25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Diduga Pertamina Sengaja Menahan, Kuota Premium Banyak tapi Langka di SPBU

FILE/SUMUT POS
ISI BBM: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) Premium ke tangki sepeda motor di SPBU di Jalan Brigjend Katamso, Medan, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium kian langka didapati di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Medan. Padahal, bagi penarik becak bermotor, angkutan kota (angkot) dan masyarakat ekonomi lemah, masih sangat membutuhkan jenis Premium untuk kendaraan yang mereka gunakan.

Melihat kondisi kelangkaan BBM jenis Premium, kalangan dewan menyebutkan kebijakan tersebut sangat memberatkan masyarakat. Bahkan dikhawatirkan akan muncul perlawanan yang mengarah tindakan brutal akibat barang subsidi tidak lagi menjadi ‘menu’ di banyak SPBU.”Harusnya kalau sesuai stok, tidak mungkin langka. Soalnya masih banyak kuota untuk Sumut,” ujar Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumut Aripay Tambunan.

Menurutnya, jika kuota Premium masih ada dan tetap didistrubusikan untuk masyarakat, maka seharusnya bisa didapatkan di berbagai SPBU yang ada di Kota Medan hingga Sumut. Jika tidak, maka ada dugaan barang subsidi itu sengaja ditahan oleh Pertamina. Hal ini yang menurutnya akan memberatkan bagi rakyat yang berharap bisa diringankan dengan kehadiran BBM bersubsidi.

“Kalau masih banyak, maka ada dugaan sengaja ditahan. Bisa saja BUMN ini sengaja bersiasat atau membatasi. Atau bisa juga karena Negara sedang kesulitan uang,” lanjutnya.

Dirinya juga menekankan, harusnya SPBU menebus atau menyediakan ‘menu’ premium kepada masyarakat. Sebab, aturan penyediaan BBM juga menyertakan yang bersubsidi. Sehingga, sudah sepantasnya pemilik fasilitas sarana pengisian bahan bakar tersebut diberi sanksi.”Inilah kebijakan yang memberatkan masyarakat kecil. Kebijakan ini tentu salah. Sebab kita sudah dapat informasi, kuota masih banyak,” katanya.

Politisi PAN ini juga meminta pemerintah memastikan agar tidak ada lagi istilah Premium langka di pasaran. Sebagaimana kondisi sekarang, sebagian besar SPBU tidak lagi menyediakan BBM jenis ini. Jika ada, ketersediaannya terbatas dan dalam waktu beberapa jam saja sudah habis.

“Yang jelas, waktu kunjungan ke BPH Migas, di situ kita tahu bahwa masih banyak kuota. Makanya SPBU itu wajib menebusnya (untuk dijual ke masyarakat kecil),” lanjutnya.

Dirinya juga menilai, jika kondisi yang ada saat ini, menunjukkan banyak pelanggaran yang dilakukan pihak SPBU atau Pertamina dalam hal penyediaan BBM bersubsidi.

Namun masyarakat sendiri seakan tidak diberikan pilihan untuk bisa memperoleh barang yang masih cukup murah dan jadi tanggungjawab Negara, baik penyediaan maupun penetapan harga.

“Makanya, kita khawatir muncul perlawanan rakyat. Khususnya mahasiswa bisa saja brutal kalau kondisi seperti ini terus berlangsung,” pungkasnya.

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I menyebutkan, ada 149 SPBU di Sumut masih menjual BBM jenis Premium. Dengan ini, perusahaan plat merah ini, menjamin pasokan premium di tengah masyarakat.

“Untuk distribusi premium mencapai 1.224 Kiloliter (KL) per harinya di Sumut ini,” ujar Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto saat dikonfirmasi Sumut Pos, Senin (5/11) siang.

Rudi mengatakan, meski persedia Premium tetap terus disalurkan. Namun, masyarakat sudah pintar dengan menyesuaikan kebutuhan kendaraan bermotornya dengan BBM berkualitas. Seperti, Pertalite, Pertamax, hingga Pertamax Turbo dan lain-lainnya.

“Artinya, masyarakat yang datang menggunakan BBM nonsubsidi. Kami selaku penyedia salah satu BBM nonsubsidi sangat berharap tetap royal dengan produk-produk berkualitas Pertalite ke atas,” tutur Rudi.

Menurut Rudi, pihaknya juga melakukan program-program edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat untuk tetap menggunakan BBM nonsubsidi dan berkualitas. Kemudian, memiliki keunggulan bagi mesin kendaraan bermotor.

