26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Memasak di Dapur Oke, Kemudikan Kapal pun Bisa

Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

SURYO EKO PRASETYO, KRI Banda Aceh

Tiga perempuan tersebut merupakan anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) yang bertugas di KRI Banda Aceh. Mereka adalah Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani. Kini ketiganya terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Selain mereka, terdapat tiga anggota Kowal lain di kapal tersebut. Namun, ketiganya sedang mengambil cuti sehingga lebih banyak berada di dalam kamar.

Senin siang (5/1) itu, dalam perjalanan ke Semarang untuk mengisi bahan bakar dan mengisi ulang bekal, dari pengeras suara kapal, tiba-tiba terdengar suara lantang Kepala Departemen Operasi KRI Banda Aceh Mayor Laut (P) Cahyo Hendro Guritno.

“Segenap awak KRI Banda Aceh, kami mengucapkan selamat ulang tahun ke-52 kepada Korps Wanita Angkatan Laut. Jalesveva Jayamahe,” seru Cahyo.

Ucapan itu spontan disambut gegap gempita para awak kapal yang mayoritas pria. Sebagian sedang berjaga di geladak dan yang lain beristirahat di ruangan masing-masing. Ada pula yang berinisiatif mendatangi salah satu kamar di geladak tengah, tempat para Kowal itu tinggal.

Tidak berapa lama, pintu kamar perlahan terbuka. Tiga anggota Kowal menyambut ucapan selamat dari rekan-rekan prianya tersebut. Di antara 100 personel di kapal jenis landing ship tank itu, enam orang adalah tentara perempuan.

“Tapi, tiga kawan kami sedang cuti. Mereka tinggal di kamar sebelah,” ujar Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani saat menemui Jawa Pos yang turut mengucapkan selamat ulang tahun ke-52 Kowal yang jatuh tepat hari itu.

Bersama Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah dan Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, Tri tergabung dalam satuan tugas dukungan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dalam Search and Rescue AirAsia QZ8501 unsur laut. Satgas itu berada di bawah naungan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat.

Mereka bersama 90-an anggota KRI Banda Aceh meninggalkan pangkalan di Tanjung Priok, Jakarta, sejak Senin malam (29/12), sehari setelah insiden AirAsia QZ8501 kehilangan kontak. Pada tahap awal, mereka ditugaskan berlayar selama 20 hari.

“Sebagai Kowal, kami harus siap ditugaskan setiap saat. Termasuk dalam misi kemanusiaan ini,” terang Tri. Sebelum bertugas di KRI Banda Aceh, Kowal yang lahir di Pasuruan, 6 Maret 1992, tersebut berdinas sebagai staf departemen logistik Satuan Lintas Laut Militer Jakarta.

Pernyataan Tri itu dibenarkan Azimatul. Menurut dia, perintah atasan terhadap dukungan pencarian dan evakuasi AirAsia ketika itu turun mendadak saat dirinya bersama Tri dan Rizka sedang refreshing. Saat itu, tiga sekawan tersebut berjalan-jalan mengisi akhir pekan di salah satu plaza di Jakarta Utara.

“Perintah berlayar selama hampir tiga minggu itu (20 hari) termasuk lama. Tapi, kami harus siap,” tegas Azmi, panggilan akrab Azimatul.

Selain kapal landing platform dock yang berfungsi sebagai armada pendukung pendaratan pasukan amfibi (Marinir), kapal perang itu berperan sebagai kapal protokoler. Tugas kenegaraan kerap dipercayakan kepada KRI Banda Aceh. Sejumlah kementerian juga sering memanfaatkan kapal perang tersebut untuk berbagai pertemuan maupun kegiatan dalam pelayaran pendek. Pelayaran panjang hingga lebih dari tiga bulan pun pernah mereka emban.

Pada medio 2014, KRI Banda Aceh diberangkatkan ke Hawaii, Amerika Serikat. Mereka bergabung dengan angkatan laut puluhan negara kawasan Asia-Pasifik dalam latihan bersama. “Kami bergabung di KRI Banda Aceh sepulang dari Amerika,” ungkap Azmi.

Meski ditempatkan di departemen logistik mulai September 2014, tiga Kowal itu tidak hanya berkutat dalam urusan departemennya. Di departemen itu, mereka melaksanakan fungsi staf administrasi ketatausahaan maupun perbekalan logistik. Para Kowal tersebut juga membantu para juru masak pria menyiapkan kebutuhan makan tiga kali dalam sehari seluruh kru kapal. Mereka turut dalam penyusunan menu, penghitungan indeks harga, sampai kandungan kalori untuk seluruh awak kapal.

“Sudah sekitar 1,5 tahun menjadi anggota Kowal, kami hampir lima bulan bertugas di kapal ini,” lanjut dara kelahiran Jambi, 13 Desember 1993, itu.

