25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Biaya ‘Normal’ Resepsi Capai Rp 855,2 Juta

Pengantin Korea-Ilustrasi.
Pengantin Korea-Ilustrasi.

Pasangan di Korea Selatan (Korsel) harus pusing tujuh keliling saat akan menikah. Biaya yang harus mereka siapkan luar biasa besar. Rata-rata biayanya mencapai Rp 855,2 juta. Karena banyak yang tidak sanggup mendanai, belakangan budget wedding mulai dilirik.

KIM Kwang-yoon, 34, dan Cho Jin-oh, 30, terlihat memesona dengan balutan gaun pernikahan mereka. Tidak tampak kelelahan di wajah keduanya. Padahal, sehari sebelumnya, kedua mempelai lembur hingga pukul 02.00. Sebab, mereka harus mempersiapkan pernikahan sendiri.

Pasangan pengantin baru itu menyewa ruangan di lantai dasar Balai Kota Seoul, Korsel, untuk tempat resepsi mereka. Biaya sewa gedung pemerintah tersebut cukup murah, yaitu USD 60 atau setara dengan sekitar Rp 800 ribu. Namun, lantaran biaya murah itulah, pasangan tersebut dan keluarganya harus bahu-membahu menyiapkan meja, kursi, dan berbagai perlengkapan lain. Gaun pengantin milik Cho bahkan dibeli secara online seharga USD 100 (sekitar Rp 1,3 juta). Untuk menekan biaya, jumlah tamu yang mereka undang pun terbatas.

“Saya tidak suka diundang orang yang tidak terlalu saya kenal. Jadi, orang lain mungkin memiliki pemikiran yang sama. Saya berharap pernikahan saya dirayakan orang yang memang ingin berada di sana,” ujar Cho terkait dengan pernikahannya yang sederhana.

Tidak sekadar ingin mengundang tamu yang dekat, keduanya juga mengadakan pernikahan secara sederhana. Mereka berdua benar-benar menekan biaya resepsi, mengingat event pernikahan “normal” ala Korsel bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Kim dan Cho belakangan tidak sendirian. Budget wedding ala mereka kian marak di negeri kiblatnya K-pop tersebut.

Berdasar survei oleh wedding planner Duo, menghelat pernikahan di Korsel butuh setidaknya USD 64 ribu atau setara dengan Rp 855,2 juta. Biaya itu dua kali lipat jika dibandingkan dengan pernikahan di Amerika Serikat (AS) pada umumnya. Uang pernikahan tersebut hampir setara dengan empat kali penghasilan tahunan mereka.

“Biaya pernikahan sangat tinggi karena penduduk Korsel menggabungkan pernikahan adat dan ala Barat menjadi satu,” jelas perencana senior di Duo, Lee Sung-hee.

Bagi penduduk Korsel, pernikahan memang ajang untuk menunjukkan status mereka di masyarakat. Ratusan orang diundang dan hadiah-hadiah mahal diberikan. Anggaran pernikahan yang dirilis Duo di atas belum termasuk biaya perumahan. Biasanya rumah diberikan oleh orang tua mempelai.

Karena itulah, bila bukan orang kaya, biasanya pernikahan direncanakan jauh hari sebelumnya untuk menyiapkan modal. Biasanya orang tua harus meminjam uang dari berbagai pihak untuk menutup kekurangan. Bahkan, gara-gara biaya pernikahan tersebut, jarang sekali orang menikah pada usia 20-an tahun. Mereka menunda pernikahan yang berdampak pada terus menurunnya angka kelahiran. Tidak ingin hal itu terus berlanjut, pemerintah Korsel akhirnya menyewakan gedung-gedung mereka dengan harga murah sejak tahun lalu. Pada tahun yang sama, tren budget wedding mulai muncul.

Tren budget wedding dimulai tahun lalu oleh para selebriti. Misalnya saja, bulan lalu bintang film Won Bin dan Le Na-young menikah di daerah pertanian gandum yang terletak 150 kilometer dari Seoul. Keduanya melangsungkan pernikahan sederhana dan mengundang 50 tamu saja.

Menurut Duo, permintaan atas budget wedding saat ini meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan dengan 2008. Alasannya tidak hanya terinspirasi selebriti. Perekonomian yang melambat, usia yang tidak muda lagi, serta orang tua yang hampir pensiun dan tidak lagi mempunyai banyak uang menjadi alasan tersendiri.

“Karena usia pasangan yang menikah kian matang, mereka lebih memilih melakukannya secara konvensional dan permintaan orang tua (maskawin, Red) juga lebih mudah,” tegas Lee Sung-hee. (Reuters/sha/c14/tia)

Pengantin Korea-Ilustrasi.
Pengantin Korea-Ilustrasi.

