28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Awas, Jauhi Sinabung!

Foto: AP Photo/Endro Rusharyanto
Warga mengungsi dengan truk saat Gunung Sinabung melepaskan awan panas dalam letusannya hari Rabu, 2 Agustus 2017 di Karo, Sumatra Utara, Indonesia.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sempat tenang selama sehari, Gunung Sinabung kembali menunjukan aktivitasnya. Kemarin, Jumat (4/8), gunung tersebut kembali erupsi dan meluncurkan guguran awan panas sejauh 4.500 meter atau 4,5 kilometer.

Dari data yang diperoleh dari Pusat Vulkonologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, hingga pukul 22.00 WIB, tercatat sekitar 10 kali erupsi mayoritas disertai awan panas guguran (APG). Jarak luncur terjauh 3 Km hingga 4 Km.

Material abu vulkanik hasil erupsi Gunung Sinabung yang disertai APG, membuat sejumlah kawasan terkena dampak. Debu yang jatuh ke tanah bersama hujan, kasat mata tampak seperti hujan lumpur. Walau tidak separah dampak letusan dua hari sebelumnya, namun rentetan beruntun erupsi yang kerap disertai APG, membuat  aktivitas masyarakat belum dapat berjalan dengan normal. Kondisi jalanan dan areal perladangan yang dipenuhi becek, sebagai dampak percampuran debu vulkanik dan hujan, sebagai penyebab utama.

Kecamatan Berastagi, Simpang Empat, dan Naman Teran. Sejak Jumat (4/8) pagi hingga malam, berulang kali mendapat kiriman material debu. Cuaca mendung berkabut disertai hujan gerimis sejak dini hari hingga mentahari terbenam, terus menambah tumpukan lumpur. Berhubung cuaca mendung, tidak banyak pembagian masker kepada warga, seperti beberapa hari lalu.

“Abu mulai datang sejak siang tadi. Kini kondisinya makin parah. Mata menjadi perih,” ujar Ida, warga Berastagi.

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, erupsi pertama terjadi pada pukul 11.22 WIB. Terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 3.000 meter ke arah Tenggara. “Erupsi dengan tinggi kolom abu tertutup kabut dan terjadi gempa dengan waktu 332 detik,” ujar Armen.

Dia mengungkapkan, untuk erupsi kedua, terjadi pada pukul 15.13 WIB. Dengan kondisi cuaca berkabut, tinggi kolom abu vulkanik juga tidak terpantau oleh petugas pemantau Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. “Visual tertutup kabut, angin sedang ke arah Timur-Tenggara. Sedangkan lama gempa, waktunya 286 detik,” tutur Armen Putra.

Armen Putra juga mengimbau seluruh warga di Kabupaten Karo untuk selalu waspada dan menjauhi zona merah sudah ditetapkan pemerintah setempat. Karena, dengan waktu tidak ditentukan, erupsi bisa terjadi kembali. “Kami mengimbau kepada warga untuk menjauh dari Gunung Sinabung, karena erupsi tidak bisa diprediksi,” harapnya.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus juga diimbau agar tetap menjaga kewaspadaan. Karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir. (deo/adz)

Foto: AP Photo/Endro Rusharyanto
Warga mengungsi dengan truk saat Gunung Sinabung melepaskan awan panas dalam letusannya hari Rabu, 2 Agustus 2017 di Karo, Sumatra Utara, Indonesia.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sempat tenang selama sehari, Gunung Sinabung kembali menunjukan aktivitasnya. Kemarin, Jumat (4/8), gunung tersebut kembali erupsi dan meluncurkan guguran awan panas sejauh 4.500 meter atau 4,5 kilometer.

Dari data yang diperoleh dari Pusat Vulkonologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, hingga pukul 22.00 WIB, tercatat sekitar 10 kali erupsi mayoritas disertai awan panas guguran (APG). Jarak luncur terjauh 3 Km hingga 4 Km.

Material abu vulkanik hasil erupsi Gunung Sinabung yang disertai APG, membuat sejumlah kawasan terkena dampak. Debu yang jatuh ke tanah bersama hujan, kasat mata tampak seperti hujan lumpur. Walau tidak separah dampak letusan dua hari sebelumnya, namun rentetan beruntun erupsi yang kerap disertai APG, membuat  aktivitas masyarakat belum dapat berjalan dengan normal. Kondisi jalanan dan areal perladangan yang dipenuhi becek, sebagai dampak percampuran debu vulkanik dan hujan, sebagai penyebab utama.

Kecamatan Berastagi, Simpang Empat, dan Naman Teran. Sejak Jumat (4/8) pagi hingga malam, berulang kali mendapat kiriman material debu. Cuaca mendung berkabut disertai hujan gerimis sejak dini hari hingga mentahari terbenam, terus menambah tumpukan lumpur. Berhubung cuaca mendung, tidak banyak pembagian masker kepada warga, seperti beberapa hari lalu.

“Abu mulai datang sejak siang tadi. Kini kondisinya makin parah. Mata menjadi perih,” ujar Ida, warga Berastagi.

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, erupsi pertama terjadi pada pukul 11.22 WIB. Terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 3.000 meter ke arah Tenggara. “Erupsi dengan tinggi kolom abu tertutup kabut dan terjadi gempa dengan waktu 332 detik,” ujar Armen.

Dia mengungkapkan, untuk erupsi kedua, terjadi pada pukul 15.13 WIB. Dengan kondisi cuaca berkabut, tinggi kolom abu vulkanik juga tidak terpantau oleh petugas pemantau Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. “Visual tertutup kabut, angin sedang ke arah Timur-Tenggara. Sedangkan lama gempa, waktunya 286 detik,” tutur Armen Putra.

Armen Putra juga mengimbau seluruh warga di Kabupaten Karo untuk selalu waspada dan menjauhi zona merah sudah ditetapkan pemerintah setempat. Karena, dengan waktu tidak ditentukan, erupsi bisa terjadi kembali. “Kami mengimbau kepada warga untuk menjauh dari Gunung Sinabung, karena erupsi tidak bisa diprediksi,” harapnya.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus juga diimbau agar tetap menjaga kewaspadaan. Karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir. (deo/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/