Lantaran didukung komandan kapal dan personel pria, Azmi dan rekan-rekannya belajar banyak mengenai navigasi serta cara mengoperasikan kapal. Begitu memahami kenavigasian, dia pun mendapat ilmu baru berupa cara mengemudikan kapal dari para juru mudi KRI Banda Aceh.

Meski kapal tersebut berdimensi jumbo, 125 x 22 meter, setang kemudinya mirip setir mobil-mobilan. Diameter setangnya tidak lebih dari 30 sentimeter.

“Saya merasa bisa menyetir (kapal) setelah setiap jaga diberi kesempatan untuk mengemudikan kapal ini,” ujar Kowal yang sebelumnya bertugas di Dinas Administrasi Personel Armada RI Kawasan Barat, Jakarta, tersebut.

Rizka yang ditugaskan untuk urusan perbekalan logistik juga tertarik melakukan tugas-tugas di departemen navigasi dan operasi. Ketika menjalani pendidikan dasar militer hingga pendidikan lanjutan kejuruan, dia merasa punya skill dalam tugas ploter atau merencanakan rute pelayaran.

“Setelah pendidikan, sempat ada pelatihan yang mendukung untuk aktivitas mengendalikan kapal,” ungkap mantan staf sekretariat Pangkalan Marinir Jakarta kelahiran Bogor, 15 Oktober 1993, itu.

Berkat lingkungan kerja yang mendukung tersebut, mereka juga punya pengetahuan membaca radar hingga mendeteksi lawan yang masuk radar kapal. Selain itu, mereka bisa membaca maupun mengetahui posisi kapal dengan peranti global positioning system dalam peta hidro-oseanografi.

Meski kesempatan resmi mengomandani kapal belum diperoleh Kowal dalam skala besar, kesempatan (menakhodai) itu, menurut mereka, terbuka lebar bagi para taruni Akademi Angkatan Laut yang saat ini digembleng di Kampus Bumimoro, Surabaya.

“Tugas dalam operasi pencarian pesawat AirAsia di Selat Karimata ini saya kira menjadi misi kemanusiaan yang harus sukses. Apa pun peran kami, yang penting bisa memberikan kontribusi maksimal,” tandas Rizka. (*/c5/ari)

Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

SURYO EKO PRASETYO, KRI Banda Aceh

Tiga perempuan tersebut merupakan anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) yang bertugas di KRI Banda Aceh. Mereka adalah Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah, Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, dan Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani. Kini ketiganya terlibat dalam misi pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Selain mereka, terdapat tiga anggota Kowal lain di kapal tersebut. Namun, ketiganya sedang mengambil cuti sehingga lebih banyak berada di dalam kamar.

Senin siang (5/1) itu, dalam perjalanan ke Semarang untuk mengisi bahan bakar dan mengisi ulang bekal, dari pengeras suara kapal, tiba-tiba terdengar suara lantang Kepala Departemen Operasi KRI Banda Aceh Mayor Laut (P) Cahyo Hendro Guritno.

“Segenap awak KRI Banda Aceh, kami mengucapkan selamat ulang tahun ke-52 kepada Korps Wanita Angkatan Laut. Jalesveva Jayamahe,” seru Cahyo.

Ucapan itu spontan disambut gegap gempita para awak kapal yang mayoritas pria. Sebagian sedang berjaga di geladak dan yang lain beristirahat di ruangan masing-masing. Ada pula yang berinisiatif mendatangi salah satu kamar di geladak tengah, tempat para Kowal itu tinggal.

Tidak berapa lama, pintu kamar perlahan terbuka. Tiga anggota Kowal menyambut ucapan selamat dari rekan-rekan prianya tersebut. Di antara 100 personel di kapal jenis landing ship tank itu, enam orang adalah tentara perempuan.

“Tapi, tiga kawan kami sedang cuti. Mereka tinggal di kamar sebelah,” ujar Serda (Bek/W) Tri Kusmawardani saat menemui Jawa Pos yang turut mengucapkan selamat ulang tahun ke-52 Kowal yang jatuh tepat hari itu.

Bersama Serda (TTU/W) Azimatul Kasanah dan Serda (Bek/W) Rizka Aulia Hadi, Tri tergabung dalam satuan tugas dukungan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dalam Search and Rescue AirAsia QZ8501 unsur laut. Satgas itu berada di bawah naungan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat.

Mereka bersama 90-an anggota KRI Banda Aceh meninggalkan pangkalan di Tanjung Priok, Jakarta, sejak Senin malam (29/12), sehari setelah insiden AirAsia QZ8501 kehilangan kontak. Pada tahap awal, mereka ditugaskan berlayar selama 20 hari.