Pasangan di Korea Selatan (Korsel) harus pusing tujuh keliling saat akan menikah. Biaya yang harus mereka siapkan luar biasa besar. Rata-rata biayanya mencapai Rp 855,2 juta. Karena banyak yang tidak sanggup mendanai, belakangan budget wedding mulai dilirik.

KIM Kwang-yoon, 34, dan Cho Jin-oh, 30, terlihat memesona dengan balutan gaun pernikahan mereka. Tidak tampak kelelahan di wajah keduanya. Padahal, sehari sebelumnya, kedua mempelai lembur hingga pukul 02.00. Sebab, mereka harus mempersiapkan pernikahan sendiri.

Pasangan pengantin baru itu menyewa ruangan di lantai dasar Balai Kota Seoul, Korsel, untuk tempat resepsi mereka. Biaya sewa gedung pemerintah tersebut cukup murah, yaitu USD 60 atau setara dengan sekitar Rp 800 ribu. Namun, lantaran biaya murah itulah, pasangan tersebut dan keluarganya harus bahu-membahu menyiapkan meja, kursi, dan berbagai perlengkapan lain. Gaun pengantin milik Cho bahkan dibeli secara online seharga USD 100 (sekitar Rp 1,3 juta). Untuk menekan biaya, jumlah tamu yang mereka undang pun terbatas.

“Saya tidak suka diundang orang yang tidak terlalu saya kenal. Jadi, orang lain mungkin memiliki pemikiran yang sama. Saya berharap pernikahan saya dirayakan orang yang memang ingin berada di sana,” ujar Cho terkait dengan pernikahannya yang sederhana.

Tidak sekadar ingin mengundang tamu yang dekat, keduanya juga mengadakan pernikahan secara sederhana. Mereka berdua benar-benar menekan biaya resepsi, mengingat event pernikahan “normal” ala Korsel bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Kim dan Cho belakangan tidak sendirian. Budget wedding ala mereka kian marak di negeri kiblatnya K-pop tersebut.

Berdasar survei oleh wedding planner Duo, menghelat pernikahan di Korsel butuh setidaknya USD 64 ribu atau setara dengan Rp 855,2 juta. Biaya itu dua kali lipat jika dibandingkan dengan pernikahan di Amerika Serikat (AS) pada umumnya. Uang pernikahan tersebut hampir setara dengan empat kali penghasilan tahunan mereka.

“Biaya pernikahan sangat tinggi karena penduduk Korsel menggabungkan pernikahan adat dan ala Barat menjadi satu,” jelas perencana senior di Duo, Lee Sung-hee.

Bagi penduduk Korsel, pernikahan memang ajang untuk menunjukkan status mereka di masyarakat. Ratusan orang diundang dan hadiah-hadiah mahal diberikan. Anggaran pernikahan yang dirilis Duo di atas belum termasuk biaya perumahan. Biasanya rumah diberikan oleh orang tua mempelai.

Karena itulah, bila bukan orang kaya, biasanya pernikahan direncanakan jauh hari sebelumnya untuk menyiapkan modal. Biasanya orang tua harus meminjam uang dari berbagai pihak untuk menutup kekurangan. Bahkan, gara-gara biaya pernikahan tersebut, jarang sekali orang menikah pada usia 20-an tahun. Mereka menunda pernikahan yang berdampak pada terus menurunnya angka kelahiran. Tidak ingin hal itu terus berlanjut, pemerintah Korsel akhirnya menyewakan gedung-gedung mereka dengan harga murah sejak tahun lalu. Pada tahun yang sama, tren budget wedding mulai muncul.

Tren budget wedding dimulai tahun lalu oleh para selebriti. Misalnya saja, bulan lalu bintang film Won Bin dan Le Na-young menikah di daerah pertanian gandum yang terletak 150 kilometer dari Seoul. Keduanya melangsungkan pernikahan sederhana dan mengundang 50 tamu saja.

Menurut Duo, permintaan atas budget wedding saat ini meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan dengan 2008. Alasannya tidak hanya terinspirasi selebriti. Perekonomian yang melambat, usia yang tidak muda lagi, serta orang tua yang hampir pensiun dan tidak lagi mempunyai banyak uang menjadi alasan tersendiri.

“Karena usia pasangan yang menikah kian matang, mereka lebih memilih melakukannya secara konvensional dan permintaan orang tua (maskawin, Red) juga lebih mudah,” tegas Lee Sung-hee. (Reuters/sha/c14/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/