“Melalui Promo Berkah Energi Pertamina, sampai saat ini, pengguna BBM nonsubsidi jumlahnya sangat tinggi di MOR I dibandingkan daerah-daerah di Pulau Jawa ya. Kita berharap upaya persuasi secara marketing sebagai badan usaha wajar melakukan promosi-promosi sehingga menekan untuk peralihan tersebut,” pungkasnya. (bal/gus/ila)

FILE/SUMUT POS
ISI BBM: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) Premium ke tangki sepeda motor di SPBU di Jalan Brigjend Katamso, Medan, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium kian langka didapati di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Medan. Padahal, bagi penarik becak bermotor, angkutan kota (angkot) dan masyarakat ekonomi lemah, masih sangat membutuhkan jenis Premium untuk kendaraan yang mereka gunakan.

Melihat kondisi kelangkaan BBM jenis Premium, kalangan dewan menyebutkan kebijakan tersebut sangat memberatkan masyarakat. Bahkan dikhawatirkan akan muncul perlawanan yang mengarah tindakan brutal akibat barang subsidi tidak lagi menjadi ‘menu’ di banyak SPBU.”Harusnya kalau sesuai stok, tidak mungkin langka. Soalnya masih banyak kuota untuk Sumut,” ujar Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumut Aripay Tambunan.

Menurutnya, jika kuota Premium masih ada dan tetap didistrubusikan untuk masyarakat, maka seharusnya bisa didapatkan di berbagai SPBU yang ada di Kota Medan hingga Sumut. Jika tidak, maka ada dugaan barang subsidi itu sengaja ditahan oleh Pertamina. Hal ini yang menurutnya akan memberatkan bagi rakyat yang berharap bisa diringankan dengan kehadiran BBM bersubsidi.

“Kalau masih banyak, maka ada dugaan sengaja ditahan. Bisa saja BUMN ini sengaja bersiasat atau membatasi. Atau bisa juga karena Negara sedang kesulitan uang,” lanjutnya.

Dirinya juga menekankan, harusnya SPBU menebus atau menyediakan ‘menu’ premium kepada masyarakat. Sebab, aturan penyediaan BBM juga menyertakan yang bersubsidi. Sehingga, sudah sepantasnya pemilik fasilitas sarana pengisian bahan bakar tersebut diberi sanksi.”Inilah kebijakan yang memberatkan masyarakat kecil. Kebijakan ini tentu salah. Sebab kita sudah dapat informasi, kuota masih banyak,” katanya.

Politisi PAN ini juga meminta pemerintah memastikan agar tidak ada lagi istilah Premium langka di pasaran. Sebagaimana kondisi sekarang, sebagian besar SPBU tidak lagi menyediakan BBM jenis ini. Jika ada, ketersediaannya terbatas dan dalam waktu beberapa jam saja sudah habis.

“Yang jelas, waktu kunjungan ke BPH Migas, di situ kita tahu bahwa masih banyak kuota. Makanya SPBU itu wajib menebusnya (untuk dijual ke masyarakat kecil),” lanjutnya.

Dirinya juga menilai, jika kondisi yang ada saat ini, menunjukkan banyak pelanggaran yang dilakukan pihak SPBU atau Pertamina dalam hal penyediaan BBM bersubsidi.

Namun masyarakat sendiri seakan tidak diberikan pilihan untuk bisa memperoleh barang yang masih cukup murah dan jadi tanggungjawab Negara, baik penyediaan maupun penetapan harga.

“Makanya, kita khawatir muncul perlawanan rakyat. Khususnya mahasiswa bisa saja brutal kalau kondisi seperti ini terus berlangsung,” pungkasnya.

Sementara itu, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I menyebutkan, ada 149 SPBU di Sumut masih menjual BBM jenis Premium. Dengan ini, perusahaan plat merah ini, menjamin pasokan premium di tengah masyarakat.

“Untuk distribusi premium mencapai 1.224 Kiloliter (KL) per harinya di Sumut ini,” ujar Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto saat dikonfirmasi Sumut Pos, Senin (5/11) siang.

Rudi mengatakan, meski persedia Premium tetap terus disalurkan. Namun, masyarakat sudah pintar dengan menyesuaikan kebutuhan kendaraan bermotornya dengan BBM berkualitas. Seperti, Pertalite, Pertamax, hingga Pertamax Turbo dan lain-lainnya.

“Artinya, masyarakat yang datang menggunakan BBM nonsubsidi. Kami selaku penyedia salah satu BBM nonsubsidi sangat berharap tetap royal dengan produk-produk berkualitas Pertalite ke atas,” tutur Rudi.

Menurut Rudi, pihaknya juga melakukan program-program edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat untuk tetap menggunakan BBM nonsubsidi dan berkualitas. Kemudian, memiliki keunggulan bagi mesin kendaraan bermotor.

“Melalui Promo Berkah Energi Pertamina, sampai saat ini, pengguna BBM nonsubsidi jumlahnya sangat tinggi di MOR I dibandingkan daerah-daerah di Pulau Jawa ya. Kita berharap upaya persuasi secara marketing sebagai badan usaha wajar melakukan promosi-promosi sehingga menekan untuk peralihan tersebut,” pungkasnya. (bal/gus/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/