“Sebagai Kowal, kami harus siap ditugaskan setiap saat. Termasuk dalam misi kemanusiaan ini,” terang Tri. Sebelum bertugas di KRI Banda Aceh, Kowal yang lahir di Pasuruan, 6 Maret 1992, tersebut berdinas sebagai staf departemen logistik Satuan Lintas Laut Militer Jakarta.

Pernyataan Tri itu dibenarkan Azimatul. Menurut dia, perintah atasan terhadap dukungan pencarian dan evakuasi AirAsia ketika itu turun mendadak saat dirinya bersama Tri dan Rizka sedang refreshing. Saat itu, tiga sekawan tersebut berjalan-jalan mengisi akhir pekan di salah satu plaza di Jakarta Utara.

“Perintah berlayar selama hampir tiga minggu itu (20 hari) termasuk lama. Tapi, kami harus siap,” tegas Azmi, panggilan akrab Azimatul.

Selain kapal landing platform dock yang berfungsi sebagai armada pendukung pendaratan pasukan amfibi (Marinir), kapal perang itu berperan sebagai kapal protokoler. Tugas kenegaraan kerap dipercayakan kepada KRI Banda Aceh. Sejumlah kementerian juga sering memanfaatkan kapal perang tersebut untuk berbagai pertemuan maupun kegiatan dalam pelayaran pendek. Pelayaran panjang hingga lebih dari tiga bulan pun pernah mereka emban.

Pada medio 2014, KRI Banda Aceh diberangkatkan ke Hawaii, Amerika Serikat. Mereka bergabung dengan angkatan laut puluhan negara kawasan Asia-Pasifik dalam latihan bersama. “Kami bergabung di KRI Banda Aceh sepulang dari Amerika,” ungkap Azmi.

Meski ditempatkan di departemen logistik mulai September 2014, tiga Kowal itu tidak hanya berkutat dalam urusan departemennya. Di departemen itu, mereka melaksanakan fungsi staf administrasi ketatausahaan maupun perbekalan logistik. Para Kowal tersebut juga membantu para juru masak pria menyiapkan kebutuhan makan tiga kali dalam sehari seluruh kru kapal. Mereka turut dalam penyusunan menu, penghitungan indeks harga, sampai kandungan kalori untuk seluruh awak kapal.

“Sudah sekitar 1,5 tahun menjadi anggota Kowal, kami hampir lima bulan bertugas di kapal ini,” lanjut dara kelahiran Jambi, 13 Desember 1993, itu.

Lantaran didukung komandan kapal dan personel pria, Azmi dan rekan-rekannya belajar banyak mengenai navigasi serta cara mengoperasikan kapal. Begitu memahami kenavigasian, dia pun mendapat ilmu baru berupa cara mengemudikan kapal dari para juru mudi KRI Banda Aceh.

Meski kapal tersebut berdimensi jumbo, 125 x 22 meter, setang kemudinya mirip setir mobil-mobilan. Diameter setangnya tidak lebih dari 30 sentimeter.

“Saya merasa bisa menyetir (kapal) setelah setiap jaga diberi kesempatan untuk mengemudikan kapal ini,” ujar Kowal yang sebelumnya bertugas di Dinas Administrasi Personel Armada RI Kawasan Barat, Jakarta, tersebut.

Rizka yang ditugaskan untuk urusan perbekalan logistik juga tertarik melakukan tugas-tugas di departemen navigasi dan operasi. Ketika menjalani pendidikan dasar militer hingga pendidikan lanjutan kejuruan, dia merasa punya skill dalam tugas ploter atau merencanakan rute pelayaran.

“Setelah pendidikan, sempat ada pelatihan yang mendukung untuk aktivitas mengendalikan kapal,” ungkap mantan staf sekretariat Pangkalan Marinir Jakarta kelahiran Bogor, 15 Oktober 1993, itu.

Berkat lingkungan kerja yang mendukung tersebut, mereka juga punya pengetahuan membaca radar hingga mendeteksi lawan yang masuk radar kapal. Selain itu, mereka bisa membaca maupun mengetahui posisi kapal dengan peranti global positioning system dalam peta hidro-oseanografi.

Meski kesempatan resmi mengomandani kapal belum diperoleh Kowal dalam skala besar, kesempatan (menakhodai) itu, menurut mereka, terbuka lebar bagi para taruni Akademi Angkatan Laut yang saat ini digembleng di Kampus Bumimoro, Surabaya.

“Tugas dalam operasi pencarian pesawat AirAsia di Selat Karimata ini saya kira menjadi misi kemanusiaan yang harus sukses. Apa pun peran kami, yang penting bisa memberikan kontribusi maksimal,” tandas Rizka. (*/c5/ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/