SUMUTPOS.CO – Alat cuci darah atau mesin Hemodialisa (HD) yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, sering rusak. Akibatnya, kerap terjadi antrean panjang, karena jadwal cuci darah menjadi tertunda sehingga pasien harus menunggu.
Namun sebentar lagi persoalan itu bakal teratasi. Sebab, rumah sakit milik pemerintah tesebut akan menambah mesin Hemodialisa sebanyak 65 unit. Jika sebelumnya jumlahnya hanya 35 unit, maka dalam waktu dekat ini akan menjadi 100 unit. “Penambahan tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. Harusnya bulan kemaren sudah bisa beroperasi. Tapi kita yakin, bulan Juli ini mesin-mesin HD itu sudah bisa melayani pasien, ” ujar Direktur Utama RSUP H Adam Malik, dr Bambang Prabowo MKes.
Bambang menjelaskan, jika kerusakan yang terjadi pada mesin HD di RSUP H Adam Malik dikarenakan mesin harus dipaksa bekerja hingga 3 sift, mengingat banyaknya jumlah pasien yang memang membutuhkan. Untuk itu, setelah dilakukan penambahan, keawetan mesin dapat terjaga.
Dikatakan Bambang, RSUP H Adam Malik sudah menjalin kerjasama dengan vendor tertentu untuk melakukan Kerjasama Operasional (KSO) dalam hal penambahan mesin HD. KSO itu melakukan investasi besar, sekitar Rp13 miliar.”Sejauh ini sebetulnya mesin itu sudah ready (siap,Red), termasuk bahan dan keberadaan gedungnya nanti,” pungkasnya.
Sebelumnya, sejumlah keluarga pasien penderita sakit ginjal mengeluhkan alat mesin pencuci darah di RSUP H Adam Malik yang sering mengalami kerusakan. Seperti yang dikatakan Rulih, sewaktu mengantarkan ayahnya melakukan cuci darah, sudah empat kali di hari yang berbeda terpaksa pulang karena mesin rusak.
“Sudah empat kali kami menunggu diperbaiki mesinnya. Tapi karena sudah menunggu dua jam namun belum selesai juga diperbaiki, ayah saya mengajak pulang,” ungkapnya.
Warga yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal ini pun bingung kenapa sekelas RSUP H Adam Malik bisa seperti itu. Ia berharap, agar mesin cuci darah di rumah sakit itu dapat segera diperbaiki.
“Pernah juga saat jadwal ayah cuci darah di gelombang I, tapi di saat itu pula mesinnya rusak. Sehingga kami harus datang lagi pada jadwal gelombang kedua di hari sama, dan mau tidak mau, harus mengantre lagi dengan pasien di gelombang kedua,” keluhnya.
Senada, keluarga pasien lainnya, Boru Padang (22) asal Pakpak Bharat yang menemani ibunya cuci darah, mengaku pernah sampai harus menunggu dua kali untuk mendapatkan jadwal karena mesinnya diperbaiki. Padahal, cuci darah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh ibunya. (ain/ila)