32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Puskesmas Lambat Tangani ISPA

DANIL SIREGAR/SUMUT POS MASKER: Seorang pengendara sepeda motor menggunakan masker menghindari kabut asap saat melintas di Jalan Agus Salim Medan,Senin (5/10). Sementara foto bawah patung A Yani Jalan Sudirman Medan tampak gelap tertutup kabut asap.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS
MASKER: Seorang pengendara sepeda motor menggunakan masker menghindari kabut asap saat melintas di Jalan Agus Salim Medan,Senin (5/10). Sementara foto bawah patung A Yani Jalan Sudirman Medan tampak gelap tertutup kabut asap.

MEDAN, SUMUTPOS.CO-Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat kabut asap yang menyelimuti Kota Medan sebulan terakhir ini belum dapat diketahui. Pasalnya, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) bergerak lambat karena belum semua puskesmas di Kota Medan selesai melakukan pendataan. Padahal kabut asap yang terjadi sudah memasuki hampir dua bulan lamanya di Kota Medan.

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan  Kota Medan, Pocut Fatimah Fitri mengakui, jumlah penderita ISPA untuk September belum ada lantaran pendataan dari beberapa puskesmas di Medan belum selesai.

“Puskesmas tutup buku tiap tanggal 1, jadi ini masih proses rekap. Biasanya semua data keluar di atas tanggal 10 yah,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (5/10). Katanya,
Lanjutnya, jumlah ISPA pada Juli 2015 mencapai 21.466 penderita. Sementara itu, pada Agustus 2015 mencapai 20.533 penderita.

Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI menyampaikan, berdasarkan pengalamannya perekapan jumlah atau data baru selesai di tanggal 10, namun seharusanya kemajuan teknologi saat ini bisa lebih memudahkan dan membuat pendataan bisa lebih cepat. “Sekarangkan era komputerisasi, harusnya bisa lebih cepat, agar lebih cepat ketahuan berapa jumlahnya,” katanya.

Prediksi Umar Zein, peningkatan jumlah penderita ISPA di bulan ini bisa lebih tinggi melihat kasus yang terjadi baru-baru ini.

“Pengalaman pribadi, di tempat praktek peningkatan kasus gak banyak karena abang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya.

Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak”Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.

Tidak hanya kepada anak-anak, sambungnya, polusi udara juga berpengaruh cepat kepada mereka yang menderita penyakit paru kronis seperti pada orang tua atau Balita.  “Kalau dengan adanya hujan, ini masih menguntungkan karena polusinya turun,” katanya. (put/azw)

DANIL SIREGAR/SUMUT POS MASKER: Seorang pengendara sepeda motor menggunakan masker menghindari kabut asap saat melintas di Jalan Agus Salim Medan,Senin (5/10). Sementara foto bawah patung A Yani Jalan Sudirman Medan tampak gelap tertutup kabut asap.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS
MASKER: Seorang pengendara sepeda motor menggunakan masker menghindari kabut asap saat melintas di Jalan Agus Salim Medan,Senin (5/10). Sementara foto bawah patung A Yani Jalan Sudirman Medan tampak gelap tertutup kabut asap.

MEDAN, SUMUTPOS.CO-Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat kabut asap yang menyelimuti Kota Medan sebulan terakhir ini belum dapat diketahui. Pasalnya, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) bergerak lambat karena belum semua puskesmas di Kota Medan selesai melakukan pendataan. Padahal kabut asap yang terjadi sudah memasuki hampir dua bulan lamanya di Kota Medan.

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan  Kota Medan, Pocut Fatimah Fitri mengakui, jumlah penderita ISPA untuk September belum ada lantaran pendataan dari beberapa puskesmas di Medan belum selesai.

“Puskesmas tutup buku tiap tanggal 1, jadi ini masih proses rekap. Biasanya semua data keluar di atas tanggal 10 yah,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (5/10). Katanya,
Lanjutnya, jumlah ISPA pada Juli 2015 mencapai 21.466 penderita. Sementara itu, pada Agustus 2015 mencapai 20.533 penderita.

Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI menyampaikan, berdasarkan pengalamannya perekapan jumlah atau data baru selesai di tanggal 10, namun seharusanya kemajuan teknologi saat ini bisa lebih memudahkan dan membuat pendataan bisa lebih cepat. “Sekarangkan era komputerisasi, harusnya bisa lebih cepat, agar lebih cepat ketahuan berapa jumlahnya,” katanya.

Prediksi Umar Zein, peningkatan jumlah penderita ISPA di bulan ini bisa lebih tinggi melihat kasus yang terjadi baru-baru ini.

“Pengalaman pribadi, di tempat praktek peningkatan kasus gak banyak karena abang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya.

Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak”Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.

Tidak hanya kepada anak-anak, sambungnya, polusi udara juga berpengaruh cepat kepada mereka yang menderita penyakit paru kronis seperti pada orang tua atau Balita.  “Kalau dengan adanya hujan, ini masih menguntungkan karena polusinya turun,” katanya. (put/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/