28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Polisi Mulai Bungkam

Kasus Penembakan Toke Ikan dan Istri

MEDAN- Polisi masih bungkam terkait penanganan kasus penembakan toke ikan Toh Ce Wie alias A Wie (34) dan istrinya Lim Chi Chi alias Dora Halim (30). Polda Sumut yang memback-up penanganan kasus tersebut juga tidak berani memberi keterangan yang berlebih atas perkembangan kasus tersebut.

Seperti Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto yang dikonfirmasi atas perkembangan kasus tersebut, tidak berani memberikan keterangan. Agus langsung berjalan cepat menuju mobilnya di depan Gedung Direktorat Reskrim Polda Sumut.

Apalagi ketika disinggung dengan kebenaran tertangkapnya pelaku penembak Awi, Agus langsung angkat tangan dan menaikki mobil Hartop dengan nomor polisi B 89 GUS miliknya. “Tanya dengan Kapolresta saja,” katanya singkat sambil menutup pintu mobilnya.

Sementara Kapolresta Medan, Kombes Tagam Sinaga yang dikonfirmasi waratawan Koran ini lewat telepon selulernya sebanyak tiga kali tidak mengangkatnya. Bahkan ketika di SMS mempertanyakan kebenaran penangkapan pelaku pembunuh Awi dan Dora, Tagam juga tidak membalasnya. Padahal, Tagam pernah berjanji akan membalas seluruh konfirmasi wartawan bila teleponnya tidak diangkat.

Namun belakangan, Tagam Sinaga berhasil dihubungi, namun belum bersedia mengungkapkan siapa aktor dan motif pembunuhan itu. Bahkan, Tagam terkesan menghindar. “Nanti sore ya saya kasih tahu,” ujarnya.
Namun hingga Rabu (6/4) malam pukul 19.00 WIB, Kombes Pol Tagam Sinaga tak kunjung memberikan keterangan terkait kasus tersebut. “Besok saja ya, besok saja saya kasih tahu,” kata Tagam lagi.

Menanggapi hal tersebut, masyarakat memandang kalau penyelidikan terhadap kasus penembakan tersebut hannya jalan di tempat atau polisi masih dalam penyelidikan yang tidak bisa dikonsumsi publik.

“Menangapi hal tersebut, seharusnya polisi jangan hannya bisa mengungkap kasus yang kecil saja, seperti pencurian dan narkoba. Seharusnya mereka memberitahukan kepada masyarakat sudah sampai dimana kinerjanya polisi. Mereka kerja atau hannya duduk saja di kantor,” ucap Heru (34), warga Jalan Halat.

Sedangkan Aris (26), warga Langkat beranggapan kalau penyelidikan polisi masih didalami yang tidak perlu diketahui publik. “Biarkan saja polisi bekerja sesuai dengan professional mereka. Takutnya, bila diberitahu dengan perkembangan hasil penyelidikannya. Pelakunya malah kabur semakin jauh untuk menghindar dari tangkapan,” ungkapnya.

Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber di kepolisian mengatakan, polisi kesulitan dalam mengungkap pelaku dan otak pelaku penembakan tersebut. Pasalnya, aksi para komplotan pelaku penembakan tersebut sangat rapi dan sangat professional serta terlatih.

Jaringan dalam aksi penembakan itu tersusun rapi. Antara sesama pelaku diduga tidak saling mengenal. Mereka bekerja hanya berdasarkan sandi dan petunjuk. Seperti tim eksekutor yang berjumlah tiga orang itu, tidak saling mengenal. “Sangat susah untuk mengungkapnya, soalnya mereka itu tidak ada yang saling kenal satu sama lain, ini sudah sangat rapi tidak mungkin bisa dilakukan warga sipil, diduga dari kalangan aparat,” tutur sumber tersebut.
Sumber lain juga mengatakan, empat orang eksekutor yang menghabisi nyawa A Wie masing-masing dibayar Rp 50 juta. Pembunuhan itu juga sudah direncanakan di kamar hotel mewah di Medan 2 hari sebelum kejadian. (adl/mag-8)

Kasus Penembakan Toke Ikan dan Istri

MEDAN- Polisi masih bungkam terkait penanganan kasus penembakan toke ikan Toh Ce Wie alias A Wie (34) dan istrinya Lim Chi Chi alias Dora Halim (30). Polda Sumut yang memback-up penanganan kasus tersebut juga tidak berani memberi keterangan yang berlebih atas perkembangan kasus tersebut.

