30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

‘Kami Ingin Berkumpul Bersama si Kembar di Kampung’

idris/sumut pos
ORANGTUA: Adam dan Malik bersama dengan kedua orang tuanya di ruang perinatologi RSUP Haji Adam Malik Medan, Jumat (5/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orang tua bayi kembar siam dempet perut, berharap kedua buah hatinya, Adam dan Malik yang hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, agar segera menjalani operasi pemisahan.

Sebab, mereka ingin membawa pulang kedua putra kembarnya itu ke kampung halaman, Tapanuli Utara (Taput).

“Saya berharap si kembar cepat dioperasi, sehingga bisa sama kami (keluarga). Sebab sejak lahir dia di rumah sakit terus. Makanya, saya berdoa bila nanti dilakukan operasi pemisahan bayi kami selamat dan bisa berkumpul di kampung,” ujar ibu bayi kembar Nurida br Hombing bersama suaminya Juliadi Silitonga, Jumat (5/7).

Nurida juga berharap ada bantuan untuk si kembar yang diberi nama Adam dan Malik, sehingga dapat meringankan kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat. Sepert,i popok dan kebutuhan lainnyan

Terlebih, setelah dioperasi nanti membutuhkan asupan gizi yang seimbang, mengingat kedua bayi sudah berusia 7 bulan dan boleh makan makanan tambahan.

“Popok dan kebutuhan lain si kembar saat ini dapat bantuan dari Dinas Sosial Pemkab Taput. Sebelumnya, juga dibantu oleh pihak rumah sakit. Karena, kami memiliki masalah ekonomi lantaran bapaknya tidak lagi bekerja sebagai buruh getah karet,” ujarnya lirih.

Senada disampaikan Juliadi. Ia mengaku saat ini sudah melewati masa lelahnya setelah selama 7 bulan berada di rumah sakit tersebut menunggu kedua buah hatinya secara bergantian dengan istrinya. Namun demikian, kini harus berpasrah dengan keadaan karena kesulitan ekonomi. “Saya hanya memiliki pekerjaan sebagai buruh getah karet. Ini anak kami ketiga dan keempat, saya tidak menyangka dengan keadaan Adam dan Malik,” ucapnya.

Diutarakan Juliadi, Adam dan Malik lahir di RSUD Sibolga dengan berat badan 4,7 kg. Setelah dirawat selama beberapa hari, kemudian dipindah ke RSUP Haji Adam Malik, Medan. “Saya sempat berpikir untuk membawanya pulang ke rumah, di Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan, Taput dan merawatnya di sana. Namun, pihak rumah sakit melarang karena alasan medis,” tuturnya.

Ia menyebutkan, sudah pontang-panting merawat Adam dan Malik. Sebab harus meninggalkan anak pertama dan keduanya yang dititipkan ke orangtua serta mertuanya. Anak pertama adalah Jevanya Joi Silitonga (5), berada di Desa Manalu Purba. Sedangkan anak kedua, Rahel Silitonga (2,5) di Tapanuli Selatan.

“Pekerjaan saya sebagai buruh tak lagi bisa dilakukan karena harus merawat Adam dan Malik. Tapi, beruntung karena biaya perawatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Akan tetapi, untuk membeli popok dan perlengkapan bayi tidak punya uang sehingga mengharapkan uluran tangan donatur yang datang,” harapnya.

Disinggung mengenai operasi pemisahan kedua anaknya, Juliadi tak menampik. Kata dia, sebelumnya sudah ada pembicaraan dengan tim dokter namun belum ada ditentukan tanggal dan waktunya. “Kondisi kedua bayi saat ini sehat dan sudah bisa dilakukan operasi pemisahan. Harapannya, operasi nanti berjalan lancar dan mudah-mudahan sehat,” pungkasnya.

Sementara, Kasubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, kondisi bayi kembar tersebut secara umum sehat. “Kita sudah membentuk tim untuk penanganan Adam dan Malik karena pemisahan bayi kembar siam ini sudah direncanakan akan melibatkan banyak dokter, seperti dokter anestesi, dokter bedah, dokter anak, dan lainnya,” kata Rosa.

Dari pemeriksaan sejauh ini, sebut dia, diperoleh hasil tidak ada yang mengkhawatirkan. Artinya, dua bayi tersebut memiliki organ tubuh yang lengkap. “Hanya berdempetan pada perut bagian atas saja, masing-masing bayi memiliki organ tubuh yang lengkap. Tim dokter masih berproses karena ini operasi besar yang melibatkan banyak bagian. Kita juga perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung serta fisik si kembar,” jelasnya.

