MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang pasien suspect virus Unta atau MERS, KS (54) meninggal dunia di RSUP Adam Malik Medan. Warga Panyabungan, Sumut itu diduga mengidap penyakit itu usai pulang umroh dan mengalami keluhan mirip penderita yang terserang Middle East Respitatory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov).
“Pasien sempat dirawat beberapa jam di rumah sakit ini. Dia masuk kemarin sekitar pukul 10.20 WIB dan meninggal sekitar pukul 14.35 WIB,” kata Sairi br Saragih, Humas RSUP Adam Malik Medan saat dihubungi, Senin (5/5).
Dia memaparkan KS belum bisa dipastikan sebagai penderita virus Unta. Statusnya masih suspect, karena mengalami gejala-gejala mirip penderita yang terjangkit virus Unta, seperti gangguan pernapasan berat, demam dan dan batuk. Selain itu, Ks juga diketahui baru pulang umrah pada Jumat (3/5) lalu.
“Kami belum sempat lakukan observasi, karena pasien sudah meninggal,” jelas Sairi.
KS ternyata juga sempat dirawat beberapa jam di RSU Permata Bunda, Medan. Dia dirujuk ke RSUP Adam Malik karena tenaga medis yang kala itu ditangani DR.Dr Umar Zein khawatir dia menderita Virus Unta.
“Pasien itu masuk Sabtu (3/5) malam. Sempat dirawat beberapa jam, kami bawa ke RSUP Adam Malik karena dugaannya mirip dengan penderita MERS (Virus Unta) dan dia baru pulang umroh. Kalau kasus seperti ini kan tidak boleh kami tangani sendiri, makanya kami rujuk,” terang dr Umar Zein yang menangani KS di RSU Permata Bunda, saat dihubungi POSMETRO MEDAN, Senin (5/5) malam.
KS diketahui sering ke Medan dan menginap di rumah anaknya di Jalan Selamat, Gang Amal, Simpang Limun, Medan Amplas. Saat wartawan menelusuri alamt itu sempat kesulitan. Pasalnya alamat yang tertera di RSUP Adam Malik, tertulis Warga Jalan Selamat, Gang Amal No 15, dan setelah ditelusuri ternyata No 145.
Namun saat kediaman korban disambangi, ternyata jenazahnya sudah diboyong ke kampungnya di Panyabungan, Mandailing Natal. Rumah Nomor 145 tersebut juga sudah tampak kosong.
Menurut para tetangga, KS bukanlah warga setempat, melainkan tinggal di rumah kontrakan anaknya. “Bukan warga sini dia (KS). Tapi anaknya yang tinggal disini. Anaknya kami panggil pak ustad. Dan mereka mengontrak di rumah pak Aris. Itu pak Aris,” ucap ibu-ibu yang nongkrong tepat di kediaman pemilik kontrakan, Aris.
Mengetahui pemilik rumah kontrakan, kru koran ini pun langsung menemui Aris. Kepada kru koran ini, lelaki yang bernama lengkap Abdul Haris Matondang mengatakan, kalau salah satu rumahnya dikontrak anak KS yang bernama Fahrul Rozi Hutasoit. “Anaknya yang tinggal disini. Namanya Fahrul Rozi Hutasoit. Kalau dia (Ks) tidak disini,” ucapnya.
Saat disinggung apakah KS sempat dibawa ke rumah kontrakannya sepulang dari umrah, pria berusia 65 tahun ini mengaku tidak mengetahuinya. “Tidak tahu kami. Mungkin aja malam. Meninggalnya pun kami tidak tahu. Kami tahu lantaran orang banyak datang kemari mencari alamat yang nomor 15. Padahal bukan nomor 15, melainkan nomor 145,” ujarnya sembari menyebutkan kalau Fahrul sendiri baru 2 bulan tinggal di rumah kontrakannya.
Lebih lanjut, dia menyebutkan, Fahrul sempat permisi kepada dirinya akan pulang malam Minggu. “Mungkin malam tanggal 4 itu bapaknya meninggal. Soalnya anaknya bilang sama saya nanti malam pulang,” ucapnya.
Kepada Aris, Fahrul mengaku berasal dari desa Sipolu-polu salah satu daerah di Panyabungan. “Katanya kampungnya di Sipolu-polu daerah Panyabungan. Dan infonya, jenazahnya dibawa kesana. Soalnya, tidak ada dibawa kemari jenazahnya,” ungkapnya.
Terpisah, E Manalu, Kepala Lingkungan VII, Kel. Sitirejo III, membenarkan kalau Ks bukanlah warganya. “Bukan warga kita dia. Anaknya yang tinggal disini. Tapi itupun belum terdata. Soalnya, dia tidak ada melapor ke kita kalau dia baru pindah,” ucapnya.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Sumut) mengantisipasi penyebaran virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) di provinsi tersebut. Jamaah yang baru selesai melaksanakan umrah diminta segera melapor jika menderita gejala flu berat.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Raden Roro Suryanti Hartati menyatakan, pihaknya terus bekerja sama lembaga penyelenggara haji dan umrah, dan memberikan penjelasan tentang penyebaran virus itu. Sejauh ini, tidak ada laporan tentang pasien yang positif terkena MERS di Sumut.
“Kemarin memang ada pasien yang menderita influenza sepulang umrah, dan meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit. Sejauh ini kita menduganya karena menderita influenza berat, karena keluarga tidak mengizinkan dilakukan pengambilan sampel,” kata Roro kepada wartawan, Senin (5/5).
Pengambilan sampel swap atau (usapan) tenggorokan perlu dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih mendetail di laboratorium. Hasil laboratorium dan pemeriksaan lainnya yang menentukan seseorang terkena MERS atau tidak.
Disebutkan Roro, secara umum sulit untuk menduga seorang pasien mengidap MERS, maupun Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan flu burung. Pasalnya tanda-tandanya yang secara umum sama. Yakni pasien menderita influenza berat dan susah bernafas. Sebab itu hasil pemeriksaan menyeluruh yang akan menentukan.
“Tetapi kita tetap waspada, dan melaporkan perkembangan terbaru ke Kementerian Kesehatan,” kata Roro.
Selain itu, kata Roro, pihaknya juga melakukan pemeriksaan terhadap rombongan yang ikut umrah bersama pasien yang akhirnya meninggal dunia tersebut, apakah menderita kondisi yang sama atau tidak. Proses pemeriksaan masih berlangsung dan hasilnya belum dipastikan.
111 ORANG MENINGGAL
Sementara itu, Otoritas kesehatan Arab Saudi mengumumkan virus Unta kembali menelan korban. Dua orang kembali meninggal dan menggenapkan kasus kematian sebab virus ini menjadi 111.
Situs asiaone.com melaporkan, Ahad (4/5), dua orang itu yakni lelaki tinggal di dekat pelabuhan Laut Merah, Kota Jeddah dan perempuan juga menderita tubercolosis (TBC) dan anemia meninggal di Makkah.
Sejak kemunculannya September 2012 kasus Virus Unta ini langsung cepat merebak dan sudah dilaporkan serta dikonfirmasi ke Amerika Serikat. Beberapa penelitian menunjukkan Unta sebagai kemungkinan penyebab virus.
MERS dianggap sepupu dari gangguan pernafasan atas akut (SARS). Virus Unta tidak terlalu mematikan dibanding SARS yang menginfeksi 8.273 dan sembilan persen diantaranya meninggal.
Namun belum ada anti virus Unta, dan mulai mewabah ke negara lain. Mesir menjadi negara pertama terkena wabah Virus Unta.(ind/bbs/bd)