatalkan pelayaran di perairan Danau Toba.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Ombang Siboro mengatakan, sejumla travel wisata membatalkan kunjungan ke perairan Danau Toba. Tak hanya itu, ada juga beberapa penundaan lainnya, termasuk kapal wisata kita yang sampai tiga grup tidak jadi berlayar.
“Ada beberapa penundaan, termasuk kapal wisata kita. Ada sampai tiga grup tidak jadi berlayar. Keadaan ini menjadi momentum untuk mewarning semua. Jadi cermin besar kita untuk berkaca,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Ombang Siboro.
Hal tersebut, lanjut Ombang, menjadi evaluasi di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Samosir untuk kedepannya lebih baik menyediakan sarana dan prasana di danau terbesar di Asia Tenggara ini.
Dengan kejadian ini, memicu pihak Pemkab Samosir untuk melakukan pembenahan dan penataan kembali Danau Toba bersama stakeholder pariwisata dan melakukan pembahasan langkah perbaikan pariwisata. “Kita ingin menunjukkan kepada dunia, kita tidak mau terpuruk. Kita harus bangkit. Setiap dermaga utama itu ada syahbanda yang berkuasa untuk mengontrol. Karena selama ini terabaikan,” ujarnya mengakui.
Ombang ingin dermaga yang ada harus berwajah pariwisata. Selama ini dermaga-dermaga yang ada di Samosir memang hanya untuk sebatas tempat bersandarnya kapal angkutan barang dan orang. “Kita ingin dermaga yang multilevel. Yang sekarang ini kan cuma satu level. Hanya untuk kapal besar. Yang boat dimana? yang sampan dimana,” kata Ombang.
Ke depan, kapal-kapal angkutan yang ada di danau Toba juga akan disertifikasi. Standar operasinya juga harus digalakkan. Dengan sistem itu, regulasi memiliki standar pelayaran sehingga insiden KM Sinar Bangun tidak terulang kembali dikemudian hari.