Rosa menambahkan, sarana dan prasarananya sendiri pihak rumah sakit mengkalkulasi kemungkinan terburuk. Dengan kata lain, walaupun kondisi si bayi baik tidak menutup kemungkinan siapa tahu nanti ada keadaan yang tidak diinginkan. “Jadi sarana dan prasarana untuk itu harus dipersiapkan agar rencana operasi itu matang,” pungkasnya. (ris/ila)

idris/sumut pos
ORANGTUA: Adam dan Malik bersama dengan kedua orang tuanya di ruang perinatologi RSUP Haji Adam Malik Medan, Jumat (5/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orang tua bayi kembar siam dempet perut, berharap kedua buah hatinya, Adam dan Malik yang hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, agar segera menjalani operasi pemisahan.

Sebab, mereka ingin membawa pulang kedua putra kembarnya itu ke kampung halaman, Tapanuli Utara (Taput).

“Saya berharap si kembar cepat dioperasi, sehingga bisa sama kami (keluarga). Sebab sejak lahir dia di rumah sakit terus. Makanya, saya berdoa bila nanti dilakukan operasi pemisahan bayi kami selamat dan bisa berkumpul di kampung,” ujar ibu bayi kembar Nurida br Hombing bersama suaminya Juliadi Silitonga, Jumat (5/7).

Nurida juga berharap ada bantuan untuk si kembar yang diberi nama Adam dan Malik, sehingga dapat meringankan kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat. Sepert,i popok dan kebutuhan lainnyan

Terlebih, setelah dioperasi nanti membutuhkan asupan gizi yang seimbang, mengingat kedua bayi sudah berusia 7 bulan dan boleh makan makanan tambahan.

“Popok dan kebutuhan lain si kembar saat ini dapat bantuan dari Dinas Sosial Pemkab Taput. Sebelumnya, juga dibantu oleh pihak rumah sakit. Karena, kami memiliki masalah ekonomi lantaran bapaknya tidak lagi bekerja sebagai buruh getah karet,” ujarnya lirih.

Senada disampaikan Juliadi. Ia mengaku saat ini sudah melewati masa lelahnya setelah selama 7 bulan berada di rumah sakit tersebut menunggu kedua buah hatinya secara bergantian dengan istrinya. Namun demikian, kini harus berpasrah dengan keadaan karena kesulitan ekonomi. “Saya hanya memiliki pekerjaan sebagai buruh getah karet. Ini anak kami ketiga dan keempat, saya tidak menyangka dengan keadaan Adam dan Malik,” ucapnya.

Diutarakan Juliadi, Adam dan Malik lahir di RSUD Sibolga dengan berat badan 4,7 kg. Setelah dirawat selama beberapa hari, kemudian dipindah ke RSUP Haji Adam Malik, Medan. “Saya sempat berpikir untuk membawanya pulang ke rumah, di Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan, Taput dan merawatnya di sana. Namun, pihak rumah sakit melarang karena alasan medis,” tuturnya.

Ia menyebutkan, sudah pontang-panting merawat Adam dan Malik. Sebab harus meninggalkan anak pertama dan keduanya yang dititipkan ke orangtua serta mertuanya. Anak pertama adalah Jevanya Joi Silitonga (5), berada di Desa Manalu Purba. Sedangkan anak kedua, Rahel Silitonga (2,5) di Tapanuli Selatan.

“Pekerjaan saya sebagai buruh tak lagi bisa dilakukan karena harus merawat Adam dan Malik. Tapi, beruntung karena biaya perawatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Akan tetapi, untuk membeli popok dan perlengkapan bayi tidak punya uang sehingga mengharapkan uluran tangan donatur yang datang,” harapnya.

Disinggung mengenai operasi pemisahan kedua anaknya, Juliadi tak menampik. Kata dia, sebelumnya sudah ada pembicaraan dengan tim dokter namun belum ada ditentukan tanggal dan waktunya. “Kondisi kedua bayi saat ini sehat dan sudah bisa dilakukan operasi pemisahan. Harapannya, operasi nanti berjalan lancar dan mudah-mudahan sehat,” pungkasnya.

Sementara, Kasubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, kondisi bayi kembar tersebut secara umum sehat. “Kita sudah membentuk tim untuk penanganan Adam dan Malik karena pemisahan bayi kembar siam ini sudah direncanakan akan melibatkan banyak dokter, seperti dokter anestesi, dokter bedah, dokter anak, dan lainnya,” kata Rosa.

Dari pemeriksaan sejauh ini, sebut dia, diperoleh hasil tidak ada yang mengkhawatirkan. Artinya, dua bayi tersebut memiliki organ tubuh yang lengkap. “Hanya berdempetan pada perut bagian atas saja, masing-masing bayi memiliki organ tubuh yang lengkap. Tim dokter masih berproses karena ini operasi besar yang melibatkan banyak bagian. Kita juga perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung serta fisik si kembar,” jelasnya.

Rosa menambahkan, sarana dan prasarananya sendiri pihak rumah sakit mengkalkulasi kemungkinan terburuk. Dengan kata lain, walaupun kondisi si bayi baik tidak menutup kemungkinan siapa tahu nanti ada keadaan yang tidak diinginkan. “Jadi sarana dan prasarana untuk itu harus dipersiapkan agar rencana operasi itu matang,” pungkasnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/