Seperti Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto yang dikonfirmasi atas perkembangan kasus tersebut, tidak berani memberikan keterangan. Agus langsung berjalan cepat menuju mobilnya di depan Gedung Direktorat Reskrim Polda Sumut.

Apalagi ketika disinggung dengan kebenaran tertangkapnya pelaku penembak Awi, Agus langsung angkat tangan dan menaikki mobil Hartop dengan nomor polisi B 89 GUS miliknya. “Tanya dengan Kapolresta saja,” katanya singkat sambil menutup pintu mobilnya.

Sementara Kapolresta Medan, Kombes Tagam Sinaga yang dikonfirmasi waratawan Koran ini lewat telepon selulernya sebanyak tiga kali tidak mengangkatnya. Bahkan ketika di SMS mempertanyakan kebenaran penangkapan pelaku pembunuh Awi dan Dora, Tagam juga tidak membalasnya. Padahal, Tagam pernah berjanji akan membalas seluruh konfirmasi wartawan bila teleponnya tidak diangkat.

Namun belakangan, Tagam Sinaga berhasil dihubungi, namun belum bersedia mengungkapkan siapa aktor dan motif pembunuhan itu. Bahkan, Tagam terkesan menghindar. “Nanti sore ya saya kasih tahu,” ujarnya.
Namun hingga Rabu (6/4) malam pukul 19.00 WIB, Kombes Pol Tagam Sinaga tak kunjung memberikan keterangan terkait kasus tersebut. “Besok saja ya, besok saja saya kasih tahu,” kata Tagam lagi.

Menanggapi hal tersebut, masyarakat memandang kalau penyelidikan terhadap kasus penembakan tersebut hannya jalan di tempat atau polisi masih dalam penyelidikan yang tidak bisa dikonsumsi publik.

“Menangapi hal tersebut, seharusnya polisi jangan hannya bisa mengungkap kasus yang kecil saja, seperti pencurian dan narkoba. Seharusnya mereka memberitahukan kepada masyarakat sudah sampai dimana kinerjanya polisi. Mereka kerja atau hannya duduk saja di kantor,” ucap Heru (34), warga Jalan Halat.

Sedangkan Aris (26), warga Langkat beranggapan kalau penyelidikan polisi masih didalami yang tidak perlu diketahui publik. “Biarkan saja polisi bekerja sesuai dengan professional mereka. Takutnya, bila diberitahu dengan perkembangan hasil penyelidikannya. Pelakunya malah kabur semakin jauh untuk menghindar dari tangkapan,” ungkapnya.

Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber di kepolisian mengatakan, polisi kesulitan dalam mengungkap pelaku dan otak pelaku penembakan tersebut. Pasalnya, aksi para komplotan pelaku penembakan tersebut sangat rapi dan sangat professional serta terlatih.

Jaringan dalam aksi penembakan itu tersusun rapi. Antara sesama pelaku diduga tidak saling mengenal. Mereka bekerja hanya berdasarkan sandi dan petunjuk. Seperti tim eksekutor yang berjumlah tiga orang itu, tidak saling mengenal. “Sangat susah untuk mengungkapnya, soalnya mereka itu tidak ada yang saling kenal satu sama lain, ini sudah sangat rapi tidak mungkin bisa dilakukan warga sipil, diduga dari kalangan aparat,” tutur sumber tersebut.
Sumber lain juga mengatakan, empat orang eksekutor yang menghabisi nyawa A Wie masing-masing dibayar Rp 50 juta. Pembunuhan itu juga sudah direncanakan di kamar hotel mewah di Medan 2 hari sebelum kejadian. (adl/mag-8)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/